Gereja
burung gereja tersedu di udara
mencari pasangan sesat ke desa
burung gereja menembus sawang
menggelombang terbang atas ladang
burung gereja lelah sekali
di ranting jati istirah sendiri
menukik pandang ke ladang
kekasih tiada sayang
gedung-gedung putih di kota
terbayang tapi terletak entah dimana
pasangan terkasih di kota
terbayang tapi terbang entah kemana
burung gereja sesat ke desa
ciap lenyap sahutan tiada
ranting terayun angin mengalun
asing di ladang hati terbalun
Sumber: Horison (November, 1971)
Analisis Puisi:
Puisi "Gereja" karya Piek Ardijanto Soeprijadi menggambarkan gambaran burung gereja yang mencari pasangan dan melintasi berbagai tempat. Dalam puisi ini, penulis menggunakan gambaran burung gereja sebagai metafora untuk menyampaikan perasaan dan pengalaman yang kompleks.
Puisi ini dimulai dengan menggambarkan burung gereja yang sedih dan terbang di udara, mencari pasangan yang tersesat ke desa. Gambaran ini mencerminkan keinginan untuk menemukan cinta atau hubungan yang hilang atau terpisah. Penulis juga menyoroti perjuangan burung gereja dalam mencapai tujuannya.
Selanjutnya, puisi menggambarkan kelelahan burung gereja ketika mereka beristirahat di ranting jati. Ranting jati menjadi simbol tempat perlindungan dan ketenangan bagi burung gereja yang lelah. Namun, meskipun mereka beristirahat, pandangan mereka masih tertuju pada ladang yang mungkin merupakan lambang kehilangan atau kekosongan.
Puisi berlanjut dengan menggambarkan gambaran gedung-gedung putih di kota yang terbayang, tetapi lokasinya tidak jelas. Hal ini mencerminkan perasaan kebingungan dan ketidakpastian. Penulis juga menyoroti pasangan terkasih yang terbayang tetapi mungkin telah terbang entah kemana, menunjukkan kerinduan yang tak terpenuhi.
Pada akhir puisi, penulis menggambarkan burung gereja yang tersesat ke desa dan suara mereka lenyap. Hal ini menggambarkan kesepian dan kehilangan yang dirasakan dalam hati. Ranting yang terayun oleh angin dan perasaan yang terbalun dalam hati mencerminkan ketidaknyamanan dan perasaan asing.
Secara keseluruhan, puisi "Gereja" menggambarkan perasaan kehilangan, kebingungan, dan kelelahan yang melibatkan burung gereja dalam mencari dan menjalani perjalanan hidupnya. Piek Ardijanto Soeprijadi menggunakan gambaran burung gereja dan elemen alam seperti ladang, ranting jati, dan angin untuk menciptakan suasana yang kaya akan makna dan perasaan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kehidupan, perasaan kehilangan, dan mencari makna di dalamnya.
Karya: Piek Ardijanto Soeprijadi
Biodata Piek Ardijanto Soeprijadi:
- Piek Ardijanto Soeprijadi (EyD Piek Ardiyanto Supriyadi) lahir pada tanggal 12 Agustus 1929 di Magetan, Jawa Timur.
- Piek Ardijanto Soeprijadi meninggal dunia pada tanggal 22 Mei 2001 (pada umur 71 tahun) di Tegal, Jawa Tengah.
- Piek Ardijanto Soeprijadi adalah salah satu sastrawan angkatan 1966.