Puisi: Negeri Laut (Karya Moh. Wan Anwar)

Puisi: Negeri Laut Karya: Moh. Wan Anwar
Negeri Laut


Di sekitar deret penjual koran
cuaca seperti buku-buku porno
di dekat restoran bermenu sampah
segerombol remaja mengecat oranye di kepalanya
seperti huruf-huruf seragam pada reklame
mereka merasa di seberang benua

di sebuah sudut, di kedai kopi
matamu tersihir juga — serentak bergumam
atau mungkin sejenis dzikir
"dunia seperti dongeng, kambing-kambing
belanja dan merumput di televisi..."

ada juga kalimat sakti pada spanduk
isyarat riwayat gawat, dulu
memang ada sebundel waktu ketika karang
bertemu tangan menjelma gairah
dan laut jadi meriah. Kapal-kapal singgah
buritan penuh dengan rempah-rempah
penduduk sibuk berjabat tangan
membagi senyum dalam syukur dalam ibadah

kini jendela-jendela itu berdebu
tangan berhias golok, senjata di mana-mana
dan kita — juga gerombolan remaja itu — buta
di hadapan mereka yang meluncurkan
kalimat lurus berbaris bagai serdadu

di sekitar deret penjual koran, kota kehilangan akar
lidah, laut dan perahu. Dan di sudut muram
kopi berbau amis. Koran-koran menggambar
peta robek, wirid cabul
dan cinta tergeletak di lantai bursa

1999

Sumber: Sebelum Senja Selesai (2002)

Puisi: Negeri Laut
Puisi: Negeri Laut
Karya: Moh. Wan Anwar

Biodata Moh. Wan Anwar
  • Moh. Wan Anwar lahir pada tanggal 13 Maret 1970 di Cianjur, Jawa Barat.
  • Moh. Wan Anwar meninggal dunia pada tanggal 23 November 2009 (pada usia 39 tahun) di Serang, Banten.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Kasidah Lilin- 27 meipada hari ini telah kaugenapkan hitungan napasdengan iringan kasidah cahaya. Dua puluh tiga tahunwaktu dan cuaca menguji setiamu pada bumilangit yang menciptak…
  • Kasidah Bantenaku datangtetapi dari mana aku datangaku pergitetapi kemana aku pergikau sambut aku dengan kasidahtempat berdiam segala kisahkupersembahkan padamu denting kecapitempa…
  • Hari Berangkat Dewasalihatlah hari berangkat dewasamatahari mengajari kita agar tak berdustamembagikan kasih sayangnya kepada setiap cintalihatlah jiwa kita yang terengah-engahmend…
  • Menjadi Batuaku menjadi batu karena laut merenggutmu dari dekapkuaku dibakar matahari, ditikam-tikam dingintapi tetap bergeming menghadap lautmenunggumu tak pulang-pulangsiang mala…
  • Lagu Braga Malamdengan siapa lagi aku mesti bercakapselain dengan hati sendiri. Atau jalan lengangdi antara bangunan angkuh yang berhadapansaat selamat malam digumamkan. Sedang kau…
  • Di Ruang Tunggukita duduk berdua sajakau tamu, aku tamu juga di sinike mana tuan rumah, tanyamulantas kita pun berkenalanlewat bahasa yang tak kumengertimeski aku paham isyarat sor…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.