Puisi: Datang Dara, Hilang Dara (Diterjemahkan oleh Chairil Anwar)

Puisi "Datang Dara, Hilang Dara," yang diterjemahkan oleh Chairil Anwar, adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjalanan dan kebebasan ....
Datang Dara, Hilang Dara

"Dara, dara yang sendiri
Berani mengembara
Mencari di pantai senja,
Dara, ayo pulang saja, dara!"

"Tidak, aku tidak mau!
Biar angin malam menderu
Menyapu pasir, menyapu gelombang
Dan sejenak pula halus menyisir rambutku
Aku mengembara sampai menemu."

"Dara, rambutku lepas terurai
Apa yang kaucari.
Di laut dingin di asing pantai
Dara, Pulang! Pulang!"

"Tidak, aku tidak mau!
Biar aku berlagu, laut dingin juga berlagu
Padaku sampai ke kalbu
Turut serta bintang-bintang, turut serta bayu,
Bernyanyi dara dengan kebebasan lagu."

"Dara, dara, anak berani
Awan hitam mendung mau datang menutup
Nanti semua gelap, kau hilang jalan
Ayo pulang, pulang, pulang."

"Heeyaa! Lihat aku menari di muka laut
Aku jadi elang sekarang, membelah-belah gelombang
Ketika senja pasang, ketika pantai hilang
Aku melenggang, ke kiri ke kanan
Ke kiri, ke kanan, aku melenggang."

"Dengarkanlah, laut mau mengamuk
Ayo pulang! Pulang dara,
Lihat, gelombang membuas berkejaran
Ayo pulang! Ayo pulang."

"Gelombang tidak mau menelan aku
Aku sendiri getaran yang jadikan gelombang,
Kedahsyatan air pasang, ketenangan air tenang
Atap kepalaku hilang di bawah busah & lumut."

"Dara, di mana kau, dara
Mana, mana lagumu?
Mana, mana kekaburan ramping tubuhmu?
Mana, mana daraku berani?"

Malam kelam mencat hitam bintang-bintang
Tidak ada sinar, laut tidak ada cahaya
Di pantai, di senja tidak ada dara
Tidak ada dara, tidak ada, tidak — 

Sumber: Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45 (1956)

Analisis Puisi:

Puisi "Datang Dara, Hilang Dara," yang diterjemahkan oleh Chairil Anwar, adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjalanan dan kebebasan seorang dara (perempuan muda) yang berani menjalani petualangan dalam menghadapi kehidupan dan alam. Puisi ini mengangkat tema keberanian, pencarian identitas, dan ketidakpastian.

Keberanian dan Kebebasan: Puisi ini memperlihatkan keberanian seorang dara yang siap menjalani petualangan. Dara tersebut dengan penuh keberanian mengembara mencari identitas dan tujuannya di pantai senja. Kebebasan dan semangatnya tercermin dalam penggambaran "melenggang ke kiri ke kanan" seperti elang yang membelah gelombang.

Pencarian Identitas dan Tujuan: Penutur mencoba membujuk dara untuk pulang, tetapi dara menolak dengan tegas. Dara mencari sesuatu yang tidak dapat ditemukan dengan mudah, seperti mencari lagu, kekaburan tubuh, dan daranya yang berani. Hal ini mencerminkan pencarian identitas dan makna dalam hidupnya.

Ketidakpastian dan Ancaman Alam: Meskipun dara memiliki semangat dan keberanian untuk menghadapi kehidupan dan alam, terdapat ketidakpastian dan ancaman yang mengintai. Gambaran awan hitam yang mendung dan gelombang yang membuas mencerminkan ketidakpastian dan ancaman dalam hidup.

Kehilangan dan Ketenangan: Puisi ini merujuk pada perubahan dan perjalanan sepanjang hidup. Kehilangan atap kepalanya di bawah busa dan lumut menggambarkan perubahan yang dialami dalam hidupnya. Ada pula perasaan tenang dan kesadaran akan kedahsyatan alam.

Akhir yang Misterius: Puisi ini diakhiri dengan gambaran malam yang kelam dan penuh ketidakpastian. Hilangnya cahaya dan dara di pantai senja menggambarkan perjalanan yang tidak jelas dan misterius, serta pencarian identitas yang belum terpenuhi.

Puisi "Datang Dara, Hilang Dara" menggambarkan perjalanan seorang dara yang penuh keberanian dan semangat dalam menjalani hidup dan menghadapi alam. Pencarian identitas dan makna dalam hidup, ketidakpastian, dan kebebasan menjadi tema yang ditonjolkan dalam puisi ini. Chairil Anwar berhasil menggambarkan perasaan, pikiran, dan perjalanan yang kompleks melalui penggunaan gambaran alam dan metafora yang kuat.

Chairil Anwar
Puisi: Datang Dara, Hilang Dara
Diterjemahkan oleh: Chairil Anwar
Karya asli: Hsu Chih-Mo
Judul asli: A Song of the Sea

Biodata Chairil Anwar:
  • Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
  • Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
  • Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.