Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Di Tepi Pagar (Karya Sutan Takdir Alisjahbana)

Puisi "Di Tepi Pagar" karya Sutan Takdir Alisjahbana menggambarkan momen perpisahan yang melankolis dan refleksi atas ketidakhadiran seseorang, ....
Di Tepi Pagar

Sampai ke tepi pagar aku diantarkannya,
Sepi sunyi ia pulang kembali,
Mengintailah aku dari celah daun
Meninjau senja menghamparkan kabur.

Seni sedih rasa kalbu Tuhan
Melihat bayangannya lenyap menipis...

Sumber: Tebaran Mega (1935)

Analisis Puisi:

Puisi "Di Tepi Pagar" karya Sutan Takdir Alisjahbana adalah sebuah ungkapan yang singkat namun sarat dengan makna tentang kesedihan, kehilangan, dan kehadiran ilahi. Melalui deskripsi yang sederhana namun mendalam, penyair menggambarkan momen perpisahan yang melankolis dan refleksi atas ketidakhadiran seseorang.

Tema

Tema utama dari puisi ini adalah kesedihan, kehilangan, dan kehadiran ilahi. Penyair mengekspresikan rasa sedih dan kehilangan karena seseorang yang dicintainya telah pergi, namun juga menyiratkan adanya kehadiran ilahi yang mengawasi dan merasakan kesedihan manusia.

Struktur

Puisi ini terdiri dari dua bait yang singkat namun penuh dengan makna yang mendalam. Struktur ini memberikan kesan singkat dan langsung, tetapi mencerminkan kekuatan emosional yang kuat dan refleksi yang dalam.

Gaya Bahasa

Alisjahbana menggunakan bahasa yang sederhana namun penuh dengan makna untuk mengungkapkan perasaan sedih dan refleksi dalam puisi ini:
  1. Imaji: Deskripsi visual tentang "senja menghamparkan kabur" menciptakan gambaran tentang suasana yang melankolis dan suram.
  2. Personifikasi: Penyair mempersonifikasikan "rasa kalbu Tuhan" untuk mengekspresikan rasa empati dan kehadiran ilahi yang merasakan kesedihan manusia.

Makna dan Simbolisme

  1. Tepi Pagar: Mungkin melambangkan batas antara dunia yang ditinggalkan oleh orang yang pergi dan dunia yang ditinggalkan oleh yang masih ada, serta perasaan kesedihan dan kehilangan di antara keduanya.
  2. Senja: Mewakili momen perpisahan dan akhir, serta mengekspresikan suasana melankolis dan suram.
Puisi "Di Tepi Pagar" karya Sutan Takdir Alisjahbana adalah sebuah ungkapan yang singkat namun mendalam tentang kesedihan, kehilangan, dan kehadiran ilahi. Melalui deskripsi yang sederhana namun kuat, Alisjahbana menggambarkan momen perpisahan yang melankolis dan refleksi atas ketidakhadiran seseorang, serta menyiratkan adanya kehadiran ilahi yang merasakan dan mengerti kesedihan manusia. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang perasaan sedih dan refleksi atas kehidupan dan kemanusiaan yang terkadang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Sutan Takdir Alisjahbana
Puisi: Di Tepi Pagar
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana

Biodata Sutan Takdir Alisjahbana:
  • Sutan Takdir Alisjahbana lahir pada tanggal 11 Februari 1908 di Natal, Mandailing Natal, Sumatra Utara.
  • Sutan Takdir Alisjahbana meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 1994.
  • Sutan Takdir Alisjahbana adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.