Ada yang baru nih dari Songmont! Tas Elegan dengan Kualitas Terbaik

Puisi: Sungai di Tepi Jalan Raya (Karya Gunoto Saparie)

Puisi "Sungai di Tepi Jalan Raya" karya Gunoto Saparie menggambarkan perubahan dalam lingkungan dan kehidupan sehari-hari, serta ...
Sungai di Tepi Jalan Raya


ada kisah mengalir
pada sungai di tepi jalan raya
riang bocah-bocah bermain air
gadis-gadis dengan dada terbuka

ada angin bertiup pelan
mempermainkan dedaunan talas
ada yang terapung dibawa arus
kenangan kerajaan bintoro, juga impian

assalamualaikum, sejarah yang padam
di manakah burung-burung dadali
yang suka mencelup paruh ke kali?
di manakah siul perjaka kasmaran?

ada puisi yang mengalir
pada sungai tak jernih lagi
ada lelaki tua yang bersyair
tapi ia sesungguhnya tak di sini

2021

Analisis Puisi:
Puisi "Sungai di Tepi Jalan Raya" karya Gunoto Saparie adalah sebuah karya yang menggambarkan kehidupan sehari-hari di tepi sungai yang terletak di pinggir jalan raya.

Gambarkan Kebebasan dan Kehidupan Sehari-hari: Puisi ini membawa pembaca ke tepi sungai di mana anak-anak dan gadis-gadis bermain air dengan riang. Ini menciptakan gambaran tentang kebebasan dan kehidupan sederhana yang dinikmati oleh penduduk desa yang tinggal di sekitar sungai ini.

Keindahan Alam: Puisi ini mencatat keindahan alam sekitarnya, termasuk dedaunan talas yang bermain-main dengan angin. Deskripsi alam ini menciptakan suasana yang damai dan tenang dalam puisi.

Kehilangan Kenangan dan Impian: Penyair juga menyinggung tentang "kenangan kerajaan bintoro" dan "impian" yang dibawa oleh arus sungai. Hal ini mengisyaratkan tentang kerinduan akan masa lalu dan harapan yang mungkin telah terkubur di antara perubahan yang datang.

Sejarah yang Padam: Penyair mengeluhkan kehilangan sejarah yang telah padam. Ini bisa mencerminkan rasa kehilangan terhadap nilai-nilai dan tradisi yang mungkin telah terlupakan atau terabaikan.

Tantangan Penuaan dan Ketidakhadiran: Dalam puisi ini, ada referensi terhadap seorang "lelaki tua yang bersyair" yang seolah-olah telah meninggalkan tempat tersebut. Ini bisa menggambarkan perasaan kesendirian atau ketidakhadiran figur yang pernah berperan penting dalam kehidupan sehari-hari di tepi sungai.

Lingkungan yang Berubah: Puisi ini juga mencatat bahwa sungai tersebut tidak lagi "jernih," yang mungkin mengindikasikan perubahan dalam lingkungan fisik sungai tersebut.

Kesedihan dan Kerinduan: Puisi ini memiliki nada kesedihan yang melankolis, terutama dalam pertanyaan tentang "burung-burung dadali" dan "siul perjaka kasmaran." Ini menciptakan perasaan kerinduan dan nostalgia.

Puisi "Sungai di Tepi Jalan Raya" adalah sebuah puisi yang menggambarkan perubahan dalam lingkungan dan kehidupan sehari-hari, serta perasaan kesendirian, kerinduan, dan nostalgia yang mungkin dirasakan oleh penduduk desa yang tinggal di sekitar sungai ini. Puisi ini juga mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana perubahan dalam lingkungan dapat memengaruhi perasaan dan kenangan manusia.

Puisi: Sungai di Tepi Jalan Raya
Puisi: Sungai di Tepi Jalan Raya
Karya: Gunoto Saparie


BIODATA GUNOTO SAPARIE

Lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Kadilangu, Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Pertama Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Kendal, Akademi Uang dan Bank Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Sedangkan pendidikan nonformal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab, Gemuh, Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab, Gemuh, Kendal.

Selain menulis puisi, ia juga mencipta cerita pendek, kritik sastra, esai, dan kolom, yang dimuat di sejumlah media cetak terbitan Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, dan Prancis. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981),  Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996),  Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), dan Mendung, Kabut, dan Lain-lain (Cerah Budaya Indonesia, Jakarta, 2019). Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004).  Novelnya Selamat Siang, Kekasih dimuat secara bersambung di Mingguan Bahari, Semarang (1978) dan Bau (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2019) yang menjadi nomine Penghargaan Prasidatama 2020 dari Balai Bahasa Jawa Tengah.

Ia juga pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Sejumlah puisi, cerita pendek, dan esainya termuat dalam antologi bersama para penulis lain.  Puisinya juga masuk dalam buku Manuel D'Indonesien Volume I terbitan L'asiatheque, Paris, Prancis, Januari 2012. Ia juga menulis puisi berbahasa Jawa (geguritan) di Panjebar Semangat dan Jaya Baya.

Ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta), Tanahku (Semarang), Delik Hukum Jateng (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang), Pemimpin Redaksi Radio Gaya FM (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Faktual (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Otobursa Plus (Semarang), dan Redaktur Legislatif  (Jakarta).

Selain di bidang pers, ia pernah bekerja di bidang pendidikan, yaitu guru di SMP Yasbumi Cepiring, SMP PGRI Patebon, SMP Muhammadiyah Kendal, dan SMA Al-Farabi Pegandon. Ia pernah pula bekerja di CV Sido Luhur Kendal dan PT Aryacipta Adibrata Semarang.

Saat ini ia menjabat Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah, dan Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah. Sebelumnya ia pernah menjabat Ketua Kelompok Studi Seni Remaja (KSSR) Kendal, Ketua Pelaksana Dewan Teater Kendal, Sekretaris Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Jawa Tengah, Wakil Ketua Ormas MKGR Jawa Tengah, Fungsionaris DPD Partai Golkar Jawa Tengah, Sekretaris DPD Badan Informasi dan Kehumasan Partai Golkar Jawa Tengah, dan Sekretaris Bidang Kehumasan DPW Partai Nasdem Jawa Tengah. 

Sejumlah penghargaan di bidang sastra, kebudayaan, dan jurnalistik telah diterimanya, antara lain dari Kepala Perwakilan PBB di Indonesia, Menteri Perumahan Rakyat, Menteri Penerangan, Menteri Luar Negeri, Pangdam IV/ Diponegoro, dan Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah.

Gunoto Saparie juga sering diundang sebagai pembicara dalam kongres, simposium, dan seminar kesastraan. Ia pun sering membaca puisi di berbagai tempat dan juri lomba literasi yang diadakan lembaga pemerintah maupun swasta. Kini ia tinggal di Jalan Taman Karonsih 654, Ngaliyan, Semarang.
© Sepenuhnya. All rights reserved.