Puisi: Biar Malam Kini Lalu (Diterjemahkan oleh Chairil Anwar)

Puisi "Biar Malam Kini Lalu," yang diterjemahkan oleh Chairil Anwar, menggambarkan perasaan perpisahan, kehilangan, dan keraguan dalam hubungan ....
Biar Malam Kini Lalu

Biar malam kini lalu,
cinta, tapi mimpi masih ganggu
yang bawa kita bersama sekamar
tinggi seperti gua dan sebisu
stasion akhir yang dingin
di malam itu banyak berjejer siur katil-katil
Kita terbaring dalam sebuah
yang paling jauh terpencil.

Bisikan kita tidak pacu waktu
kita berciuman, aku gembira
atas segala tingkahmu,
sungguhpun yang lain di sisiku
dengan mata berisi dendam
dan tangan lesu jatuh
melihat dari ranjang.

Apakah dosa, apakah salah
kecemasan berlimpah sesal
yang jadikan aku korban
kau lantas lakukan dengan tidak sangsi
apa yang tidak bakal aku setuju?
dengan lembut kau ceritakan
kau sudah terima orang lain
dan penuh sedih merasa
aku orang ketiga dan lantas jalan

Sumber: Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45 (1956)

Analisis Puisi:

Puisi "Biar Malam Kini Lalu," yang diterjemahkan oleh Chairil Anwar, menggambarkan perasaan perpisahan, kehilangan, dan keraguan dalam hubungan cinta. Melalui penggunaan imaji dan bahasa yang kuat, puisi ini menyampaikan nuansa emosional yang kompleks dan merangsang refleksi tentang kompleksitas hubungan manusia.

Perasaan Perpisahan: Puisi ini menggambarkan suasana perpisahan, di mana malam yang sebelumnya dilalui bersama pasangan sekarang menjadi masa lalu. Bahasa "biar malam kini lalu" menggambarkan bahwa saat-saat berharga itu sudah terlewati dan tidak bisa kembali.

Mimpi Ganggu: Puisi ini menciptakan kontras antara perasaan cinta dan gangguan mimpi. Meskipun ada perasaan cinta, mimpi-mimpi yang mengganggu mengindikasikan adanya ketidakpastian dan ketidakamanan dalam hubungan.

Gambaran Kamar: Puisi ini menggambarkan gambaran kamar sebagai tempat pertemuan dan keintiman. Kamar menjadi simbol tempat di mana mereka bersama dalam situasi yang sangat pribadi dan intim.

Ketidakpastian dan Ketidaksetujuan: Puisi ini menggambarkan perasaan tidak pasti dan ketidaksetujuan dalam hubungan. Ada rasa cemburu dan ketidakpercayaan terhadap pasangan, yang tercermin dalam kata-kata "dengan mata berisi dendam" dan "dan tangan lesu jatuh."

Tema Perasaan Ketiga: Puisi ini menciptakan gambaran tentang perasaan ketiga dalam hubungan, di mana ada kehadiran orang lain yang mengganggu kedamaian dan keintiman. Hal ini mengeksplorasi perasaan tidak aman dan cemas dalam hubungan.

Kompleksitas Emosi: Puisi ini menggambarkan kompleksitas emosi dalam hubungan, termasuk cinta, cemburu, rasa kehilangan, dan keraguan. Ini menciptakan lapisan-lapisan emosional yang memperkaya pemahaman tentang perasaan manusia dalam hubungan.

Penutup yang Merenung: Puisi ini ditutup dengan pertanyaan "apakah dosa, apakah salah," yang mengeksplorasi pertanyaan moral dan perasaan kesalahan dalam hubungan. Penutup puisi ini memberikan refleksi mendalam tentang konflik batin yang dihadapi oleh penyair.

Puisi "Biar Malam Kini Lalu" menggambarkan kekompleksan emosi dan ketidakpastian dalam hubungan cinta. Dengan menggunakan gambaran yang kuat dan bahasa yang tajam, puisi ini memperlihatkan berbagai perasaan manusia yang melibatkan keraguan, cemburu, kehilangan, dan perasaan ketiga. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan dinamika hubungan manusia dan kerapuhan emosional yang melekat pada mereka.
Chairil Anwar
Puisi: Biar Malam Kini Lalu
Diterjemahkan oleh: Chairil Anwar
Karya asli: W.H. Auden
Judul asli: Song IV

Biodata Chairil Anwar:
  • Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
  • Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
  • Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.