Puisi: Perempuan Nelayan Kampung Yepem (Karya Nia Samsihono)

Puisi "Perempuan Nelayan Kampung Yepem" menggambarkan kerja keras dan keseharian seorang perempuan yang berjuang untuk mencari nafkah serta ...
Perempuan Nelayan Kampung Yepem


Adalah perempuan sekuat karang
Ia membelah hari menuju lautan
Diarunginya tepian samudra biru
Saat mentari sembunyi di cakrawala bayu

Perempuan berambut ikal berkulit tembaga
Gigi putih berseri bagai awan menawan jiwa
menenteng jaring menebarkan ke perairan segara
Dayung panjang diletakkan di buritan bahtera

Kakinya menari di antara pasang air konda
Udang berloncatan di tangannya masuk timba
Hingga terasa terik matahari di kepala
Saatnya kembali mendayung ke dermaga
Tempat rumah penuh cinta dan pelita

Adalah perempuan setegar karang
Nyanyiannya menyeru ke tengah samudra
Memanggil gelombang untuk bercengkerama
Melewati hari hingga akhir kala


Jakarta, 2019

Sumber: Perempuan Bahari (2020)

Catatan:
  1. Kampung Yepem,  terletak tepat di Muara Kali Siretsy, pinggiran Kota Agats, Kabupaten Asmat, Papua. Kampung ini tepat berhadapan dengan Laut Arafura.
  2. Air konda adalah kondisi saat air laut pasang dan surut dalam keadaan pelan. Saat air pasang seperti itu biota laut, terutama jenis udang putih, akan berkumpul di perairan dangkal.
Analisis Puisi:
Puisi "Perempuan Nelayan Kampung Yepem" karya Nia Samsihono menggambarkan kegigihan dan ketegaran seorang perempuan nelayan yang hidup di tepi lautan. Puisi ini menunjukkan kerja keras dan keseharian seorang perempuan yang berjuang untuk mencari nafkah serta menjalani kehidupan di tengah laut.

Gambaran Keseharian Perempuan Nelayan: Penyair menggambarkan kehidupan sehari-hari perempuan nelayan, yang diwakili oleh kekuatan, ketegaran, dan keuletannya dalam bekerja. Mereka berlayar ke laut dengan dayung panjang, menangkap ikan, mengarungi ombak, dan pulang ke rumah di dermaga sebagai tempat yang penuh cinta dan pelita.

Kehidupan yang Penuh Kekuatan: Deskripsi tentang perempuan nelayan sebagai "sekuat karang" menyoroti kekuatan fisik dan mentalnya. Meskipun pekerjaan mereka berat, mereka tetap bersemangat dan penuh daya tahan.

Kegigihan Perempuan dalam Mengarungi Kehidupan: Penyair menekankan keberanian dan kegigihan perempuan nelayan dalam mengarungi samudra biru, mewakili keberanian mereka dalam menghadapi tantangan kehidupan yang keras dan gelombang laut yang tak terduga.

Puisi ini memuji perempuan nelayan dan menggambarkan kekuatan serta keteguhan mereka dalam menjalani kehidupan yang keras di tepi lautan. Sebagai bagian penting dalam masyarakat, perempuan nelayan dihormati karena keteguhan mereka dalam mengarungi samudra untuk memastikan kelangsungan hidup keluarga dan masyarakat di kampung mereka.

Nia Samsihono
Puisi: Perempuan Nelayan Kampung Yepem
Karya: Nia Samsihono

Biodata Nia Samsihono:

Nia Samsihono lahir di Pontianak pada tanggal 16 September 1959. Dari SMA I Purbalingga. Kuliah di Fakultas Sastra Universitas Diponegoro, Semarang. Lalu kemudian melanjutkan S-2 di Universitas Indonesia, Jakarta.

Buku puisi tunggalnya, antara lain:
  1. Kemarau (2003)
  2. Perkawinan Cinta (2009)
  3. Gending (2010)
  4. De Javu (2010)
  5. Kinanti (2021)

Puisi-puisi karya Nia Samsihono juga terhimpun dalam:
  1. Antologi Puisi Merapi Gugat (2010)
  2. Antologi Puisi 105 Penyair Kota Pekalongan  (2010)
  3. Antologi Puisi Radja dan Ratoe Alit (2011)
  4. Antologi Puisi Hati Perempuan (2011),
  5. Antologi Puisi Akulah Musi (2011)
  6. Antologi Puisi Kaos Hitam Cinta (2009)
  7. Antologi Puisi Suluk Mataram, 50 Penyair Membaca Yogya (2011)
  8. Antologi Puisi Bangga Menjadi Rakyat Indonesia (2012)
  9. Antologi Puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini, Kartini 2012 (2012)
  10. Bunga Rampai Puisi Pertemuan Penyair Nusantara VI Sauk Seloko (Dewan Kesenian Jambi, 2012)
  11. Antologi Penyair Indonesia Dari Negeri Poci 4: Negeri Abal-Abal (Komunitas Radja Ketjil, Kosa Kata Kita, Jakarta 2013)
  12. Antologi Penyair Indonesia Dari Negeri Poci 5: Negeri Langit (Komunitas Radja Ketjil, Kosa Kata Kita, Jakarta 2014)
  13. Antologi Puisi Esai Jula Juli Asam Jakarta (Jurnal Sajak, 2014)
  14. Perempuan Langit (2015)
  15. Perempuan Langit 2 (2016)
  16. Puisi Esai Perempuan Nusa dalam Puisi Esai (2019)
  17. Antologi Puisi Negeri Poci: Pesisiran (2019)
  18. Antologi Puisi Perempuan Bahari (2019)
  19. Antologi Puisi Bandara dan Laba-Laba (2019)
  20. Puisi Esai Mini “Mama, Napasku Sesak oleh Covid-19” dalam Love and Life in the Era of Corona (Jakarta, Cerah Budaya Indonesia, 2020)
  21. Antologi Puisi Perempuan dan Lautan  (2021)

Selain menulis puisi, Nia Samsihono juga menulis cerita anak, beberapa di antaranya: Anak Aki BalakAwan Putih Mengambang di CakrawalaDedemit Alas RobanAyam Jantan dari Timur.

Nia Samsihono sampai sekarang aktif di kegiatan sastra dan menulis karya puisi. Sebagai Direktur Yayasan Cinta Sastra, tinggal di Jakarta.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.