Puisi: Hari-Hari yang Lewat (Karya Moh. Wan Anwar)

Puisi "Hari-Hari yang Lewat" merupakan refleksi mendalam tentang realitas kehidupan yang penuh dengan penderitaan, kekosongan, dan introspeksi.
Hari-Hari yang Lewat

angin nyaris tak sempat menuliskan kata
bagi orang yang terbunuh di jalanan
sosok bayangan yang mengerang panjang
seperti sekarat daun-daun. Kita tak lagi bisa
berduka pada teriakan parau jalan raya
kecuali igauan yang menguap ke udara

dan sekarang hari seperti akan lewat
tanpa keluhan. Tanpa warna merah
di almanak dan upacara bendera setengah tiang
di kamar kita memang selalu berdekapan
menjilati seluruh perjalanan dan kenangan

di bawah lampu neon pinggir jalan
kutemukan diriku mengunyah kemuraman
kemuraman. Meraba jantung yang kian berdebar-debar

Bandung, 1993

Sumber: Sebelum Senja Selesai (2002)

Analisis Puisi

Puisi "Hari-Hari yang Lewat" karya Moh. Wan Anwar menghadirkan gambaran tentang kehidupan sehari-hari yang penuh dengan kehilangan, kekosongan, dan introspeksi.

Kehidupan yang Penuh dengan Kehilangan: Puisi ini menggambarkan kehidupan yang dipenuhi dengan kehilangan dan penderitaan. Dengan gambaran "orang yang terbunuh di jalanan" dan "sosok bayangan yang mengerang panjang", penyair mengingatkan pembaca akan realitas kekerasan dan penderitaan yang terjadi di sekitar kita setiap hari.

Kehampaan dan Kekosongan: Penyair mengeksplorasi tema kehampaan dan kekosongan melalui gambaran "hari seperti akan lewat tanpa keluhan". Hal ini menyoroti bagaimana kehidupan seringkali berlangsung tanpa perhatian yang memadai terhadap penderitaan dan kehilangan yang dialami oleh banyak orang.

Kehadiran Kenangan dan Introspeksi: Meskipun menghadirkan gambaran kesedihan dan kekosongan, puisi ini juga menyoroti kekuatan kenangan dan introspeksi dalam menghadapi kesulitan. Dengan ungkapan "di kamar kita memang selalu berdekapan menjilati seluruh perjalanan dan kenangan", penyair menggambarkan keintiman dan kekuatan hubungan manusiawi dalam mengatasi penderitaan.

Gambaran Kekacauan Emosional: Puisi ini juga menciptakan gambaran kekacauan emosional dan ketidakstabilan internal dengan ungkapan "kutemukan diriku mengunyah kemuraman". Hal ini menggambarkan perjuangan batin yang dialami oleh individu dalam menghadapi kesedihan dan kehilangan.

Secara keseluruhan, puisi "Hari-Hari yang Lewat" merupakan refleksi mendalam tentang realitas kehidupan yang penuh dengan penderitaan, kekosongan, dan introspeksi. Dengan bahasa yang kuat dan gambaran yang mendalam, Moh. Wan Anwar berhasil menggambarkan kompleksitas emosi dan pengalaman manusia dalam menghadapi tantangan kehidupan yang tak terduga.

Puisi: Hari-Hari yang Lewat
Puisi: Hari-Hari yang Lewat
Karya: Moh. Wan Anwar

Biodata Moh. Wan Anwar
  • Moh. Wan Anwar lahir pada tanggal 13 Maret 1970 di Cianjur, Jawa Barat.
  • Moh. Wan Anwar meninggal dunia pada tanggal 23 November 2009 (pada usia 39 tahun) di Serang, Banten.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.