Puisi: Malam di Trotoar Malioboro (Karya Gunoto Saparie)

Puisi "Malam di Trotoar Malioboro" karya Gunoto Saparie menggambarkan keberagaman karakter dan suasana diskusi yang santai dan terbuka di Trotoar ...
Malam di Trotoar Malioboro


di trotoar malioboro kita bertemu
membicarakan puisi dan puisi
ada emha, warna, linus, korrie
namun malam ini tak ada umbu

gairah dan senyum bulan purnama
mewarnai diskusi sastra tanpa arah
dingin angin pun kita abaikan saja
arwan duduk di sudut, seperti gelisah

kita selalu begadang sepanjang malam
tak peduli lapar, dahaga, dan demam
tiap detik kita sibuk memilih kata
tak peduli politik bahkan agama

di awang bintang-bintang cemerlang
bagaikan harapan dan impian
wajah eka muram namun bersenandung
wajah minadi lusuh belum mandi seharian

untuk apakah sesungguhnya puisi?
suminto dan mustofa hanya tertawa
kusuma teja menatap pepohonan sunyi
kata fauzie: tuhan mungkin bersama kita

2021

Analisis Puisi:
Puisi "Malam di Trotoar Malioboro" karya Gunoto Saparie merangkum pertemuan malam di Malioboro, tempat para penyair dan pecinta sastra berkumpul untuk membicarakan puisi dan kehidupan.

Lokasi dan Pertemuan: Puisi ini membahas pertemuan malam di trotoar Malioboro, yang menjadi titik pertemuan bagi para penyair. Mereka tampaknya berkumpul untuk membahas dan mendiskusikan puisi serta topik-topik yang menarik.

Tokoh-Tokoh dan Kesamaan Minat: Puisi ini menyebutkan nama-nama tokoh sastra seperti Emha, Warna, Linus, Korrie, dan lainnya yang merupakan tokoh-tokoh sastra terkenal. Mereka berkumpul dan terlibat dalam percakapan tanpa arah yang tampaknya dipicu oleh kegairahan mereka terhadap sastra.

Atmosfer Diskusi Sastra: Puisi ini menciptakan gambaran suasana diskusi sastra yang santai, terbuka, dan tidak terikat oleh pembicaraan politik atau agama. Mereka fokus pada kata-kata dan puisi, terlepas dari hal-hal lain.

Deskripsi Tokoh-Tokoh: Puisi ini memberikan deskripsi visual tentang keadaan tokoh-tokoh yang hadir di pertemuan ini. Ada yang tampak gelisah, ada yang tampak muram dan bersenandung, serta ada yang lusuh dan belum mandi seharian.

Refleksi Puisi: Puisi ini mengajukan pertanyaan mendasar tentang tujuan dan arti dari puisi. Ada tokoh yang bertanya tentang tujuan sejati dari puisi dan refleksi keberadaan Tuhan dalam karya mereka.

Puisi "Malam di Trotoar Malioboro" karya Gunoto Saparie memberikan gambaran tentang pertemuan malam di Malioboro antara para tokoh sastra dan pencinta puisi. Melalui diskusi tanpa arah, puisi ini merenungkan tentang makna puisi dan keberadaan Tuhan dalam konteks kehidupan sehari-hari. Selain itu, puisi ini menggambarkan keberagaman karakter dan suasana diskusi yang santai dan terbuka di lingkungan ini.

Gunoto Saparie
Puisi: Malam di Trotoar Malioboro
Karya: Gunoto Saparie


BIODATA GUNOTO SAPARIE

Gunoto Saparie lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Kadilangu, Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Pertama Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Kendal, Akademi Uang dan Bank Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Sedangkan pendidikan nonformal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab, Gemuh, Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab, Gemuh, Kendal.

Selain menulis puisi, ia juga mencipta cerita pendek, kritik sastra, esai, dan kolom, yang dimuat di sejumlah media cetak terbitan Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, dan Prancis. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981),  Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996),  Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), dan Mendung, Kabut, dan Lain-lain (Cerah Budaya Indonesia, Jakarta, 2019). Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004).  Novelnya Selamat Siang, Kekasih dimuat secara bersambung di Mingguan Bahari, Semarang (1978) dan Bau (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2019) yang menjadi nomine Penghargaan Prasidatama 2020 dari Balai Bahasa Jawa Tengah.

Ia juga pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Sejumlah puisi, cerita pendek, dan esainya termuat dalam antologi bersama para penulis lain.  Puisinya juga masuk dalam buku Manuel D'Indonesien Volume I terbitan L'asiatheque, Paris, Prancis, Januari 2012. Ia juga menulis puisi berbahasa Jawa (geguritan) di Panjebar Semangat dan Jaya Baya.

Ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta), Tanahku (Semarang), Delik Hukum Jateng (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang), Pemimpin Redaksi Radio Gaya FM (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Faktual (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Otobursa Plus (Semarang), dan Redaktur Legislatif  (Jakarta).

Selain di bidang pers, ia pernah bekerja di bidang pendidikan, yaitu guru di SMP Yasbumi Cepiring, SMP PGRI Patebon, SMP Muhammadiyah Kendal, dan SMA Al-Farabi Pegandon. Ia pernah pula bekerja di CV Sido Luhur Kendal dan PT Aryacipta Adibrata Semarang.

Saat ini ia menjabat Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah, dan Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah. Sebelumnya ia pernah menjabat Ketua Kelompok Studi Seni Remaja (KSSR) Kendal, Ketua Pelaksana Dewan Teater Kendal, Sekretaris Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Jawa Tengah, Wakil Ketua Ormas MKGR Jawa Tengah, Fungsionaris DPD Partai Golkar Jawa Tengah, Sekretaris DPD Badan Informasi dan Kehumasan Partai Golkar Jawa Tengah, dan Sekretaris Bidang Kehumasan DPW Partai Nasdem Jawa Tengah. 

Sejumlah penghargaan di bidang sastra, kebudayaan, dan jurnalistik telah diterimanya, antara lain dari Kepala Perwakilan PBB di Indonesia, Menteri Perumahan Rakyat, Menteri Penerangan, Menteri Luar Negeri, Pangdam IV/ Diponegoro, dan Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah.

Gunoto Saparie juga sering diundang sebagai pembicara dalam kongres, simposium, dan seminar kesastraan. Ia pun sering membaca puisi di berbagai tempat dan juri lomba literasi yang diadakan lembaga pemerintah maupun swasta. Kini ia tinggal di Jalan Taman Karonsih 654, Ngaliyan, Semarang.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.