Puisi: Sekawan Semut (Karya Frans Nadjira)

Puisi: Sekawan Semut Karya: Frans Nadjira
Sekawan Semut


Sekawanan semut
menyeret
kepala ikan
sebelum menyebar
gelap malam
di halaman.

Langit mencerca
        dirinya sendiri
sepanjang hari.
Seorang tua mengeja
berita koran di dinding:

        "Diketemukan tulang-tulang purba
        ditaksir berumur 1500 tahun"

Kamboja jatuh
    setangkai
Genangan air di bawah
Tersucikan.

"Walau sakit mengatakannya, tapi
telah kusaksikan sengketa berkepanjangan
jadi kupikir, tulang-tulang purba itu bukan mayat
seorang dukun atau orang sakti, atau
seorang muda yang tersesat".

Maka langit pun mencercanya.

Seperti nyala api
    di perladangan
Gemertak suara
Di seberang bukit.

    "Mereka tentu telah memperabukan
    tulang-tulang purba itu di sana"


Kucingnya yang rintik
melompat ke pangkuannya.

Manjaku, jangan kau mengira
bulan telah berbaik hati meninggalkan
pesona cahayanya di matamu.
Sinarnya, hanya ilmu para maling
untuk meluncur ke dalam
kamar tetangga.

kucing mengibaskan ekornya.
Menjilati bibirnya
memandangi
iring-iringan semut di lantai.

Sekonyong-konyong atap
    terpukul
ranting menggeliat.
Gemertak.
Gemertak menancap ke seluruh
ruangan.

Terlonjak ia menggigil.
Meraba matanya. Menemukan lobang gelap
yang dalam, Astaga.
Jadi gemertak itu bukan kilatan api
di seberang bukit. Tapi semut-semut itu.
Mereka telah menyeretku dari dalam.


Sumber: Horison (Oktober, 1978)

Frans Nadjira
Puisi: Sekawan Semut
Karya: Frans Nadjira

Biodata Frans Nadjira:
  1. Frans Nadjira lahir pada tanggal 3 September 1942 di Makassar, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.