Puisi: Kincir Angin (Karya Suripan Sadi Hutomo)

Puisi "Kincir Angin" karya Suripan Sadi Hutomo merenungkan tentang perjalanan kehidupan, perubahan, dan hubungan dengan aspek spiritualitas.
Kincir Angin

Dhuwur endheke kincir angin
Ing sacedhake kali rijin kang nakal
Cafa, cafe
Tangan alus kang ngawe-awe

Nganggo kapal cilik
Ombak ing landeyan
Plabuhan kuwi sangsaya sepi
Kutha Rotterdam kang peni

Kabut kandel
Manglung udel
Sangsaya kandel
Keluking piyandel

Lonceng greja
Ngoyak swarga

Leiden, 1 Januari 1979
Jaka Lodang, 1981

Sumber:  Antologi Puisi Jawa Modern Jawa Timur 1981-2008 (2011)

Analisis Puisi:

Puisi "Kincir Angin" karya Suripan Sadi Hutomo adalah karya yang singkat namun kaya makna. Meskipun puisi ini ditulis dalam bahasa Jawa, kita dapat mengekstrak makna dan perasaan yang terkandung di dalamnya.

Simbolisme Kincir Angin: Puisi ini memulai dengan gambaran kincir angin yang tinggi di tepi sungai yang nakal. Kincir angin adalah simbol yang sering digunakan untuk menggambarkan perubahan, perjalanan, atau dinamika dalam kehidupan. Dalam konteks puisi ini, kincir angin dapat diinterpretasikan sebagai simbol perubahan yang terjadi dalam hidup seseorang.

Kapal Cilik dan Ombak: Puisi ini juga menyebutkan penggunaan kapal cilik dan ombak. Kapal dan ombak adalah simbol perjalanan, petualangan, dan tantangan. Mereka menciptakan gambaran tentang perjalanan seseorang melintasi sungai atau kehidupan, dengan semua rintangan dan gelombang yang mungkin dihadapi.

Kutha Rotterdam: Nama "Kutha Rotterdam" merujuk pada kota Rotterdam, yang merupakan kota pelabuhan penting di Belanda. Ini menambahkan dimensi internasional atau global ke puisi, menciptakan kontras antara kincir angin dan sungai lokal dan kota pelabuhan internasional.

Kabut dan Keluking: Kabut adalah gambaran yang sering digunakan dalam puisi untuk menyimbolkan ketidakpastian atau ketidakjelasan. Keluking mengacu pada kelokan atau tikungan dalam sungai atau kehidupan. Kedua kata ini bersama-sama menciptakan suasana misterius dan tidak pasti dalam puisi.

Lonceng Greja dan Swarga: Lonceng gereja adalah simbol agama dan spiritualitas. Swarga, dalam konteks ini, merujuk pada surga atau kehidupan setelah kematian. Kombinasi ini dapat diartikan sebagai pertanyaan tentang hubungan manusia dengan spiritualitas dan akhirat.

Puisi "Kincir Angin" adalah karya yang pendek, tetapi mengandung banyak lapisan makna dan gambaran yang memungkinkan pembaca untuk merenungkan tentang perjalanan kehidupan, perubahan, dan hubungan dengan aspek spiritualitas. Meskipun ditulis dalam bahasa Jawa, tema-tema yang diangkat dalam puisi ini dapat diapresiasi oleh pembaca dari berbagai latar belakang budaya.

Puisi Kincir Angin
Puisi: Kincir Angin
Karya: Suripan Sadi Hutomo

Biodata Suripan Sadi Hutomo:
  1. Suripan Sadi Hutomo lahir pada tanggal 5 Februari 1940 di Ngawen, Blora.
  2. Suripan Sadi Hutomo meninggal dunia pada tanggal 23 Februari 2001 di Surabaya.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Akeh Wong Ngaku-NgakuSaiki akeh wong ngaku-ngakuEben gadikna dewekke sugihTapi mung ora berkah tindak lakuSenajan hebate kayak apa ora bakal milihBrebes, 27 September 2023Catatan:P…
  • Hawane Musim KetigaHawane musim ketigaPanas, sumuk, pailaLemah pada garing lan mlekahWong keder pan maring sawahBanyune durung anaKeder pan nandurRegane bawang murahAkeh wong tani …
  • Bakal Tukaran GedeanSewaktu-waktu bakal ana tukaran gedeanMbuh kue kapan waktuneBakal ana perkara rebutan masalah wilayah lan warisanAnjog perkara perang sedulurGawe wong ora akurD…
  • Wong LuguAku kiye wong lugu lucu waguAja dipoyoki mbokan buncretSebabe aku esih kakuPada bae karo Mas RobetNiteni dalan beh esih kederPan bersanding karo wong pinterYa aku minderSe…
  • Kadiran Wong PinterKadiran wong pinter terus remehna wong bodoh, aku ta sengit asline maring wong ngerasa pinter tapi sering ngina, lamona pintere kaya apa yah aja sokan poyak-poyo…
  • Kayong Mumet PikiraneKayong mumet pikiraneAkeh pengeluaraneTapi laka pemasukaneDuh, mumet nemen kiyeApa-apa larangNduwe duwit beh arang-arangKayong pailaPan tuku kuota duwite lakaP…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.