Lelakon di Zaman Kalatidha
mimpi apa semalam, matahari kembar berpusar
dalam lingkar langit, dalam kumpar rumit
berlapis-lapis kabut menjentikkan petir dan bunga api
beraroma asap belerang
menyesakkan nafas penghuni bumi
konon dewadewa dihujani gusar
ketika suara teriakan-teriakan dari arcapada
mengguncang singgasana
darah sudah tumpah, airmata sudah menjelma air-bah
panji keadilan diculik para durjana
tunggul kebenaran diinjak para gandarwa
zaman terluka!
kabur jiwa pandawa, larut dalam kubang kurawa
lebur sukma sri rama, hanyut dalam arus rahwana
hanoman pun hanya termangu
sirna sudah garis batas hitam putih
semua jadi samar abuabu
pilar roboh, pagar rontok, hukum terkapar tertindih
pendeta-pendeta letih
manusia bak sabut terguncang ombak di laut
buta mata tuli telinga mati rasa
timbul tenggelam antara lengkung dan lurus
Potrowijayan, 2007
Catatan:
Zaman Kalatida adalah istilah pujangga Ronggowarsito, yang kurang lebih berarti zaman yang gamang atau penuh keraguan serta kekhawatiran (dimana dalam segala hal serba bimbang dan manusia terus bingung dalam ketidakjelasan).
Analisis Puisi:
Puisi "Lelakon di Zaman Kalatidha" karya Soekoso DM adalah sebuah karya sastra yang memperlihatkan pandangan kritis terhadap kondisi sosial-politik pada zaman tertentu, serta menyampaikan pesan moral dan filosofis melalui bahasa yang kaya akan gambaran dan simbol-simbol.
Konteks Sejarah dan Mitologis: Puisi ini secara tersirat merujuk pada konteks sejarah atau mitologis Indonesia, dengan menyebutkan nama-nama tokoh dan tempat yang memiliki makna dalam cerita atau sejarah tradisional. "Arcapada", "Pandawa", "Kubang Kurawa", "Sri Rama", dan "Rahwana" adalah contoh nama-nama yang merujuk pada tokoh-tokoh atau tempat-tempat dalam epik-epik dan cerita rakyat Indonesia.
Gambaran Keadaan: Puisi ini menggambarkan keadaan yang kacau dan penuh kegelisahan. Kabut, petir, dan bunga api melambangkan kekacauan dan kekerasan, sementara aroma asap belerang menciptakan gambaran akan kehancuran dan kemarahan.
Ketidakadilan dan Kekacauan: Penyair menyoroti ketidakadilan dan kekacauan dalam masyarakat, dengan menyebutkan bahwa panji keadilan telah diculik oleh para durjana, dan hukum serta nilai-nilai yang benar telah terinjak-injak.
Kritik Sosial dan Politik: Puisi ini dapat dianggap sebagai kritik sosial dan politik terhadap kondisi zaman penulisan. Melalui gambaran-gambaran yang menggelap, penyair mengkritik pemerintahan yang korup, ketidakadilan sosial, dan kekerasan yang merajalela.
Pesan Moral dan Filosofis: Di balik gambaran kekacauan dan kegelapan, puisi ini juga menyiratkan pesan moral dan filosofis. Kemerosotan moral dan kehancuran sosial digambarkan sebagai akibat dari penyalahgunaan kekuasaan, ketidakadilan, dan ketidakseimbangan dalam masyarakat.
Gaya Bahasa dan Imaji: Penyair menggunakan bahasa yang kaya akan imaji untuk menggambarkan keadaan yang kacau dan penuh kegelisahan. Gambaran-gambaran yang digunakan menciptakan atmosfer yang mencekam dan mengundang pembaca untuk merenungkan kondisi yang digambarkan.
Puisi "Lelakon di Zaman Kalatidha" adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan kegelisahan dan kekacauan dalam masyarakat, sekaligus menyiratkan pesan moral dan filosofis tentang pentingnya keadilan, kebenaran, dan keseimbangan dalam kehidupan. Dengan gaya bahasa yang kuat dan gambaran yang tajam, puisi ini memperlihatkan pandangan kritis penyair terhadap kondisi sosial-politik pada zamannya.