Di Kaki Gunung Lawu
Rerimbun daun setapak Cemoro Sewu
Stroberi merah mewarnai gunung itu
Langit biru asam manis semangat menggebu
Desis angin berbisik mencipta suara merdu
Sepi suara tak ada kata alam terbuka
Helaan napas dalam langkah-langkah tertata
Ada sungai dari kawah Candradimuka ke surga
Membelah rasa membelah duka menimbang dosa
Desir-desir lirih daun cemara
Menyambut datang senja kala
Menuju malam tanpa rupa
Dingin menggigit kulit perlahan
Mengusap tubuh lelah tertahan
Keindahan seluruh ditelan
Jakarta, 15 Agustus 2021
Analisis Puisi:
Puisi "Di Kaki Gunung Lawu" karya Nia Samsihono merupakan sebuah perjalanan sastra yang memaparkan keindahan Gunung Lawu dengan penggambaran yang sangat kuat dan puitis. Penyair memasukkan nuansa alam yang memukau dalam kata-kata, memberikan pembaca pengalaman visual dan emosional yang mendalam.
Keindahan dan Kesejukan Gunung: Penyair menyampaikan betapa indahnya Gunung Lawu melalui deskripsi pemandangan alam yang segar dan memesona. Penggunaan warna merah stroberi yang menghiasi gunung, langit biru, dan desisan angin yang berpadu dengan lantunan suara merdu, memberikan nuansa sejuk dan keindahan yang memukau.
Kedamaian dalam Kesepian: Walaupun penuh dengan ketenangan, suasana di kaki Gunung Lawu terasa sepi. Tidak ada suara kecuali desisan daun dan helaan napas dalam langkah yang teratur. Hal ini menunjukkan betapa kedamaian bisa terdapat dalam kesunyian dan keheningan.
Perjalanan Menuju Senja dan Malam: Penyair merangkai kata-kata untuk merasakan perpindahan waktu dari senja hingga malam. Deskripsi tentang daun cemara, senja yang menjelang, dan malam yang datang tanpa bentuk membawa perasaan kehadiran alam yang begitu kuat.
Dingin dan Keindahan yang Menelan: Pada akhirnya, penyair menyampaikan perasaan tentang keadaan alam yang begitu luas dan mengagumkan, tetapi sekaligus dapat menyelimuti seseorang dengan ketenangan dan dingin yang meresap hingga ke dalam diri.
Puisi ini menciptakan gambaran yang begitu kuat tentang Gunung Lawu, mengundang pembaca untuk merenung dan merasakan kehadiran alam yang memukau dengan kesegaran dan keindahannya, sambil merenungi kedamaian yang ada dalam kesunyian serta dingin yang terasa begitu menyelimuti.
Karya: Nia Samsihono
Biodata Nia Samsihono:
Nia Samsihono lahir di Pontianak pada tanggal 16 September 1959. Dari SMA I Purbalingga. Kuliah di Fakultas Sastra Universitas Diponegoro, Semarang. Lalu kemudian melanjutkan S-2 di Universitas Indonesia, Jakarta.
Buku puisi tunggalnya, antara lain:
- Kemarau (2003)
- Perkawinan Cinta (2009)
- Gending (2010)
- De Javu (2010)
- Kinanti (2021)
Puisi-puisi karya Nia Samsihono juga terhimpun dalam:
- Antologi Puisi Merapi Gugat (2010)
- Antologi Puisi 105 Penyair Kota Pekalongan (2010)
- Antologi Puisi Radja dan Ratoe Alit (2011)
- Antologi Puisi Hati Perempuan (2011),
- Antologi Puisi Akulah Musi (2011)
- Antologi Puisi Kaos Hitam Cinta (2009)
- Antologi Puisi Suluk Mataram, 50 Penyair Membaca Yogya (2011)
- Antologi Puisi Bangga Menjadi Rakyat Indonesia (2012)
- Antologi Puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini, Kartini 2012 (2012)
- Bunga Rampai Puisi Pertemuan Penyair Nusantara VI Sauk Seloko (Dewan Kesenian Jambi, 2012)
- Antologi Penyair Indonesia Dari Negeri Poci 4: Negeri Abal-Abal (Komunitas Radja Ketjil, Kosa Kata Kita, Jakarta 2013)
- Antologi Penyair Indonesia Dari Negeri Poci 5: Negeri Langit (Komunitas Radja Ketjil, Kosa Kata Kita, Jakarta 2014)
- Antologi Puisi Esai Jula Juli Asam Jakarta (Jurnal Sajak, 2014)
- Perempuan Langit (2015)
- Perempuan Langit 2 (2016)
- Puisi Esai Perempuan Nusa dalam Puisi Esai (2019)
- Antologi Puisi Negeri Poci: Pesisiran (2019)
- Antologi Puisi Perempuan Bahari (2019)
- Antologi Puisi Bandara dan Laba-Laba (2019)
- Puisi Esai Mini “Mama, Napasku Sesak oleh Covid-19” dalam Love and Life in the Era of Corona (Jakarta, Cerah Budaya Indonesia, 2020)
- Antologi Puisi Perempuan dan Lautan (2021)
Selain menulis puisi, Nia Samsihono juga menulis cerita anak, beberapa di antaranya: Anak Aki Balak, Awan Putih Mengambang di Cakrawala, Dedemit Alas Roban, Ayam Jantan dari Timur.
Nia Samsihono sampai sekarang aktif di kegiatan sastra dan menulis karya puisi. Sebagai Direktur Yayasan Cinta Sastra, tinggal di Jakarta.