Puisi: Matilah Kau Bulan (Karya T. Mulya Lubis)

Puisi "Matilah Kau Bulan" karya T. Mulya Lubis menggambarkan perasaan kesepian dan kegelapan yang melingkupi alam semesta, dengan menekankan pada ...
Matilah Kau Bulan

Barangkali sepi telah sampai
di langit. Bersimpuh membelakangi
bumi — menghadap bulan
: matilah kau bulan
T'lah mampus bumi
Lecet Eva dipeluk sorga
: matilah kau bulan
sesak sudah hutan rimba
mentari pun kewalahan
Tiuplah sangkala kerinduan
: matilah kau bulan

Sumber: Horison (
Februari, 1970)

Analisis Puisi:

Puisi "Matilah Kau Bulan" karya T. Mulya Lubis adalah sebuah karya sastra yang singkat namun padat. Puisi ini menggambarkan perasaan kesepian dan kegelapan yang melingkupi alam semesta, dengan menekankan pada pengorbanan bulan.

Kesepian dan Kehampaan: Puisi ini menggambarkan suasana kesepian yang mendalam di alam semesta. Kata-kata "Barangkali sepi telah sampai / di langit" mengindikasikan suasana hening dan kesunyian. Kesunyian ini juga merujuk pada kehampaan dan perasaan kosong yang melingkupi alam semesta.

Simbolisme Bulan: Bulan dalam puisi ini digunakan sebagai simbol keindahan dan keberadaan yang hilang. Pernyataan "matilah kau bulan" mengisyaratkan bahwa bahkan keindahan dan cahaya bulan telah mati atau punah. Ini bisa diartikan sebagai representasi dari hilangnya keindahan, kebahagiaan, atau harapan dalam kehidupan.

Ketidakseimbangan Alam Semesta: Puisi ini menciptakan gambaran tentang ketidakseimbangan dalam alam semesta. Pernyataan "T'lah mampus bumi" menunjukkan bahwa bumi, yang seharusnya menjadi tempat kehidupan, tampaknya telah mati atau terluka. Ini bisa mencerminkan kekhawatiran tentang kerusakan lingkungan atau ketidakseimbangan dalam alam.

Gelapnya Keadaan: Puisi ini menciptakan perasaan gelap dan suram. Kata-kata "lecet Eva dipeluk sorga" mengindikasikan bahwa bahkan surga, tempat di mana kita mengharapkan kebaikan dan kebahagiaan, juga mengalami kerusakan atau kehilangan. Keadaan ini menggambarkan suasana yang pesimis dan penuh keputusasaan.

Ekspresi Kehendak: Penyair mengungkapkan perasaannya dengan perintah "matilah kau bulan" dan "tiuplah sangkala kerinduan." Ini adalah ungkapan ekspresif yang menunjukkan keinginan atau harapannya. Penyair mungkin merasa bahwa mengakhiri keberadaan bulan adalah cara untuk mengakhiri kesepian atau kesengsaraan yang dirasakannya.

Puisi "Matilah Kau Bulan" adalah karya yang singkat namun penuh makna. Ini menciptakan suasana yang suram dan merenungkan tentang kehilangan, kesepian, dan ketidakseimbangan dalam alam semesta. Dengan kata-kata sederhana, puisi ini berhasil menggambarkan perasaan kompleks tentang keadaan dunia.

T. Mulya Lubis
Puisi: Matilah Kau Bulan
Karya: T. Mulya Lubis

Biodata T. Mulya Lubis:
  • T. Mulya Lubis lahir pada tanggal 4 Juli 1949 di Tapanuli Selatan, Sumatra Utara.
© Sepenuhnya. All rights reserved.