Dalam Deru Waktu
dalam deru waktu, dulu, air di ladangmu membasuh
luka usia. Bulir-bulir padi musim panen
sayur mayur, juga hatimu, merunduk ke hening tanah
pada mekar kata yang tumbuh di lenguh kerbau
dan larik pantun — ibadah yang membumbung
ke lelang gunung. Dulu di sini bunyi hujan
dan gerak cangkul bersahutan dengan detak jantung
zikir yang meningkahi kecapi — menerjemahkan sepi
dari balik jerami atau mimpi menjelang pagi
kini mengalir percakapan liar di luar secangkir kopi
sepi pun mengerang diantara gelepar pipit
dan gelegar diam dari traktor yang meradang
sejak itu siang tak lagi panjang, malam renta
diseret jadwal kerja. Di ladangmu tanah lalu
berkisah Kain dan Habil saat risau mengaum
di sungai kering. Sepi menepi, lengang menegang
membayangkan yang mungkin hilang
dalam deru waktu, di bentangan luka mata kata
tak ada lagi kecapi — kini sepi menyanyi sendiri
tertatih-tatih mengeja huruf-huruf di langit
yang menguap dari sumur air mata petani