Puisi: Perkutut (Karya Piek Ardijanto Soeprijadi)

Puisi "Perkutut" karya Piek Ardijanto Soeprijadi mengajak kita untuk merenungkan hubungan manusia dengan alam dan pentingnya menjaga kebebasan dan ...
Perkutut

burung perkutut di ladang berumput
neba berkawan menelani kerikil
kami segan memasang pulut
memikat burung begitu mungil

bebaslah perkutut beterbangan
buat apa kau kujadikan piaraan
manggung di sangkar keemasan
menghabiskan makanan

perkutut perkutut di cabang trembesi
hinggap berkawan menatap sawang
manggunglah merdu sepuas hati
menghibur kami kerja di ladang

Sumber: Horison (November, 1971)

Catatan:
neba = hinggap berkawan
pulut = getah
manggung = berbunyi untuk perkutut

Analisis Puisi:

Puisi "Perkutut" karya Piek Ardijanto Soeprijadi menghadirkan gambaran tentang kehidupan dan kebebasan burung perkutut.

Simbolisme Perkutut: Burung perkutut dalam puisi ini mewakili kebebasan dan keindahan alam yang liar. Perkutut dipandang dengan penuh rasa kagum dan kelembutan oleh penyair, yang menolak untuk menjadikannya sebagai piaraan atau mengurungnya dalam sangkar. Simbolisme perkutut mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kebebasan alam dan menghargai keindahan yang ada di sekitar kita.

Pulut Sebagai Umpan: Penyair menyebutkan tentang memasang pulut untuk memikat perkutut, yang menunjukkan upaya manusia untuk mendekati keindahan alam. Namun, upaya tersebut tampaknya dilakukan dengan penuh kehormatan dan rasa segan, menunjukkan sikap yang bertanggung jawab terhadap kehidupan liar.

Manggung di Sangkar Keemasan: Penyair menentang ide untuk menjadikan perkutut sebagai piaraan dan memilih untuk membiarkannya bebas berkeliaran di alam. Ide ini merujuk pada keindahan alam yang tidak boleh dipenjarakan dan dinikmati semata-mata oleh manusia. "Manggung di sangkar keemasan" juga dapat diinterpretasikan sebagai peringatan terhadap penangkapan dan perdagangan burung liar yang merugikan ekosistem alam.

Berkawan di Cabang Trembesi: Imaji burung perkutut yang hinggap di cabang trembesi menciptakan gambaran yang damai dan harmonis. Ini menyoroti kedamaian alam dan keindahan sederhana yang bisa dinikmati oleh manusia tanpa perlu melakukan tindakan yang merugikan.

Menghibur Kerja di Ladang: Penyair menutup puisi dengan menyatakan bahwa nyanyian merdu perkutut menghibur mereka yang bekerja di ladang. Ini menunjukkan bahwa kehadiran alam liar bisa menjadi sumber kekuatan dan inspirasi bagi manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Puisi "Perkutut" karya Piek Ardijanto Soeprijadi mengajak kita untuk merenungkan hubungan manusia dengan alam dan pentingnya menjaga kebebasan dan keindahan alam liar. Ini juga mengingatkan kita akan keindahan sederhana yang bisa ditemukan di sekitar kita jika kita bersedia membuka mata dan hati.

Puisi: Perkutut
Puisi: Perkutut
Karya: Piek Ardijanto Soeprijadi

Biodata Piek Ardijanto Soeprijadi:
  • Piek Ardijanto Soeprijadi (EyD Piek Ardiyanto Supriyadi) lahir pada tanggal 12 Agustus 1929 di Magetan, Jawa Timur.
  • Piek Ardijanto Soeprijadi meninggal dunia pada tanggal 22 Mei 2001 (pada umur 71 tahun) di Tegal, Jawa Tengah.
  • Piek Ardijanto Soeprijadi adalah salah satu sastrawan angkatan 1966.
© Sepenuhnya. All rights reserved.