Seorang Penyair Baca Sajak
di bawah lampu temaram
di batas ungu zaman
ia teriakkan tangis berbalut nyanyian
: cintaku padamu langit perak!
tapi sekitarku kabut berarak
di atas pentas yang miskin
di sela massa yang tuli
ia kuakkan luka berselimut mimpi
: betapa aib wajahmu wajahku saudara!
meradang di balik topeng kayu cendana
diseretnya peribahasa bunga
buat tawarkan kebusukan-kebusukan
dihelanya ungkapan duri
agar terkikis lumpur debu kehidupan
agar hujan membasuh bumi
di atas belahan kaca retak
penyair guratkan beribu sajak
tapi kau-aku tak juga bijak