Puisi: Berdarah (Karya Sutardji Calzoum Bachri)

Puisi "Berdarah" karya Sutardji Calzoum Bachri menggambarkan rasa perih, penderitaan, dan pemahaman yang mendalam tentang perasaan manusia.
Berdarah

hari ini aku berdarah. kapak hitam menakik almanakku. pecahlah rabuku mengalirlah pecahlah seninku mengalirlah pecahlah selasaku mengalirlah pecahlah jumatku mengalirlah darah mengalir dalam denyut dalam debar. darah nyerbu dalam kamus diriku dalam rongga pustakaku. segalanya terdedah untuk darah segalanya terbuka untuk luka.

badan tangan jalan bintang zarah kalian berdarah. hari ini aku berdarah tapi tak satu pun sampai tahu nyeriku. aku berteriak lengang yang menjawab aku bercakap sepi yang mengucap aku bertanya duri yang menganga aku bernyanyi sunyi yang menari.

kau kirim anak-anak ke sekolah kau kirim mereka bertahun tahun dalam kelas sampai tumbuh janggutnya sampai panjang misainya sampai tumbuh jembutnya.

siapa dapat menterjemahkan perih?

siapa kamus yang tahu arus?

tak hijau tak kuning tak biru tak merah tak warna darah mencemplung dalam diriku membikin laut dan aku ikan dari pedih lautan.

karang kerang tripang udang penyelam kita dari dalam yang sama dari pedih yang sama. apa yang tersayat dalam diriku ada dalam kalian.

hari ini aku berjalan lewat almanakku, aku berteriak koyak aku menggumam demam aku mengigau risau. aku sangat darah! bahkan kalau hanya bayangku menyentuh tanah tanah kan menggumpal darah!

pedihku pedih kalian pedih kita

kita dari pedih yang sama. apa yang tersayat dalamku ada dalam kalian tapi mungkin kalian tak tau. masih tak.

1979

Sumber: Horison (Juni, 1979)

Analisis Puisi:

Puisi "Berdarah" karya Sutardji Calzoum Bachri adalah karya yang penuh dengan emosi dan gambaran kuat tentang perasaan dan pengalaman pribadi penulis. Puisi ini menggambarkan rasa perih, penderitaan, dan pemahaman yang mendalam tentang perasaan manusia.

Simbolisme Darah: Darah dalam puisi ini adalah simbol utama yang meresap melalui seluruh karya. Darah adalah representasi fisik dari rasa perih dan penderitaan yang tak terungkap, bahkan ketika seseorang mencoba untuk berbicara atau berteriak. Darah merangkum perasaan yang dalam dan luka batin yang tak terlihat.

Penderitaan dan Kehidupan Sehari-hari: Puisi ini menciptakan gambaran tentang penderitaan dan kesulitan yang dialami oleh banyak orang dalam kehidupan sehari-hari. Menyentuh pada pengalaman manusia yang melibatkan rasa sakit, frustasi, dan konflik.

Bahasa yang Kuat: Penulis menggunakan bahasa yang kuat dan deskriptif untuk menggambarkan penderitaan dalam puisi ini. Ia menggunakan kata-kata seperti "kapak hitam," "pecah," "lengang," "luka," dan "perih" untuk menciptakan gambaran yang kuat tentang penderitaan yang dirasakan.

Pertanyaan Filosofis: Penyair menghadirkan pertanyaan-pertanyaan filosofis yang berat melalui puisi ini. Dia mencoba untuk menjelaskan konsep kesakitan dan bagaimana kita menghadapinya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut mendorong pembaca untuk merenungkan arti perasaan dan rasa sakit dalam hidup.

Puisi "Berdarah" adalah karya yang penuh dengan makna dan gambaran yang kuat tentang perasaan manusia. Sutardji Calzoum Bachri mampu mengungkapkan perasaan kompleks dari seseorang yang merasa terluka dan penuh perasaan. Melalui bahasa yang kuat, puisi ini merangkum perasaan universal yang dirasakan oleh banyak orang, sementara juga mengundang pembaca untuk merenungkan makna yang lebih dalam.

Puisi: Berdarah
Puisi: Berdarah
Karya: Sutardji Calzoum Bachri

Biodata Sutardji Calzoum Bachri:
  • Sutardji Calzoum Bachri lahir di Rengat, Indragiri Hulu, Riau, pada tanggal 24 Juni 1941.
  • Sutardji Calzoum Bachri merupakan salah satu pelopor penyair angkatan 1970-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.