Puisi: Rancang "Egom" (Karya Adi Sidharta)

Puisi Rancang "Egom" karya Adi Sidharta mengajak kita untuk merenungkan perjalanan sejarah dan peran kita dalam memperjuangkan keadilan dan kebebasan.
Rancang "Egom"

Kembangbeureum nu bareureum
kembang bodas nu barodas
nineung meureun henteu meureun
kagagas bagi kagagas

Kembang seungit nyaliara
jembang bodas di buruan
zaman Jepang sayonara
zaman bebas leleungitan.

Kembang senggang gandaria
ku papanting Digulung
zaman Jepang sayonara
bambu-runcing turun gunung.

Aja jurig jeung ririwa
maling ubin jeung jalana
aja bingung aja ngewa
aja pembina numbila.

Bolong renung dimana-mana
buah huni Cisarua
kebodang ganti pembina
petani tetap gunggara.

Warna huni warna panji
lemas mulus sutra jingga
petani udang ngiji
numpes laku pembinasa.

Analisis Puisi:

Rancang "Egom" adalah puisi karya Adi Sidharta yang memadukan refleksi sejarah dan kehidupan sosial dengan penggunaan bahasa Sunda yang kaya akan makna dan simbolisme. Puisi ini menggambarkan perjalanan waktu, perubahan sosial, dan dinamika kehidupan yang terus berkembang, dengan menggunakan metafora bunga, zaman, dan perjuangan rakyat.

Bunga sebagai Simbol Perubahan dan Kenangan

Puisi ini dibuka dengan gambaran bunga yang memiliki warna dan aroma yang berbeda:

Kembangbeureum nu bareureum
kembang bodas nu barodas
nineung meureun henteu meureun
kagagas bagi kagagas

Bunga merah dan putih dalam bait ini melambangkan perubahan dan kenangan. Bunga yang harum menggambarkan masa lalu yang indah, tetapi juga ada keraguan dan ingatan yang mungkin kabur seiring berjalannya waktu. Penyair menunjukkan bahwa kenangan dapat menjadi samar dan berubah-ubah seperti bunga yang mekar dan layu.

Peralihan Zaman dan Kehilangan

Bait berikutnya menggambarkan peralihan zaman dan kehilangan yang terjadi:

Kembang seungit nyaliara
jembang bodas di buruan
zaman Jepang sayonara
zaman bebas leleungitan.

Bunga yang harum di halaman rumah menggambarkan masa lalu yang indah, tetapi dengan berakhirnya zaman Jepang dan datangnya kebebasan, ada sesuatu yang hilang. Puisi ini mencerminkan perubahan sosial yang membawa kebebasan, tetapi juga membawa kehilangan dan nostalgia.

Perjuangan dan Kekerasan

Selanjutnya, puisi ini menggambarkan perjuangan rakyat dengan simbol bambu runcing:

Kembang senggang gandaria
ku papanting Digulung
zaman Jepang sayonara
bambu-runcing turun gunung.

Simbol bambu runcing mengingatkan kita pada perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah Jepang. Perjuangan ini digambarkan sebagai sesuatu yang mendesak dan penuh semangat, seperti bunga gandaria yang mekar di antara pepohonan. Perjuangan ini tidak hanya melawan penjajah tetapi juga melawan penindasan di segala bentuknya.

Kehidupan Sosial dan Tantangan

Bagian berikutnya dari puisi ini menggambarkan kehidupan sosial dengan nuansa mistis dan perjuangan petani:

Aja jurig jeung ririwa
maling ubin jeung jalana
aja bingung aja ngewa
aja pembina numbila.

Di bait ini, penyair menggunakan gambaran mistis dan kekerasan untuk menunjukkan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat. Kehidupan petani digambarkan sebagai penuh tantangan dan perjuangan melawan kekuatan yang menindas.

Warna dan Simbolisme dalam Kehidupan Petani

Bait terakhir puisi ini menyoroti warna sebagai simbol harapan dan perjuangan:

Warna huni warna panji
lemas mulus sutra jingga
petani udang ngiji
numpes laku pembinasa.

Warna-warna yang digambarkan dalam bait ini melambangkan harapan dan perjuangan petani. Warna jingga yang lembut seperti sutra menggambarkan harapan akan masa depan yang lebih baik. Namun, petani masih harus berjuang melawan kekuatan yang menindas, menunjukkan bahwa perjuangan mereka masih jauh dari selesai.

Puisi Rancang "Egom" karya Adi Sidharta adalah karya yang kaya akan simbolisme dan refleksi sejarah. Melalui penggunaan bunga, perubahan zaman, perjuangan, dan tantangan sosial, penyair berhasil menggambarkan dinamika kehidupan yang terus berubah dan perjuangan yang dihadapi oleh masyarakat. Puisi ini mengajak kita untuk merenungkan perjalanan sejarah dan peran kita dalam memperjuangkan keadilan dan kebebasan. Dengan begitu, kita dapat menghargai dan memahami makna kehidupan yang lebih dalam, serta terus berjuang untuk masa depan yang lebih baik.

Puisi: Rancang "Egom"
Puisi: Rancang "Egom"
Karya: Adi Sidharta

Biodata Adi Sidharta:
  • Adi Sidharta (biasa disingkat A.S. Dharta) lahir pada tanggal 7 Maret 1924 di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
  • Adi Sidharta meninggal dunia pada tanggal 7 Februari 2007 (pada usia 82 tahun) di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
  • Adi Sidharta memiliki banyak nama pena, antara lain Kelana Asmara, Klara Akustia, Yogaswara, Barmaraputra, Rodji, dan masih banyak lagi.
© Sepenuhnya. All rights reserved.