Puisi: Catatan Masa Kecil (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Catatan Masa Kecil" menggambarkan perjalanan batin seorang anak yang mencari pemahaman dan makna dalam kehidupannya. Dengan menggunakan ....
Catatan Masa Kecil (1)

Ia menjenguk ke dalam sumur mati itu dan tampak garis-garis patah dan berkas-berkas warna perak dan kristal-kristal hitam yang pernah disaksikannya ketika ia sakit dan mengigau dan memanggil-manggil ibunya. Mereka bilang ada ular menjaga di dasarnya. Ia melemparkan batu ke dalam sumur mati itu dan mendengar suara yang pernah dikenalnya lama sebelum ia mendengar tangisnya sendiri yang pertama kali. Mereka bilang sumur mati itu tak pernah keluar airnya.

Ia mencoba menerka kenapa ibunya tidak pernah mempercayai mereka.

Catatan Masa Kecil (2)

Ia mengambil jalan pintas dan jarum-jarum rumput berguguran oleh langkah-langkahnya. Langit belum berubah juga. Ia membayangkan rahang-rahang laut dan rahang-rahang bunga lalu berpikir apakah burung yang tersentak dari ranting lamtara itu pernah menyaksikan rahang-rahang laut dan rahang-rahang bunga terkam-menerkam. Langit belum berubah juga. Angin begitu ringan dan bisa meluncur ke mana  pun dan bisa menggoda laut sehabis menggoda bunga tetapi ia bukan angina dan ia kesal lalu menyepak sebutir kerikil. Ada yang terpekik di balik semak. Ia tak mendengarnya.

Ada yang terpekik di balik semak dan gemanya menyentuh sekuntum bunga lalu tersangkut pada angina dan terbawa sampai ke laut tetapi ia tak mendengarnya dan ia membayangkan rahang-rahang langit kalau hari hampir hujan. Ia sampai di tanggul sungai tetapi mereka yang berjanji menemuinya ternyata tak ada. Langit sudah berubah. Ia memperhatikan ekor srigunting yang senantiasa bergerak dan mereka yang berjanji mengajaknya ke seberang sungai belum juga tiba lalu menyaksikan butir-butir hujan mulai jatuh ke air dan ia memperhatikan lingkaran-lingkaran itu melebar dan ia membayangkan mereka tiba-tiba mengepungnya dan melemparkannya ke air.

Ada yang memperhatikannya dari seberang sungai tetapi ia tak melihatnya. Ada.

Catatan Masa Kecil (3)

Ia turun dari ranjang lalu bersijingkat dan membuka jendela lalu menatap bintang-bintang seraya bertanya-tanya apa gerangan yang di luar semesta dan apa gerangan yang di luar semesta dan terus saja menunggu sebab serasa ada yang akan lewat memberitahukan hal itu padanya dan ia terus bertanya-tanya sampai akhirnya terdengar ayam jantan berkokok tiga kali dan ketika ia menoleh nampak ibunya sudah berdiri di belakangnya berkata “biar kututup jendela ini kau tidurlah saja setelah semalam suntuk terjaga sedang udara malam jahat sekali perangainya?

Catatan Masa Kecil (4)

Ia tak pernah sempat bertanya kenapa dua kali dua hasilnya sama dengan dua tambah dua sedangkan satu kali satu lebih kecil dari satu tambah satu dan tiga kali tiga lebih besar dari tiga tambah tiga. Sejak semula ia sayang pada angka nol.

Dan setiap kali ia menghitung dua tambah tiga kali empat kurang dua ia selalu teringat waktu terjaga malam-malam ketika ibunya sakit keras dan ayahnya tidak ada di rumah dan di halaman terdengar langkah-langkah bakiak almarhum neneknya dan ia ingin kencing tetapi takut ke kamar kecil yang dekat sumur itu dan lalu kencing saja di kasur.

Sungguh, sejak semula ia hanya mempercayai angka nol.

1971

Sumber: Horison (Januari, 1974)

Catatan:
Puisi Catatan Masa Kecil bisa dibaca di buku Hujan Bulan Juni (1994), Ayat-Ayat Api (2000) dan Melipat Jarak (2015).

Analisis Puisi:
Puisi "Catatan Masa Kecil" menggambarkan dunia internal seorang anak yang dihadapkan pada kehidupan yang penuh dengan misteri dan pertanyaan.

Keberanian dan Ketidakpastian: Bagian pertama menggambarkan anak tersebut menjelajahi kegelapan dan kebingungan dalam mencari makna di sekitarnya. Dia melemparkan batu ke sumur mati dan mendengarkan suara yang misterius. Ketidakmengertian terhadap alam semesta dan perasaan tidak bisa memahami mengapa ibunya tidak mempercayainya menjadi tema utama di bagian ini.

Penemuan dalam Kekosongan: Anak tersebut merenungkan makna hidup dan menjelajahi alam sekitarnya dalam bagian kedua. Namun, dia tetap berjuang dengan ketidakpastian dan kekosongan yang menyertainya. Dia merenungkan kemungkinan burung telah menyaksikan pemandangan yang luas dan menantang di dunia. Bagian ini menyoroti kecemasan dan kebingungan anak tentang dunia di sekitarnya.

Pertanyaan dan Ketidakpastian: Bagian ketiga menyoroti keingintahuan anak tentang alam semesta dan perannya di dalamnya. Dia menatap bintang-bintang dengan harapan menemukan jawaban atas pertanyaannya yang tak terjawab. Namun, dia terus merenungkan dan menunggu, tanpa jawaban yang jelas atau kehadiran yang memberikan pencerahan.

Pengalaman Pribadi dan Pertimbangan Filosofis: Bagian terakhir mencerminkan pengalaman pribadi anak tersebut, termasuk saat-saat kesendirian dan ketakutan. Dia mempercayai angka nol, yang mungkin melambangkan ketidakpastian dan kekosongan yang dirasakannya dalam kehidupan. Pengalaman mengenai kencing di kasur di tengah malam menegaskan perjuangan anak dalam menghadapi ketakutan dan pertanyaan yang muncul dalam hidupnya.

Puisi "Catatan Masa Kecil" menggambarkan perjalanan batin seorang anak yang mencari pemahaman dan makna dalam kehidupannya. Dengan menggunakan gambaran alam semesta dan pengalaman pribadi anak tersebut, Sapardi Djoko Damono menghadirkan suasana introspektif dan filosofis yang memperlihatkan pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang kehidupan, kematian, dan makna di dalamnya.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Catatan Masa Kecil
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.