Sebuah Mobil
menggelombang di hatiku
menggelombang di hatiku
sebuah mobil terpaku mati
sebuah mobil terpaku mati
kehabisan bensin di hatiku
kehabisan bensin di hatiku
mobil anakku, mobil anakku
mobil anakku, mobil anakku
menggelombang tanpa bensin
menggelombang tanpa bensin
menuju bulan, menuju bulan
menuju bulan, menuju bulan
bulan nan menggelombang
menolak
mobilku
mobil anakku
gelombangku
segalaku
ditolak bulan
sebuah mobil terbaring
di atas mejaku terbaring
di atas mejaku terbaring
mobil anakku, mobil anakku
mobil anakku, mobil anakku
terbaring di bumi gelisahku
terbaring di bumi gelisahku
gelisah resah seorang ayah
gelisah resah seorang ayah
nan lelah tualang tanpa arah
nan lelah tualang tanpa arah
akh akh akh
akh akh akh
di manakah batas sampai manakah?
di manakah batas sampai manakah
segala jalur lomba di hatiku?
segala jalur lomba di hatiku
memacu lari menggelombang
memacu lari menggelombang
menggelombang-gelombang jalanan
menggelombang-gelombang jalanan
jalanan debu menggebu-gebu
jalanan debu menggebu-gebu
tanpa aba-aba menderu-deru
tanpa aba-aba menderu-deru
tanpa upacara tanpa lagu
tanpa upacara tanpa lagu
lomba segala lomba di hatiku
kunang-kunang berlompatan
kejar-mengejar buru-memburu
kejar-mengejar buru-memburu
menuju batas ujung hatiku
menuju batas ujung hatiku
kunang-kunang berkunangan
menuju batas ujung hatiku
pesta-pora gegap-gempita
pesta-pora gegap-gempita
menggelut-geliti gelisahku
menggelut-geliti gelisahku
gelisahku pekik-memekik
gelisahku pekik-memekik
memanggil rindu memanggilmu
hai yul!
tiada jawaban
hai dian!
tiada jawaban
hai anna!
tiada jawaban
hai el!
tiada jawaban
hai lian!
tiada jawaban
hai hil!
tiada jawaban
hai da!
tiada jawaban
akh
hanya sebuah cicit-mencicit
hanya sebuah cicit-mencicit
di roda hatiku jerit-menjerit
di roda hatiku jerit-menjerit
gelisahku memulasi resahnya
gelisahku memulasi resahnya
merubah ulah gembira-ria
merubah ulah gembira-ria
mengejekku bermuka-muka
mengejekku bermuka-muka
akh
astaga celaka
mobil anakku masuk jurang!
astaga celaka
mobil anakku kejang!
astaga celaka
segalaku lenyai terbantai!
astaga celaka
tanpa mobil anakku melayang!
astaga celaka
tanpa mobil anakku membulan!
astaga celaka
bulan menutup pintu!
astaga celaka
pintu menutup waktu!
astaga celaka
waktu menutup layu!
astaga celaka
layu menutupku layu!
Sumber: Horison (Januari, 1975)
Analisis Puisi:
Puisi "Sebuah Mobil" karya Hamid Jabbar adalah sebuah karya yang penuh dengan perasaan kehilangan, keputusasaan, dan kebingungan. Dengan menggunakan metafora sebuah mobil yang memperlihatkan perjalanan hidup, penyair menggambarkan perasaan seorang ayah yang merenungkan kehidupannya dan hubungannya dengan anak-anaknya.
Tema Utama
- Kehilangan dan Keputusasaan: Tema utama puisi ini adalah perasaan kehilangan dan keputusasaan yang dirasakan oleh penyair, yang mewakili seorang ayah. Metafora sebuah mobil yang terbaring di atas mejanya menciptakan gambaran tentang kegagalan dan keputusasaan dalam mencapai tujuan hidupnya.
- Rintangan dan Keterbatasan: Penyair menggambarkan perjalanan hidup sebagai sebuah perlombaan yang penuh dengan rintangan dan keterbatasan. Meskipun penyair berusaha memacu lari dan menggelombang, namun mobil anaknya terjatuh ke jurang, mencerminkan kegagalan dan rintangan yang dihadapi dalam hidup.
Gaya Bahasa
- Repetisi: Penggunaan repetisi dalam bentuk pertanyaan dan seruan seperti "akh" dan "astaga celaka" menciptakan kesan keputusasaan dan kebingungan yang mendalam. Repetisi ini memperkuat perasaan gelisah dan kecemasan yang dirasakan oleh penyair.
- Metafora: Metafora sebuah mobil digunakan untuk melambangkan perjalanan hidup dan hubungan antara penyair dengan anak-anaknya. Mobil yang terbaring dan terjatuh mencerminkan keadaan yang hancur dan putus asa.
- Imaji: Penggunaan gambaran-gambaran seperti kunang-kunang berlompatan, jalanan debu menggebu-gebu, dan roda hati yang jerit-menjerit menciptakan citra yang kuat dan menghidupkan suasana yang digambarkan dalam puisi.
Puisi "Sebuah Mobil" adalah sebuah penggambaran yang mengharukan tentang kehilangan, keputusasaan, dan kebingungan dalam menghadapi kehidupan. Melalui metafora sebuah mobil dan repetisi yang kuat, penyair berhasil menyampaikan perasaan yang mendalam tentang kerinduan, kegagalan, dan kehilangan yang dirasakan oleh seorang ayah. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti pentingnya hubungan keluarga dan perjuangan hidup dalam menghadapi rintangan dan kegagalan.
Karya: Hamid Jabbar
Biodata Hamid Jabbar:
- Hamid Jabbar (nama lengkap Abdul Hamid bin Zainal Abidin bin Abdul Jabbar) lahir 27 Juli 1949, di Koto Gadang, Bukittinggi, Sumatra Barat.
- Hamid Jabbar meninggal dunia pada tanggal 29 Mei 2004.