Dengan Setiap Orang (1)
Setiap orang mengakhiri perjalananya dengan muka tengadah. burung-burung selalu saja lintas di udara dari pohon-pohon lebat dari kenangan. dan dengan tangan yang dingin mereka usap muka mereka dari keringat. perempuan, kanak-kanak, lelaki — mereka berjalan bersama-sama. tapi bunga-bunga sudah letih dari perlambang-perlambang cinta. dan mereka yang ingin menangkap kata-kata yang telah mereka ucapkan hanya memandang pada burung-burung yang selalu saja lintas di udara dari pohon lebat beban mereka.
Dengan Setiap Orang (2)
singkirkanlah matahari dari langit, kata mereka, jari-jari mereka gemetaran dan berpegangan sebab takut pada bintang-bintang yang gemerlapan waktu malam jatuh, jatuh, jatuh dan berpusing di rambut-rambut mereka. dan ketika granat itu dilemparkan mereka hanya ketawa:
Dengan Setiap Orang (3)
tidak. ia hanya ingin menulis surat panjang dalam seribu bahasa yang tak pernah dikenal orang tak pernah dikenal tuhan dan musik yang dapat mengalahkan tidur. air terjun dan suara genta yang selalu menyebut namanya dengan, dengan, dengan, dengan, dengan ..... telinga, airmata, kabut dari mulut dan nyanyian mereka. berpendarankah bayang-bayangnya pada tembok dan berjalan?
ke mana?
taman yang dibangun dalam jiwanya telah menjelma gurun
dan dunia diputar oleh pusingnya lautan
tapi masih saja terus berjalan
bayi-bayi berguguran di jalanan
dan bersijingkat ke dalam pusingan lautan
Dengan Setiap Orang (4)
jakartaku tak punya langit api. new yorkku tak punya langit lagi
dan tak punya bayang-bayang.
kan tidurkah kamu dalam angin, dalam salju?
cafe-cafe, bar, hotel, lalu tiada
kita tak punya rumah, kita tak punya langit, kita tak punya mimpi tentang langit yang biru yang warna warni karena bintang-bintang dan mendung.
tertawalah:
Dengan Setiap Orang (5)
maria menulis surat panjang padaku dan berkata: aku ingin sepotong dagingmu yang dingin, dan ingin kubuat sop, dan ingin kucium bau dagingmu yang dingin, pergilah ke tukang potong dan aku ingin melihat sepotong daging perut dan pahamu yang dingin menari di tangan tukang potong, sebelum kubuat sop:
Dengan Setiap Orang (6)
lalu kau bayangkan burung-burung bebas itu datang kepadamu dan hinggap di tanganmu dan membuat sangkar-sangkar dalam darahmu, lalu kau bayangkan senja yang melipat burung-burung itu dalam tanganmu datang kepadamu dan merebut sangkar-sangkar burung itu dalam darahmu lalu kau bayangkan kota dalam senja itu berlari kencang dalam darahmu dan burung-burung itu berteriak, lalu kau bayangkan perempuan-perempuan yang datang kepadamu adalah maut dan semuanya kau peluk duabelah tanganmu
Dengan Setiap Orang (7)
pikiranku sudah lelah. dalam pikiran adalah cinta dan kota-kota. entah di dunia mana kutertawakan kau yang masih berpikir tentang cinta dan kota-kota. buka-buku kututup lalu kuhafal nama dan alamatmu satu persatu dalam gua, lautan dan gurun-gurun
: perempuan kemaluan yang di balik gaunmu indah, aku ingin segenggam, dan melihatnya menari dan berjalan di jalanan
kutang, jam, celana dalam, gincu, topeng, lepaskanlah, aku ingin melihat sepotong kemaluanmu menari dan berlari di jalanan
toh kau tak sama dengan kutang dan celana dalam
Dengan Setiap Orang (8)
setiap orang mengakhiri perjalanannya dan memulainya dengan muka tengadah. mereka yang bercintaan-bercintaan dengan kabut. mereka yang bergurauan-bergurauan dengan mulut. mereka yang bersanggama-bersanggama dengan lumut. bunga-bunga sudah letih dari perlambang-perlambang cinta. dan gurun yang membentang dalam hatimu dalam hatiku telah dipenuhi pengungsi-pengungsi dari utara dari selatan.
Dengan Setiap Orang (9)
kau harus ketawa, sedih tak sampai ......