Selain Sia-Sia
selain sia-sia, adakah dosa tercatat di bentangan aspal
dan ketenteraman kebun belakang rumah kita
mungkin yang ada cuma kecemasan biasa
seperti sering ada sesuatu yang tak selesai
kita memang sudah terlalu fasih mengunyah butiran debu
aroma percakapan yang gagap atau bau diam yang demam
tapi kisah-kisah di jalanan memang selalu saja tak usai
dan cinta tak sampai-sampai
kita sudah terbiasa mengucapkan kata-kata lain
dari mata angin lain, bersama cinta lain
bahkan perasaan yang sama sekali lain
kita selalu setengah percaya, setengah tidak
seperti dalam mimpi, setengah tak berdaya
lalu kita tandai jarak dan luka yang tertera pada jejak
sambil membayangkan uban kelak tumbuh di kepala
kita bacai lagi nama gedung-gedung, kalimat pada spanduk
dan sisa pekik protes yang menggantung di angkasa
selain sia-sia, mungkin memang tak ada dosa
di antara kita. Cuma telah lama kita tak paham
ke mana sebenarnya kita sedang berjalan
Serang, 2000
Sumber: Sebelum Senja Selesai (2002)
Analisis Puisi:
Puisi "Selain Sia-Sia" karya Moh. Wan Anwar merupakan sebuah refleksi mendalam tentang kehidupan manusia dalam konteks kebingungan, kecemasan, dan kehampaan. Melalui penggunaan bahasa yang mendalam dan simbolisme yang kuat, puisi ini menggambarkan kompleksitas emosi dan keadaan eksistensial manusia di tengah-tengah kehidupan yang penuh dengan pertanyaan.
Tema Utama
- Kehampaan dan Kecemasan: Puisi ini menggambarkan perasaan kehampaan dan kecemasan yang melingkupi kehidupan sehari-hari. Ada rasa ketidakselesaian dalam segala hal, dari percakapan yang gagap hingga kisah-kisah di jalanan yang tidak pernah berakhir.
- Kebingungan dan Keterasingan: Puisi ini mencerminkan kebingungan manusia akan arah dan tujuan kehidupannya. Ada rasa setengah percaya, setengah tidak, mirip dengan keadaan dalam mimpi yang tak berdaya. Keterasingan dari diri sendiri dan orang lain juga terasa kuat dalam pemikiran yang disampaikan.
- Pertanyaan tentang Dosa dan Kehidupan: Puisi ini menyoroti pertanyaan tentang dosa dan kehidupan, apakah ada dosa yang tercatat di antara kehidupan yang tampaknya sia-sia ini. Penulis merenungkan tentang makna kehidupan dan kekosongan yang sering kali terasa di dalamnya.
Gaya Bahasa dan Imaji
- Simbolisme dan Metafora: Moh. Wan Anwar menggunakan simbolisme seperti uban yang tumbuh di kepala sebagai representasi penuaan dan waktu yang berlalu. Penggunaan kata-kata seperti "aroma percakapan yang gagap" atau "bau diam yang demam" memberikan gambaran akan suasana yang penuh dengan ketidakpastian dan kecemasan.
- Tanda dan Jarak: Konsep tentang menandai jarak dan luka pada jejak mencerminkan pengalaman hidup yang penuh dengan pertempuran dan kekalahan. Spanduk, nama gedung, dan pekik protes yang menggantung di angkasa menunjukkan suasana kehidupan yang modern dan kadang kala absurd.
Emosi dan Nuansa
Puisi ini menciptakan nuansa kesunyian yang melankolis dan reflektif. Ada kehampaan yang terasa kuat, namun juga keinginan yang mendalam untuk mencari makna di tengah-tengah segala kebingungan.
Puisi "Selain Sia-Sia" karya Moh. Wan Anwar adalah karya yang mengundang pembaca untuk merenungkan tentang eksistensi manusia dalam segala kompleksitasnya. Dengan bahasa yang indah dan penuh dengan simbolisme, puisi ini berhasil menyampaikan perasaan kehampaan, kebingungan, dan kecemasan yang mungkin dirasakan oleh banyak orang dalam perjalanan hidup mereka. Ini bukan hanya sekadar puisi tentang kekosongan, tetapi juga tentang pencarian makna di tengah-tengah ketidakpastian yang mengiringi kehidupan manusia.
Karya: Moh. Wan Anwar
Biodata Moh. Wan Anwar
- Moh. Wan Anwar lahir pada tanggal 13 Maret 1970 di Cianjur, Jawa Barat.
- Moh. Wan Anwar meninggal dunia pada tanggal 23 November 2009 (pada usia 39 tahun) di Serang, Banten.
