Musim Gugur
Tuhan: sampai waktu. Musim panas begitu megah
Lindungkan bayanganmu pada jarum hari
dan atas padang anginmu lepaslah.
Titahkan buahan penghabisan biar matang
beri padanya dua hari dari selatan lagi
Desakkan mereka ke kemurnian dan buru jadi
gula penghabisan dalam anggur yang garang.
Yang kini tidak berumah, tidakkan menegak tiang
Yang kini sendiri, 'kan lama tinggal sendiri,
'kan berjaga, membaca, menyurat panjang sekali,
dan akan pulang balik melalu gang
berjalan gelisah, jika daunan mengalun pergi.
Sumber: Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45 (1956)
Analisis Puisi:
Puisi "Musim Gugur," yang diterjemahkan oleh Chairil Anwar, menggambarkan perubahan musim dari panas ke gugur dan merenungkan tentang siklus alam yang menggambarkan perubahan dalam kehidupan manusia. Puisi ini mengandung elemen alam dan spiritual yang mendalam.
Perubahan Musim dan Waktu: Puisi ini menciptakan gambaran tentang perubahan musim dari panas (musim panas) ke gugur. Perubahan musim ini juga diartikan sebagai perubahan dalam waktu dan kehidupan manusia. Pergantian musim menggambarkan aliran waktu yang tak terelakkan.
Bayangan dan Jarum Hari: Pada saat musim panas yang megah, penutur meminta Tuhan untuk melindungi bayangannya. Penggunaan istilah "jarum hari" mengacu pada jangka waktu yang terukur dan merujuk pada aliran waktu yang terus berjalan.
Pengumpulan Buah dan Kemurnian: Pada musim gugur, buah-buahan dipetik ketika mereka matang. Ini bisa diartikan sebagai metafora untuk mencapai kedewasaan dan pengumpulan hasil usaha manusia. Kemurnian di sini mengacu pada hasil yang berkualitas dan tulus.
Keberadaan Sendiri dan Gelisah: Puisi ini menciptakan gambaran tentang keberadaan individu yang sendiri, berjaga, membaca, dan menulis. Ini mencerminkan introspeksi dan refleksi dalam kehidupan pribadi. Namun, ada juga elemen gelisah dalam keberadaan ini, yang diilustrasikan oleh daunan yang mengalun pergi.
Keterhubungan Manusia dengan Alam: Puisi ini menghubungkan perubahan musim dengan kehidupan manusia. Aliran alam menggambarkan perjalanan hidup, perubahan, dan transformasi yang dialami oleh manusia.
Dimensi Spiritual: Penggunaan kata "Tuhan" mengarahkan pembaca pada dimensi spiritual. Penutur memohon bimbingan dan perlindungan dari Tuhan dalam menghadapi perubahan dan tantangan kehidupan.
Puisi "Musim Gugur" menggambarkan perubahan musim, waktu, dan kehidupan manusia dalam hubungannya dengan alam dan dimensi spiritual. Melalui penggambaran musim yang berubah dan perenungan tentang keberadaan manusia, puisi ini mengajak pembaca merenung tentang aliran waktu dan perubahan dalam kehidupan.
Puisi: Musim Gugur
Diterjemahkan oleh: Chairil Anwar
Karya asli: Rainer Maria Rilke
Judul asli: Herbsttag
Biodata Chairil Anwar:
- Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
- Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
- Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.