Puisi: Satu Renungan di Masjid (Karya Motinggo Boesje)

Puisi "Satu Renungan di Masjid" karya Motinggo Boesje adalah sebuah puisi pendek yang mencerminkan pengalaman pribadi seorang individu yang tengah ...
Satu Renungan
Di Masjid Haewon, Seoul, Korea, 1986

Hari Rabu lalu
Awal malam
Kening kutempel di lantai pualam
dalam salat sunat
dua rakaat

Tuhan di negeri asing
Tuhan di negeri sendiri
Tuhan di masjid Nabawi
Adalah Allah yang sama

Yang penting renungan ini
Sesuatu terasa selalu baru
Tabir-tabir semakin tersingkap
Seribu hati semakin mendekap
dalam satu renungan
Sumber: Aura Para Aulia (1990)

Analisis Puisi:

Puisi "Satu Renungan di Masjid" karya Motinggo Boesje adalah sebuah puisi pendek yang mencerminkan pengalaman pribadi seorang individu yang tengah melaksanakan salat sunat di masjid. Puisi ini menggambarkan perenungan dan kedekatan dengan Tuhan, serta kesadaran akan kehadiran-Nya di berbagai tempat.

Penggambaran Tempat: Puisi ini menggambarkan suasana di dalam masjid dengan detail yang sederhana namun jelas. Penyair menempatkan dirinya dalam "masjid" dan menyinggung tentang "lantai pualam," memberikan kesan megah dan keramatnya tempat tersebut.

Tema Kesatuan Tuhan: Tema utama dalam puisi ini adalah kesatuan Tuhan yang hadir di berbagai tempat. Penyair mencerminkan bahwa Tuhan adalah Allah yang sama di negeri asing maupun di negeri sendiri, dan Dia hadir di masjid Nabawi (Masjid Nabi di Madinah) dengan kehadiran-Nya yang tak tergantikan.

Perenungan dan Kedekatan dengan Tuhan: Puisi ini mencerminkan momen perenungan dan kedekatan dengan Tuhan saat melaksanakan salat sunat. Penggunaan kata-kata "renungan" dan "hati semakin mendekap" menunjukkan intensitas perasaan dan pemahaman mendalam tentang makna salat dan hubungan dengan Tuhan.

Keberagaman Pengalaman: Dalam dua baris terakhir, penyair menyatakan bahwa "Yang penting renungan ini / Sesuatu terasa selalu baru." Hal ini menunjukkan bahwa meskipun rutinitas salat mungkin dilakukan berulang kali, namun setiap kali salat, seseorang merasa pengalaman yang berbeda, yang membawa kesegaran dan keberagaman dalam hubungannya dengan Tuhan.

Pilihan Kata yang Sederhana: Penyair menggunakan pilihan kata yang sederhana dan lugas, namun sangat efektif dalam menyampaikan makna dan perasaan yang dalam. Puisi ini menampilkan ketepatan dan kesederhanaan dalam penggunaan kata-kata.

Puisi "Satu Renungan di Masjid" karya Motinggo Boesje adalah sebuah puisi yang sederhana namun sarat makna. Dengan gambaran suasana di dalam masjid dan perenungan seseorang dalam salat sunat, puisi ini mencerminkan tema kesatuan Tuhan dan kesegaran pengalaman berhubungan dengan-Nya. Pilihan kata yang sederhana dan lugas menambah kesan autentik dan efektif dalam menyampaikan pesan puisi. Puisi ini menghadirkan momen keintiman dengan Tuhan dan mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kehadiran-Nya yang abadi dan mendalam.

Motinggo Boesje
Puisi: Satu Renungan di Masjid
Karya: Motinggo Boesje

Biodata Motinggo Boesje:
  • Motinggo Boesje (Motinggo Busye) lahir di Kupang Kota, pada tanggal 21 November 1937.
  • Motinggo Boesje meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 18 Juni 1999 (pada usia 61 tahun).
  • Nama lahir Motinggo Boesje adalah Bustami Djalid.
© Sepenuhnya. All rights reserved.