Demikianlah Waktu Bicara
demikianlah waktu bicara, bersepakat dengan kita
kuil itu biarkan tetap suci
aku sekarat di barat kaulebur di timur
kau memilih semak aku mengembara di belantara
dan dari luar pagar, di antara sengat matahari
malam yang diguyur wiski
kupandangi lagi kuil itu, kukenang celah
pintu — memang cinta telah tertanam
kuperam meski cuma menjadi cuka
demikianlah jalan berbatu
tanah tergores, pada luka yang ditoreh
ada janji mengekal
dinding retak tak terbaca, harap lindap
di antara sumpah dan kutukan
mestinya kita berakhir di pelaminan
menganyam duka jadi mosaik
tapi aku tak berhasil menyelami samuderamu
kaugagal menangkap kalimat-kalimatku
mari kini melupa, menjadi bijak dan tua
melukis air mata di akhir bab yang duka ini