Puisi: Dari Gudeg Sampai ke Rendang, Betapa! (Karya Soekoso DM)

Puisi "Dari Gudeg Sampai ke Rendang, Betapa!" merenungkan tentang keragaman budaya Indonesia, terutama terkait dengan makanan dan warisan budaya ...
Dari Gudeg Sampai ke Rendang, Betapa!

betapa jauh perjalanan sejarah dari gudeg
sampai rendang
dalam legenda tersurat dari bumi Mataram
sampai Minang
betapa jauh jarak rumah gadang
sampai ke Pendopo Joglo
tetapi betapa dekat dalam kitab kuno
kisah juang Tuanku Imam Bonjol dan Pangeran Diponegoro

lauk-pauk sambal dan serbaneka sayur
lambang cinta warisan leluhur
betapa panjang petualangan semangkuk bakmi dan pizza
adakah sepanjang pengembaraan
Cheng-Ho dan Ibn Battuta
betapa jauh jarak budaya pribumi
dan para perantau manca
namun betapa dekat keduanya dalam pusaran masa
ternyata budaya masakan juga titian persaudaraan bangsa
kendati kadang di celahnya terselip duri dalam ketiak
tatkala perkenalannya harus lewat bedil, keris dan tombak
gudeg dan rendang, bakmi atau burger, kebab atau pizza
hanyalah selera, asin-manis lidah-bibir budaya manusia
beragam tabiat menyimpan hakikat nalar dan rasa
hanya seteguk air kelapa atau koka-kola
    itulah sejatinya kehidupan di dunia!

(bukan pertanyaan hidup untuk makan atau sebaliknya
tapi apakah makna makan bagi keutuhan hidup manusia!)

Bumi Bagelen, 2018

Catatan:
Joglo = bentuk bangunan tradisional Jawa.

Analisis Puisi:

Puisi "Dari Gudeg Sampai ke Rendang, Betapa!" karya Soekoso DM adalah sebuah karya yang membandingkan dan merenungkan tentang keragaman budaya Indonesia, terutama terkait dengan makanan dan warisan budaya yang ada di dalamnya. Puisi ini menggambarkan perjalanan budaya dan sejarah, menggabungkan elemen-elemen dari makanan dan sejarah dengan kedalaman makna yang menantang untuk dipahami.

Keanekaragaman Budaya Indonesia: Puisi ini menggambarkan keragaman budaya Indonesia dengan merujuk pada makanan khas dari dua tempat yang berbeda: gudeg (makanan khas Yogyakarta) dan rendang (makanan khas Minangkabau). Di sini, penekanan diberikan pada perbedaan jarak geografis dan sejarah, tetapi juga kesatuan mereka dalam kekayaan budaya Indonesia.

Merangkai Sejarah dan Budaya: Dari rujukan sejarah, puisi ini menyatukan legenda dan sejarah dari Mataram hingga Minang. Penekanannya pada kisah-kisah pejuang seperti Tuanku Imam Bonjol dan Pangeran Diponegoro menyoroti bagaimana makanan menjadi bagian dari kisah-kisah heroik dan perjuangan dalam sejarah Indonesia.

Hubungan dengan Budaya Lain: Puisi juga membandingkan makanan Indonesia dengan makanan dari budaya lain, seperti bakmi dan pizza. Hal ini menunjukkan bahwa walau berbeda, makanan juga merupakan bagian dari pengembaraan dan perjalanan sejarah manusia, sebagaimana yang dilakukan oleh penjelajah seperti Cheng-Ho dan Ibn Battuta.

Keterkaitan antara Makanan dan Kehidupan: Puisi ini menyoroti bahwa pada dasarnya makanan tidak hanya menjadi kebutuhan hidup fisik, tetapi juga mengandung makna yang lebih dalam bagi keutuhan hidup manusia. Makanan tidak hanya menyatukan budaya dan sejarah, tetapi juga menunjukkan pentingnya keberagaman dan kesatuan dalam kehidupan manusia.

Pesan Filosofis: Penutup puisi ini menantang pembaca untuk merenungkan makna sejati dari makanan bagi kehidupan manusia. Lebih dari sekadar aspek fisiologis, makanan memiliki makna yang lebih dalam dalam menyatukan, memahami, dan merangkul keberagaman budaya serta kehidupan manusia itu sendiri.

Puisi ini mengangkat tema yang kuat tentang keberagaman budaya, makanan, sejarah, dan keterkaitannya dengan kehidupan manusia. Soekoso DM dengan mahirnya menyajikan pemikiran filosofis melalui perbandingan makanan dari berbagai budaya, yang memperlihatkan bahwa makanan bukan hanya sekadar kebutuhan, melainkan juga merupakan jembatan budaya dan sejarah yang mempersatukan manusia dalam keberagaman yang indah.

Soekoso DM
Puisi: Dari Gudeg Sampai ke Rendang, Betapa!
Karya: Soekoso DM

Biodata Soekoso DM:
  • Soekoso DM, lahir di Purworejo, 17 Juli 1949.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.