Puisi: Bayang-Bayang di Bawah Pohon (Karya Gunoto Saparie)

Puisi "Bayang-Bayang di Bawah Pohon" karya Gunoto Saparie mengundang pembaca untuk merenung tentang eksistensi, keterhubungan antara manusia dan ...
Bayang-Bayang di Bawah Pohon

bayang-bayang jatuh di bawah pohon
ketika matahari bergeser ke barat
kaukah yang sendirian bersila memohon
kepada angin, kepada awan, kepada malaikat?

bayang-bayang pohon pun melengkapkan
rahasia daun dan ranting yang gugur
pertanda jasad tak baka, hanya fana
pada tubuhnya tergurat riwayat leluhur

ketika akar-akarnya menggali bumi
tanpa kata-kata, dalam sunyi
puluhan tahun mengeja arti kehidupan
mengalunkan tembang alam dan lingkungan

2021

Analisis Puisi:

Puisi "Bayang-Bayang di Bawah Pohon" karya Gunoto Saparie merupakan sebuah karya yang menggambarkan hubungan antara manusia dan alam, serta refleksi atas kehidupan dan keterikatan kita dengan lingkungan sekitar. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenung tentang eksistensi, keterhubungan antara manusia dan alam semesta.

Struktur dan Gaya Bahasa: Puisi ini terdiri dari tiga bait dengan penggunaan bahasa yang sederhana namun dalam. Metafora dan analogi digunakan secara konsisten untuk mengekspresikan konsep-konsep yang lebih dalam, seperti "bayang-bayang" yang jatuh di bawah pohon, simbol dari keterhubungan antara manusia (yang mungkin merenung di bawah pohon) dengan alam.

Tema Keterhubungan Manusia dengan Alam: Penyair menggunakan bayang-bayang sebagai gambaran hubungan manusia dengan alam. Ketika matahari bergeser ke barat, menandakan perubahan waktu dan perjalanan kehidupan, manusia mungkin duduk sendirian, merenung dan memohon kepada alam, angin, awan, atau malaikat. Hal ini mencerminkan kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri, mungkin dalam bentuk spiritualitas atau pencarian makna.

Kehidupan dan Kematian: Puisi ini juga membahas tema kehidupan dan kematian. Bayang-bayang pohon dan daun yang gugur menandakan siklus kehidupan; bahwa manusia juga bagian dari alam dan akan kembali ke alam setelah kehidupan mereka berakhir. Sentuhan leluhur tergambar pada garis-garis atau riwayat yang tertulis pada tubuh manusia, menandakan warisan dan pengaruh masa lalu yang menjadi bagian dari identitas kita.

Keheningan Alam: Penggambaran akar-akar pohon yang menggali bumi tanpa kata-kata, dalam sunyi, mewakili keheningan alam yang memiliki kebijaksanaan dan pelajaran berharga. Pohon yang hidup puluhan tahun mengajarkan tentang makna hidup, bagaimana mengalunkan "tembang alam dan lingkungan" yang menjadi harmoni kehidupan.

Puisi ini memberikan sudut pandang yang dalam tentang hubungan manusia dengan alam, siklus kehidupan, dan kebijaksanaan yang terkandung dalam keheningan alam. Dengan penggunaan metafora yang kuat, penyair mengajak pembaca untuk merenung tentang eksistensi manusia dan keterhubungannya dengan lingkungan sekitar. Menyadari bahwa kita bukan hanya pengamat, tetapi bagian integral dari alam semesta.

Puisi Bayang-Bayang di Bawah Pohon
Puisi: Bayang-Bayang di Bawah Pohon
Karya: Gunoto Saparie


BIODATA GUNOTO SAPARIE

Lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Kadilangu, Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Pertama Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Kendal, Akademi Uang dan Bank Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Sedangkan pendidikan nonformal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab, Gemuh, Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab, Gemuh, Kendal.

Selain menulis puisi, ia juga mencipta cerita pendek, kritik sastra, esai, dan kolom, yang dimuat di sejumlah media cetak terbitan Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, dan Prancis. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981),  Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996),  Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), dan Mendung, Kabut, dan Lain-lain (Cerah Budaya Indonesia, Jakarta, 2019). Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004).  Novelnya Selamat Siang, Kekasih dimuat secara bersambung di Mingguan Bahari, Semarang (1978) dan Bau (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2019) yang menjadi nomine Penghargaan Prasidatama 2020 dari Balai Bahasa Jawa Tengah.

Ia juga pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Sejumlah puisi, cerita pendek, dan esainya termuat dalam antologi bersama para penulis lain.  Puisinya juga masuk dalam buku Manuel D'Indonesien Volume I terbitan L'asiatheque, Paris, Prancis, Januari 2012. Ia juga menulis puisi berbahasa Jawa (geguritan) di Panjebar Semangat dan Jaya Baya.

Ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta), Tanahku (Semarang), Delik Hukum Jateng (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang), Pemimpin Redaksi Radio Gaya FM (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Faktual (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Otobursa Plus (Semarang), dan Redaktur Legislatif  (Jakarta).

Selain di bidang pers, ia pernah bekerja di bidang pendidikan, yaitu guru di SMP Yasbumi Cepiring, SMP PGRI Patebon, SMP Muhammadiyah Kendal, dan SMA Al-Farabi Pegandon. Ia pernah pula bekerja di CV Sido Luhur Kendal dan PT Aryacipta Adibrata Semarang.

Saat ini ia menjabat Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah, dan Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah. Sebelumnya ia pernah menjabat Ketua Kelompok Studi Seni Remaja (KSSR) Kendal, Ketua Pelaksana Dewan Teater Kendal, Sekretaris Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Jawa Tengah, Wakil Ketua Ormas MKGR Jawa Tengah, Fungsionaris DPD Partai Golkar Jawa Tengah, Sekretaris DPD Badan Informasi dan Kehumasan Partai Golkar Jawa Tengah, dan Sekretaris Bidang Kehumasan DPW Partai Nasdem Jawa Tengah. 

Sejumlah penghargaan di bidang sastra, kebudayaan, dan jurnalistik telah diterimanya, antara lain dari Kepala Perwakilan PBB di Indonesia, Menteri Perumahan Rakyat, Menteri Penerangan, Menteri Luar Negeri, Pangdam IV/ Diponegoro, dan Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah.

Gunoto Saparie juga sering diundang sebagai pembicara dalam kongres, simposium, dan seminar kesastraan. Ia pun sering membaca puisi di berbagai tempat dan juri lomba literasi yang diadakan lembaga pemerintah maupun swasta. Kini ia tinggal di Jalan Taman Karonsih 654, Ngaliyan, Semarang.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.