Puisi: Angku Gadang (Karya Zainuddin Tamir Koto)

Puisi "Angku Gadang" karya Zainuddin Tamir Koto menggambarkan perjalanan yang dramatis dan bermakna. Dengan penggunaan bahasa yang hidup dan ...
Angku Gadang

Wajahnya keras bagai batu
pandangnya tajam membelah langit
ia kibaskan angin dengan senyum
ia tidak takut dengan kuasa
giginya gemelatuk bajak di sawah
ke rengkang melulur dirinya
matahari pecah di jidatnya
suara petir tunggal

Dialah angku gadang
algojo kampung
tidak tahu buruk hati

Harimau buas teman bermain
lirik matanya menelan cinta
ia lelaki yang angker
bersilat dengan kesombongan

Dialah angku gadang
yang mengaku hulubalang kampung
setan di perutnya
hantu di kedua belah tangannya
sinar matanya menyapa badai
ia pemberani
ia ditakuti

Pada suatu malam
angku gadang yang berteman harimau
dirampas sial kecongkakan
disamunnya kusir bendi dalam takut
perkelahian menuntut dendam
aiiihhh! aiihh! aiiih!
angku gadang kumpulkan cahaya api memancarkan di matanya

Budin si kusir bendi
pendekar dalam kelam
ia hanyutkan tendangan berganda
Algojo kampung tertusuk ke selokan
guntur membahana hujan turun
Algojo rubuh

Budin si kusir bendi menghela nafas
telah tewas si algojo kampung
Ayam jagopun berkokok tengah malam
Pertanda kampung telah tentram.

Sumber: Angku Gadang (1980)

Analisis Puisi:

Puisi "Angku Gadang" karya Zainuddin Tamir Koto adalah sebuah narasi yang kuat tentang keberanian, kesombongan, dan akhirnya keadilan.

Simbolisme Kuat: Penyair menggunakan simbolisme yang kuat untuk menggambarkan karakter "Angku Gadang". Wajahnya yang keras seperti batu, pandangannya yang tajam, dan senyumnya yang menghadapi kuasa, semuanya melambangkan keberanian dan kekuatan.

Konflik Antara Kekuasaan dan Keadilan: Puisi ini menciptakan konflik antara kekuasaan dan keadilan melalui perkelahian antara "Angku Gadang" dan "Budin si kusir bendi". Meskipun "Angku Gadang" memiliki kekuatan dan kesombongan, ia akhirnya dihukum karena perilakunya yang zalim.

Transformasi Karakter: Karakter "Angku Gadang" awalnya digambarkan sebagai seorang yang angker, sombong, dan ditakuti oleh banyak orang. Namun, pada akhirnya, ia mengalami kekalahan yang mematikan, menunjukkan bahwa keadilan akhirnya menang atas kesombongan.

Pesan Tentang Keadilan dan Kekuasaan: Puisi ini memberikan pesan yang kuat tentang pentingnya keadilan dan bahaya kesombongan. Meskipun seseorang mungkin memiliki kekuatan dan keberanian, keadilan harus selalu diutamakan, dan kesombongan akan berujung pada kehancuran.

Ketegangan dalam Peristiwa: Dengan penggunaan kata-kata yang kuat dan deskripsi yang hidup, penyair menciptakan ketegangan yang intens dalam peristiwa perkelahian antara "Angku Gadang" dan "Budin si kusir bendi". Hal ini membangun ketegangan dramatis dalam puisi.

Resolusi dan Keseimbangan: Dengan jatuhnya "Angku Gadang", terjadi resolusi dan keseimbangan kembali ke kampung halaman. Kematian "Angku Gadang" membawa perdamaian dan ketentraman kembali ke komunitas.

Puisi "Angku Gadang" karya Zainuddin Tamir Koto adalah sebuah narasi yang kuat tentang keberanian, kesombongan, dan akhirnya keadilan. Melalui simbolisme yang kuat, konflik antara kekuasaan dan keadilan, transformasi karakter, dan pesan tentang pentingnya keadilan, puisi ini menggambarkan perjalanan yang dramatis dan bermakna. Dengan penggunaan bahasa yang hidup dan deskripsi yang kuat, puisi ini berhasil menggambarkan ketegangan dan resolusi yang terjadi dalam peristiwa yang digambarkan.


Puisi: Angku Gadang
Puisi: Angku Gadang
Karya: Zainuddin Tamir Koto

Biodata Zainuddin Tamir Koto:
  • Zainuddin Tamir Koto (lebih dikenal dengan nama pena Zatako) lahir pada tanggal 14 Desember 1941 di Gasan Ketek, Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatra Barat.
  • Zainuddin Tamir Koto meninggal dunia pada tanggal 11 Desember 2011 di Medan Timur.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.