Puisi: Saat Terakhir Seorang Penjudi (Karya T. Mulya Lubis)

Puisi "Saat Terakhir Seorang Penjudi" karya T. Mulya Lubis menggambarkan ketidakberdayaan dan keputusasaan individu dalam menghadapi dunia yang ....
Saat Terakhir Seorang Penjudi

Tuhan, kubawa kartu ini
padamu. Trimalah
Dunia yang guram
menitipnya padaku

Tuhan, dunia telah guram
anak-anak berjudi
di gang gelap. Dan 
pelacuran pun meningkat

Tuhan, katakanlah
Pendaftaran ke sorga
telah dihentikan.

Sumber: Horison (Juli, 1971)

Analisis Puisi:

Puisi "Saat Terakhir Seorang Penjudi" karya T. Mulya Lubis adalah karya yang menyentuh tema keputusasaan dan pencarian spiritual di tengah keputusasaan hidup. Dengan gaya bahasa yang sederhana namun kuat, puisi ini mencerminkan ketidakberdayaan seorang individu dalam menghadapi keadaan dunia yang penuh kesulitan dan kehampaan.

Tema Utama

  • Keputusasaan dan Ketidakberdayaan: Puisi ini mencerminkan keputusasaan dan rasa ketidakberdayaan individu dalam menghadapi dunia yang suram. Frasa "Dunia yang guram" dan "anak-anak berjudi di gang gelap" menunjukkan gambaran tentang kekacauan dan kehampaan yang merajalela di masyarakat.
  • Pencarian Spiritual dan Permohonan: Puisi ini juga menekankan pencarian spiritual dan permohonan kepada Tuhan. Dengan ungkapan "Tuhan, kubawa kartu ini padamu," penulis menyampaikan permohonan mendalam kepada Tuhan untuk menerima dan mengubah keadaan dunia yang penuh dengan kesulitan.
  • Ketidakpastian dan Harapan: Ada unsur ketidakpastian dalam puisi ini yang ditunjukkan oleh frasa "Pendaftaran ke sorga telah dihentikan." Ini mencerminkan rasa putus asa dan keputusasaan tentang masa depan dan kemungkinan adanya harapan.

Gaya Bahasa dan Struktur

  • Kesederhanaan dan Kekuatan Bahasa: Gaya bahasa yang digunakan dalam puisi ini adalah sederhana namun efektif. Pilihan kata yang langsung dan lugas, seperti "Tuhan" dan "kartu," menciptakan dampak emosional yang kuat tanpa perlu menggunakan bahasa yang rumit.
  • Struktur dan Pengulangan: Struktur puisi ini terdiri dari pernyataan dan permohonan yang berulang. Pengulangan kata "Tuhan" di awal setiap bait menekankan ketergantungan dan keputusasaan penulis, serta meningkatkan kekuatan permohonan spiritual.
  • Simbolisme: Penggunaan simbol seperti "kartu" yang dibawa ke Tuhan mencerminkan aspek perjudian dan ketidakpastian dalam hidup. Kartu di sini dapat dilihat sebagai simbol dari pilihan hidup dan nasib yang tidak dapat dikendalikan oleh individu.

Makna dan Interpretasi

Puisi "Saat Terakhir Seorang Penjudi" karya T. Mulya Lubis menggambarkan ketidakberdayaan dan keputusasaan individu dalam menghadapi dunia yang semakin suram. Dengan permohonan langsung kepada Tuhan, puisi ini menunjukkan bagaimana seseorang mencari makna dan harapan dalam situasi yang tampaknya tanpa harapan.

Frasa "Dunia yang guram" mencerminkan gambaran tentang kehidupan yang penuh dengan kesulitan dan keputusasaan, sementara "anak-anak berjudi di gang gelap" dan "pelacuran pun meningkat" menunjukkan kemerosotan moral dan sosial. Ini menggambarkan ketidakmampuan individu untuk mengatasi situasi tersebut tanpa bantuan ilahi.

Pernyataan terakhir "Pendaftaran ke sorga telah dihentikan" mencerminkan rasa putus asa dan kekhawatiran tentang masa depan spiritual. Ini menunjukkan perasaan bahwa semua usaha untuk memperbaiki keadaan dunia atau mencapai keselamatan mungkin sia-sia.

Puisi "Saat Terakhir Seorang Penjudi" karya T. Mulya Lubis adalah karya yang menyentuh tema keputusasaan, pencarian spiritual, dan ketidakberdayaan. Dengan gaya bahasa yang sederhana dan langsung, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan keadaan dunia yang penuh dengan kesulitan dan permohonan mendalam untuk bantuan ilahi. Puisi ini mencerminkan bagaimana individu berusaha mencari harapan dan makna dalam situasi yang tampaknya tanpa jalan keluar, serta menggambarkan rasa putus asa dan ketidakpastian tentang masa depan.

T. Mulya Lubis
Puisi: Saat Terakhir Seorang Penjudi
Karya: T. Mulya Lubis

Biodata T. Mulya Lubis:
  • T. Mulya Lubis lahir pada tanggal 4 Juli 1949 di Tapanuli Selatan, Sumatra Utara.
© Sepenuhnya. All rights reserved.