Puisi: Sangsaiku (Karya Hamid Jabbar)

Puisi "Sangsaiku" karya Hamid Jabbar menggambarkan suasana batin yang penuh dengan penderitaan dan keputusasaan. Puisi ini menggunakan metafora dan ..
Sangsaiku

sangsaiku terpanggang di tungku malam
larut
larut waktuku dipanggang bara sangsai
berat
berat beban membenam bahu malam tanpa
bulan
bulan-bulan berlalu menyebarkan ranjau
balau
balau kacau mencekik perjalananku nan
bosan
bosan nan terlahir dari rahim hampaku
hampa
hampa segala lagu hampa segala dituju
harap
harap nan diharap terkekap tak kutahu
tepat
tepat tetap segalanya hanyalah remang
remang
remangku pelita setitik pasir di dalam
ruang
ruangku mengandung sebutir jiwaku nan
sangsai
sangsaiku terpanggang kejang mengerang
erang

1973

Sumber: Horison (Januari, 1975)

Analisis Puisi:

Puisi "Sangsaiku" karya Hamid Jabbar menggambarkan suasana batin yang penuh dengan penderitaan dan keputusasaan. Puisi ini menggunakan metafora dan repetisi untuk menekankan perasaan terjebak dalam siklus yang tidak berujung.

Tema Utama

  • Penderitaan dan Keputusasaan: Tema utama dalam puisi ini adalah penderitaan yang mendalam dan keputusasaan yang mengiringinya. Sang penyair menggunakan kata "sangsai" yang berarti kesulitan atau penderitaan untuk menggambarkan kondisi batinnya yang terus-menerus terpanggang oleh perasaan negatif.
  • Ketidakberdayaan dan Kekosongan: Tema ketidakberdayaan dan kekosongan juga sangat kuat dalam puisi ini. Sang penyair merasa terjebak dalam siklus penderitaan yang tidak berujung dan tidak ada harapan untuk keluar dari situasi tersebut.
  • Perjalanan Waktu yang Tak Bermakna: Waktu berlalu tanpa memberikan perubahan yang berarti. Malam tanpa bulan melambangkan perjalanan waktu yang gelap dan tanpa harapan. Setiap bulan yang berlalu hanya menambah beban penderitaan tanpa ada tanda-tanda penyelesaian.

Gaya Bahasa dan Teknik Puitis

  • Repetisi: Hamid Jabbar menggunakan repetisi untuk menekankan perasaan terjebak dan tidak berdaya. Kata-kata seperti "larut", "berat", "bulan", "balau", "bosan", "hampa", "harap", "tepat", "remang", "ruang", dan "sangsai" diulang dalam pola yang berirama, menciptakan kesan siklus yang tidak berujung.
  • Metafora: Puisi ini dipenuhi dengan metafora yang kuat. "Sangsaiku terpanggang di tungku malam" menggambarkan penderitaan yang membara di dalam kegelapan. "Larut waktuku dipanggang bara sangsai" mengindikasikan waktu yang terasa seperti terbakar oleh penderitaan.
  • Personifikasi: Penggunaan personifikasi dalam puisi ini memberikan nuansa hidup pada penderitaan dan keputusasaan yang dialami penyair. Misalnya, "bulan-bulan berlalu menyebarkan ranjau" menggambarkan waktu sebagai entitas yang aktif menambah beban penderitaan.

Makna dan Interpretasi

  • Penderitaan yang Tak Berujung: Puisi ini menggambarkan penderitaan yang terus-menerus dan tak berujung. Setiap elemen dalam kehidupan sang penyair terasa seperti terbakar oleh penderitaan, menciptakan rasa hampa dan keputusasaan yang mendalam.
  • Ketidakberdayaan dalam Menghadapi Waktu: Waktu dalam puisi ini digambarkan sebagai sesuatu yang berat dan menghancurkan, tanpa memberikan ruang bagi penyair untuk bernafas. Perasaan terjebak dalam siklus waktu yang tak bermakna membuat sang penyair merasa putus asa dan tidak berdaya.
  • Kekosongan yang Melanda: Kekosongan adalah tema yang sangat kuat dalam puisi ini. Setiap aspek kehidupan sang penyair terasa hampa dan tanpa tujuan. Harapan yang diharapkan tidak pernah terwujud, meninggalkan penyair dalam keadaan remang dan penuh dengan keraguan.
Puisi "Sangsaiku" karya Hamid Jabbar adalah puisi yang menggambarkan penderitaan dan keputusasaan dengan sangat mendalam. Melalui penggunaan repetisi, metafora, dan personifikasi, Hamid Jabbar berhasil menciptakan gambaran yang kuat tentang perasaan terjebak dalam siklus penderitaan yang tidak berujung. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna penderitaan dan bagaimana waktu yang terus berlalu dapat menambah beban kehidupan. Meskipun penuh dengan keputusasaan, puisi ini juga menunjukkan kekuatan bahasa dalam mengekspresikan perasaan manusia yang paling dalam.

Puisi: Sangsaiku
Puisi: Sangsaiku
Karya: Hamid Jabbar

Biodata Hamid Jabbar:
  • Hamid Jabbar (nama lengkap Abdul Hamid bin Zainal Abidin bin Abdul Jabbar) lahir 27 Juli 1949, di Koto Gadang, Bukittinggi, Sumatra Barat.
  • Hamid Jabbar meninggal dunia pada tanggal 29 Mei 2004.
© Sepenuhnya. All rights reserved.