Puisi: Setiap Menjelang Musim Gugur (Karya Kriapur)

Puisi "Setiap Menjelang Musim Gugur" karya Kriapur menyuguhkan keindahan alam sebagai medium untuk menggambarkan perasaan dan pengalaman manusia ...
Setiap Menjelang Musim Gugur

setiap menjelang musim gugur
kudengar daun-daun
menyanyikan lagu puji-pujian
kepada angin
yang bakal datang
membawa kisah kemuraman

terdengar pula
rinai gerimis
yang tak kuasa memelihara
cahaya matahari
dan burung-burung tak peduli
kedinginan dalam sunyi

setiap menjelang musim gugur
kulihat pohon-pohon
tersenyum pada dirinya
sendiri:
ia telah mengetahui
apa sebenarnya mati

1981

Sumber: Horison (Februari, 1982)

Analisis Puisi:

Puisi "Setiap Menjelang Musim Gugur" karya Kriapur menyuguhkan keindahan alam sebagai medium untuk menggambarkan perasaan dan pengalaman manusia terkait siklus kehidupan, kematian, dan pergeseran emosi. Melalui imaji musim gugur yang kaya, Kriapur berhasil mengaitkan elemen alam dengan refleksi mendalam tentang makna keberadaan.

Tema dan Makna

Puisi ini dibuka dengan penggambaran suasana menjelang musim gugur. Kriapur memulai dengan kalimat, "setiap menjelang musim gugur," yang memberikan nuansa waktu yang spesifik. Musim gugur sering diasosiasikan dengan perubahan, penurunan, dan persiapan untuk hibernasi. Dalam konteks ini, daun-daun yang "menyanyikan lagu puji-pujian kepada angin" mengisyaratkan penghormatan dan penerimaan terhadap perubahan yang akan datang. Angin sebagai simbol kehidupan baru membawa "kisah kemuraman," menandakan bahwa setiap perubahan tidak terlepas dari kesedihan atau kehilangan.

Kontras antara Cahaya dan Gelap

Kriapur kemudian memperkenalkan elemen lain dalam puisi: gerimis dan burung-burung. "Rinai gerimis yang tak kuasa memelihara cahaya matahari" menunjukkan bahwa meskipun ada kehadiran cahaya, ada juga realitas ketidakmampuan untuk mempertahankannya. Ini mencerminkan pertarungan antara harapan dan kenyataan yang sering dialami manusia. Burung-burung yang "tak peduli kedinginan dalam sunyi" menambah kedalaman emosi; mereka menjadi simbol ketidakpedulian atau ketidakberdayaan dalam menghadapi kesulitan.

Pemahaman tentang Kematian

Bait terakhir mengungkapkan perenungan yang mendalam tentang kematian. "Kulihat pohon-pohon tersenyum pada dirinya sendiri" menggambarkan sikap penerimaan pohon terhadap nasibnya. Senyuman pohon menunjukkan pemahaman bahwa kematian adalah bagian dari siklus kehidupan. "Ia telah mengetahui apa sebenarnya mati" menunjukkan bahwa meskipun ada kesedihan yang terkait dengan kematian, ada juga pemahaman bahwa setiap akhir membawa awal yang baru.

Puisi "Setiap Menjelang Musim Gugur" karya Kriapur adalah sebuah karya yang menyoroti keindahan sekaligus kesedihan dalam siklus kehidupan. Melalui penggunaan citra yang kuat dan simbol-simbol alam, Kriapur berhasil menyampaikan pesan bahwa setiap perubahan, meskipun menyakitkan, membawa pelajaran dan pemahaman yang berharga. Karya ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna kehidupan dan kematian, serta hubungan kita dengan alam dan diri kita sendiri. Musim gugur, dengan segala keindahan dan kesedihannya, menjadi latar yang sempurna untuk menggambarkan perjalanan spiritual ini.

Puisi: Setiap Menjelang Musim Gugur
Puisi: Setiap Menjelang Musim Gugur
Karya: Kriapur

Biodata Kriapur:
  • Kriapur (akronim dari Kristianto Agus Purnomo) lahir pada tahun 1959 di Solo.
  • Kriapur meninggal dunia pada tanggal 17 Februari 1987 dalam sebuah kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Batang, Pekalongan, Jawa tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.