Fragmen
Setiap kupandang tepi laut yang riuh itu
dan di jendela matahari telah menggerek
bendera-benderanya yang seakan keemasan
dengan taring-taring api dan sepi yang menyala
Pada denyut hari-hari dan kenangan
yang menggenggam dan menggelembungkan kau ke udara
senantiasa, serta menyejukkan dan membakar
karena embun dan kilatnya yang menyambar-nyambar
Selalu kudengar jejakmu, keluhmu
bergumul lumpur yang lengket di sol sepatumu
segenggam lumpur seperti diceriterakan bumi
adalah asal usulmu, namun kaumurkai dan kauremehkan
hingga iapun murka dan meremehkanmu
Segenggam lumpur yang juga dibawa burung
hinggap sesaat dengan kicauannya dan kemudian
diterbangkan sepi lagi, segenggam lumpur
seperti rasa-rawa atau tanah di hutan
yang senantiasa lapar dan apa saja ia makan
buah busuk yang kebetulan jatuh
atau pun kemurahan Tuhan yang tak habis-habisnya
Tidak. Semuanya seperti buih kegaduhan ombak di karang ini
Kita bibitkan hari dan kekecewaan yang menyembul dari tunasnya
Kita bukan buku dan kesepian yang kita baca
Atau seperti deret rumah kenang-kenangan
Dengan pintu-pintunya yang suka membohong dan membual
Dalam kekosongan akhirnya kita menyanyi dan tinggal