Puisi: Monumen Air Itu, Inong (Karya Ikranagara)

Puisi "Monumen Air Itu, Inong" karya Ikranagara mengekspresikan penderitaan, bencana, dan kehancuran yang dihadapi oleh Inong, yang disampaikan ...
Monumen Air Itu, Inong


Bukankah yang kaukabarkan tentang pantaimu, Inong
itulah sosok monumen air
monumen maut lautan

Kali ini, Inong, monumen air
telah mewujudkan dirinya sendiri
setelah terlelap selama hampir duaratus tahun
di dasar lautan
di depan pantaimu

Kali ini, Inong, berapa ribu nyawa
berapa ribu rumah berapa ribu jalan
berapa ribu segala sesuatunya di ranahmu, Inong,
luluh lantak diterjang bahana tarian mautnya

Maka aku pun bisa merasakan rasa bersyukurmu itu,
Inong
karena nyawamu terhindar dari terjangan maut

"Untuk kesekian kalinya, Bang," ujarmu
dari alamat sementara
bisa membayangkan kembali perjalanan sejarah hidupmu
yang didera bencana demi bencana sepanjang sejarah negerimu
menyebabkan engkau jadi sosok yang babak belur
sekarang pun engkau kembali dirawat
di tenda pengungsi, "Untuk ke sekian kalinya, Bang."

Semua itu aku catat, Inong, karena aku tak bisa lain.
Bencana yang menimpa manusia wajahnya berbagai rupa
ada yang bukan buatan manusia ada pula yang buah rancangan fikiran kejam manusia.
Semua harus kucatat lalu kujalinkan
dengan desah nafasku akhirnya jadi suara dan kesaksian

Kemarin aku mencatat tentang aura airmata
dan darah yang membasahi lantai rumah-rumah pintu tertutup
di desa janda, di kelengangan rumput ilalang
di bukit tengkorak, di sela-sela semak belukar
di bawah naungan kebun kopi,
di bawah bayang-bayang asap pabrik
minyak bumi dan gas alam
warisanmu yang bukan menjadi milikmu

Kali ini aku mencatat tentang air
Manakala air telah menjulang tinggi, Inong
sosok raksasa kelabu itu derunya dahsyat menerjang
tak terkendalikan lagi bergemuruh ke tujuh penjuru badai

Monumen maut lautan itu, Inong,
dengan berjenggerkan buih putih di ubun-ubunnya
air telah membahana dalam deru tarian mautnya
lebih maut dari pesawat jet pembom buatan negara kaya
lebih maut dari peluru kendali buatan negara kuat
lebih maut dari tank buatan negara industri modern
lebih maut dari pasukan bersenjata mana pun
yang pernah menerjang tanahmu

"Untuk kesekian kalinya, Bang," pastilah begitu ujarmu

Ya, untuk kesekian kalinya, Inong,
kali ini bumimu bersimbah darah dan airmata
dan mayat-mayat berkaparan
"Bukan hanya yang pria dewasa saja, Bang," ujarmu
"Berkaparan di sela-sela puing reruntuhan yang berserakan di mana-mana
Jumlah janda dan duda bertambah
yang kehilangan alamat ditampung di tenda-tenda para pengungsi
Dan anak-anak kehilangan orang tua
sekolah dan tempat bermain."
Dan, engkau, Inong, juga kehilangan

Duh, kami yang di kejauhan ini, Inong
terpukau oleh ketegaranmu jiwamu
betapa kukuhnya pribadimu
menanggungkan derita demi derita berdatangan
yang mencengkeram urat lehermu selama ini sampai hari ini
saat engkau sedang menunggu sembuhnya kakimu yang kiri
setelah diamputasi agar nyawamu terselamatkan di Abad ke-21 ini

"Untuk ke sekian kalinya, Bang
setelah kaki Inong yang kanan diamputasi
juga untuk menyelamatkan nyawa Inong
di Abad ke-20 yang lalu."


Bethesda, Januari 2005

Analisis Puisi:
Puisi "Monumen Air Itu, Inong" karya Ikranagara mengekspresikan penderitaan, bencana, dan kehancuran yang dihadapi oleh Inong, yang disampaikan sebagai representasi dari penderitaan besar yang dialami masyarakat luas.

Personifikasi Bencana Alam: Inong digambarkan sebagai 'monumen air', simbolisasi dari kekuatan bencana alam, khususnya banjir atau gelombang tsunami. Bencana ini diibaratkan sebagai 'tarian maut' yang memusnahkan segalanya, termasuk kehidupan dan harta benda.

Kesengsaraan dan Ketegaran: Inong mengalami penderitaan yang tak terhingga, kehilangan kaki dan harus terus menghadapi bencana. Namun, ia tetap tegar dan tabah dalam menghadapi segala bencana yang menimpanya.

Catatan atas Kehancuran: Penyair menuliskan pengamatan akan kehancuran yang terjadi, termasuk berbagai latar yang berbeda. Ia mencatat betapa kehancuran menimpa tidak hanya daerah terbuka tetapi juga wilayah perkotaan, menyentuh rumah, hutan, serta berbagai tempat di mana bencana menyebabkan malapetaka.

Refleksi atas Pengaruh Manusia: Puisi ini juga menggambarkan peran manusia dalam menyebabkan bencana alam. Pengaruh perubahan iklim yang disebabkan oleh ulah manusia tercermin dari krisis yang dihadapi alam.

Kekuatan dan Kesaksian: Penyair menggambarkan kekuatan Inong dalam menghadapi penderitaan, serta kebutuhan akan kesaksian atas penderitaan dan kehancuran tersebut. Puisi ini mencoba mempertegas bahwa catatan dan kesaksian atas penderitaan haruslah diabadikan.

Puisi "Monumen Air Itu, Inong" karya Ikranagara adalah sebuah kritik sosial yang menyentuh ketidakmampuan manusia dalam menghentikan atau menanggulangi bencana alam yang terjadi akibat perubahan lingkungan. Dengan simbolisme yang kuat, puisi ini membangkitkan kesadaran akan dampak besar bencana alam dan bagaimana manusia harus mempertanggungjawabkan peran mereka dalam perlakuan terhadap lingkungan.

Puisi: Monumen Air Itu, Inong
Puisi: Monumen Air Itu, Inong
Karya: Ikranagara

Biodata Ikranagara
  • Ikranagara lahir pada tanggal 19 September 1943 di Loloan Barat, Jembrana, Bali.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.