Nyatanya Tak Ada yang Istimewa
di penancangan, di rumahmu, kita buka kembali
album kerusuhan — ah, tak ada yang istimewa
mimpi ternyata bukan hanya milik kita
kaubuka kulkas seperti membuka perkara
di negeri ini. Kau sodorkan air putih setelah
gerak mata yang letih. Di sela-sela almanak
sunyi membungkuk kian renta
kita lipat hamparan peta berdarah itu
musim kemarau mengirim angin yang anyir
terlalu berat kita berharap — dan harap, ah
bukankah tak lebih nonsesns. Kita lalu merokok
sama-sama terdiam di antara bulatan asap
dan masa silam, igau dan kesadaran
kautuangkan lagi air putih
kerongkongan sesak oleh hembus yang sama
kita saling menunggu seperti dua aktor
di bawah juntaian kawat dalam teater
pulanglah, katamu, hari sudah malam
kita bereskan korek dan bungkus rokok
menyimpannya di dalam saku
menyimpan nyeri yang tak menentu
di penancangan, di rumahmu, kita buka kembali
bab-bab awal percintaan — tapi tak ada yang istimewa
kita terpasung dalam waktu dan usia