Puisi: Hyang Tak Jadi (Karya Sutardji Calzoum Bachri)

Puisi "Hyang Tak Jadi" karya Sutardji Calzoum Bachri menggambarkan tema ketidakpastian dan kekecewaan dalam menanti sesuatu yang dianggap suci atau ..
Hyang Tak Jadi

senyap dalam sungai tenggelam dalam mimpi
lembab dalam renyai lebam dalam sepi
sayap dalam gapai langit dalam cari
resap dalam duhai riang dalam nyeri
                                    wau!

seribu tanah yang basah memakan setongkol burung
sarung waktu copot tulang telanjang bau
jam ketahuan belang bau waktu ketahuan aku
mengintip di celah resah yang bergoyang di kelengkangku
laut tak menguap sungai datang selalu
maut menyelinap baru kau tahu
                            Hyang tak jadi datang sayangku

tuba dalam sungai ngendap dalam dadu
rimau dalam renyai lewat padang bambu
taring dalam ngilai tikam dalam rindu
terkam dalam renyai maut menyergapmu
                                        wau!

anjing menggonggong tulang bintang di langit
kapal tak lagi mereguk laut tidak pula nyenyak di pelabuhan
dara menggigit kutang pemuda patah tiang
asap dari api tak jadi menguap di atap ranjang
                            Hyang tak jadi datang sayangku

gunung taklagi mengharap langit
sudahlah kuda sia menaiki kuda
buaya menunggu di muara tertegun lapuk
bintang jatuh tak sampai lumpur tak jadi pantai
daging sangsai terluka renyai meratap di kelengkangmu

senyap dalam sungai tenggelam dalam mimpi
lembab dalam renyai lebam dalam sepi
usai dalam gapai perih dalam hari
cuka dalam nadi luka dalam diri
                                wau!

                            Hyang tak jadi datang sayangku

1972

Sumber: O Amuk Kapak (1981)

Analisis Puisi:

Puisi "Hyang Tak Jadi" karya Sutardji Calzoum Bachri adalah sebuah karya yang kaya dengan simbolisme dan nuansa emosional yang mendalam. Melalui gaya bahasa yang unik dan penggunaan metafora yang kuat, puisi ini menggambarkan tema ketidakpastian dan kekecewaan dalam menanti sesuatu yang dianggap suci atau signifikan.

Gambaran Kesan Awal dan Atmosfer

Puisi ini dimulai dengan deskripsi yang memunculkan suasana melankolis dan misterius: "senyap dalam sungai tenggelam dalam mimpi / lembab dalam renyai lebam dalam sepi." Gambaran ini mengatur nada puisi dengan suasana hening dan kesedihan yang mendalam, serta menghubungkan pembaca dengan perasaan keterasingan dan penantian yang panjang.

Simbolisme dalam Alam dan Perasaan

Puisi ini kaya dengan simbolisme yang menggambarkan perasaan dan kondisi batin:
  • Sungai dan Laut: "senyap dalam sungai" dan "laut tak menguap" melambangkan aliran waktu dan proses kehidupan yang terus berlanjut meskipun ada rasa kehampaan. Sungai yang tenang bisa mengindikasikan stagnasi, sedangkan laut yang tidak menguap menunjukkan bahwa harapan dan impian belum terwujud.
  • Burung dan Taring: "seribu tanah yang basah memakan setongkol burung" dan "taring dalam ngilai tikam dalam rindu" menciptakan kontras antara harapan dan kenyataan. Burung yang dimakan tanah melambangkan harapan yang hilang, sementara taring menunjukkan rasa sakit dan kesedihan yang mendalam.
  • Jam dan Tulang: "jam ketahuan belang bau waktu ketahuan aku" dan "sarung waktu copot tulang telanjang bau" adalah simbolisasi dari berlalunya waktu dan kehampaan yang dirasakan akibat tidak tercapainya harapan.

Kesedihan dan Kekecewaan

Puisi ini dengan jelas mengekspresikan rasa kecewa dan kesedihan melalui pengulangan frasa "Hyang tak jadi datang sayangku." Hyang, yang biasanya merujuk pada kekuatan spiritual atau entitas suci, menjadi simbol dari harapan atau janji yang tidak terpenuhi. Kekecewaan ini disampaikan dengan nada penuh rasa kehilangan dan kepasrahan.

Konflik dan Kegelapan

Elemen-elemen seperti "anjing menggonggong" dan "dara menggigit" menambahkan dimensi konflik dan kekacauan. "Kapal tak lagi mereguk laut" dan "bintang jatuh tak sampai" menyoroti kegagalan dan ketidakmampuan dalam mencapai tujuan atau harapan yang diidamkan.

Ritme dan Struktur

Struktur puisi yang berulang, terutama dalam penggunaan kata "wau!" dan pengulangan frasa "Hyang tak jadi datang sayangku," memberikan efek dramatis dan memperkuat tema utama dari kekecewaan yang mendalam. Penggunaan kata-kata ini menciptakan ritme yang bergetar, menekankan perasaan patah hati dan keputusasaan.

Puisi "Hyang Tak Jadi" adalah sebuah puisi yang menawarkan gambaran mendalam tentang harapan yang tidak terwujud dan perasaan melankolis yang menyertainya. Melalui simbolisme yang kuat dan bahasa yang penuh emosi, Sutardji Calzoum Bachri berhasil menyampaikan tema ketidakpastian dan kekecewaan dengan cara yang sangat menyentuh. Puisi ini tidak hanya menggambarkan kekecewaan pribadi tetapi juga dapat diartikan sebagai refleksi tentang pengalaman manusia universal dalam menghadapi harapan yang gagal dan realitas yang tidak sesuai dengan impian.

Puisi: Hyang Tak Jadi
Puisi: Hyang Tak Jadi
Karya: Sutardji Calzoum Bachri

Biodata Sutardji Calzoum Bachri:
  1. Sutardji Calzoum Bachri lahir di Rengat, Indragiri Hulu, Riau, pada tanggal 24 Juni 1941.
  2. Sutardji Calzoum Bachri merupakan salah satu pelopor penyair angkatan 1970-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.