Puisi: Rakyat (Karya Sandy Tyas)

Puisi "Rakyat" karya Sandy Tyas sarat dengan penggambaran kehidupan sosial dan politik, menyuarakan suara rakyat dan menyentuh berbagai aspek dalam ..
Rakyat

rakyat adalah segelintir manusia
para yang mulia dalam pemerintahan
politisi, ahli-ahli ekonomi, para raja uang
negarawan-negarawan ulung yang berkedok baju santri
rakyat adalah
koruptor, birokrat dan vested interest
merekalah rakyat sejati
yang mengajar masyarakat lewat ceramah dan pidato
dalam bahasa abad duapuluh
imperialisme, nekolim, subversi, kontra revolusi
merekalah rakyat-rakyat yang suka gembar gembor
di atas mimbar umum resmi atau tak resmi
meneriakkan pembangunan, persatuan dan segala macam omong kosong
rakyatlah mereka yang di balik kekuasaan
melancarkan fitnah dan adudomba yang berbisa
wahai saudaraku merekalah rakyat bahkan rakyat jelata
segelintir manusia penguasa dan bukan berjuta warganegara
atau merekalah rakyat dan bahkan rakyat patriotik
gerombolan serigala haus darah manusia
yang keluar dari tempat-tempat pengkhianatan waktu dini hari
menerkam geram para jenderal dan menyeretnya ke lubang buaya
wahai pendurhakaan! merekalah rakyat, rakyat!
yang tanpa haram makan daging bangsanya sendiri
lantas siapakah saudara-saudara kita berlaksa warganegara
para fakir miskin, anak-anak, laki-laki, perempuan
yang merintih menyodorkan kaleng bagi sisa-sisa makanan
siapakah mereka yang menyerahkan jiwaraga di atas roda-roda becak
siapa pula mereka para penggali jalan bermuka kering
mengucurkan keringat di sekujur tubuh
ketika matahari membakar dari langit
atau menggigil gemetar sebab hujan dan angin
siapa orang-orang itu siapa
pekerja-pekerja yang menjual tenaga dalam pabrik dan bengkel-bengkel
menggadaikan umur di atas martil besi dan gergaji
duhai bapak tani, duhai ibu tani, siapa engkau?
orang-orang sederhana di desa, di gunung-gunung dan di padang minus
ya, semua saudaraku yang papa yang sengsara lahir batin
kambing hitam, kuda tunggang dan sapi perah
engkaulah itu!
monyet-monyet yang lucu bahan tertawaan
anjing kurap yang terhina di negara demokrasi
bebek, kerbau dan beo
engkaulah itu!
namamu yang agung telah dicatut bagi sebuah dinasti
diperjudikan di meja-meja perundingan
jangan, jangan engkau menuntut
engkau tidak terpimpin, engkau liberal
diktator? negara kita adalah negara hukum!
fasisme? negara kita juga menghormati perikemanusiaan!
jangan, jangan engkau menuntut hakmu
engkau akan berhadapan dengan penjara, bahkan laras senjata
Ingatkah sebuah tragedi sejarah
ketika hati nuranimu menjerit
murid-murid meninggalkan bangku sekolah
para mahasiswa meninggalkan ruang-ruang kuliah
di jalan-jalan mereka kepalkan tinju di udara
ampera! ampera! ampera!
tegakkan keadilan dan kebenaran!
lalu apa yang kita dengar kemudian
senjata berbicara, sebab mereka melawan undang-undang negara
jangan, jangan engkau bersikeras menuntut hakmu
revolusi belum selesai kata mereka
karena itu kita harus tetap tercekik dan sengsara
revolusi bukanlah nasi, sayur bayam atau kopi
revolusi adalah gubuk-gubuk bambu dan rumbai
rumah-rumah kandang kuda, babi dan ayam
revolusi adalah sepotong pakaian kumal yang gatal
jangan engkau cemburu kepada bapak-bapak rakyat
bagi mereka revolusi adalah gemerincingnya mas raja brana
mobil-mobil mewah, televisi dan kulkas
villa-villa manis tempat istirahat
perempuan-perempuan manis tempat hilangkan penat
prostitusi, perjinahan dan napsu hewani
mereka punya logika sendiri!
saudaraku yang lapar
jangan kalian menangis mengadu kepada pembesar
bahwa perutmu yang lapar
tak bisa dijejali besi beton, semen atau karet
(bagai perut mereka)
kerongkonganmu yang kerontang tak bisa minum minyak
(bagai mulut mereka)
biarkan perutmu lapar
biarkan anak istrimu pedih lapar
dan akhirnya kita semua mati dalam lapar
sedang bapak-bapak rakyat di atas kelaparan kita
tetap berfoya dan menari
terkekeh mabuk dominasi dan duniawi
duhai kebebalan orang-orang terhormat dalam abad angkasa luar
pikiran yang terjajah dan diperkosa oleh iblis dan setan
filsafat yang ricuh dengan "tujuan menghalalkan cara"
tetapi Tuhan tak pernah tidur dan senantiasa jujur
kalau mata manusia tak rela melihat kesengsaraanmu
mata Tuhan dengan kasih sayang tajam melihatmu
kalau tangan manusia tak sedia merangkulmu
tangan Tuhan dengan kasih sayang mesra mendekapmu
kalau manusia pura-pura tuli dengar jerit hati nuranimu
Tuhan terlalu peka, Tuhan terlalu lapangdada
dan Tuhan yang serba beserba selalu di pihak kita
Tuhan bersama kita!

Sumber: Angkatan '66: Prosa dan Puisi (1968)

Analisis Puisi:
Puisi "Rakyat" karya Sandy Tyas adalah karya sastra yang sarat dengan penggambaran kehidupan sosial dan politik, menyuarakan suara rakyat dan menyentuh berbagai aspek dalam masyarakat.

Multidimensionalitas Rakyat: Penyair menggambarkan rakyat sebagai segelintir manusia yang mencakup beragam lapisan dan karakter, termasuk politisi, koruptor, vested interest, hingga pekerja dan fakir miskin. Pemaknaan rakyat dalam puisi ini melampaui batasan stereotip dan menunjukkan kompleksitas sosial.

Ironi dalam Politik dan Kekuasaan: Puisi menciptakan gambaran ironi dalam politik dan kekuasaan. Politisi, ahli ekonomi, dan negarawan terkadang menggunakan retorika keagamaan ("baju santri") sebagai kedok untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Ironi ini memperlihatkan ketidakseimbangan antara retorika dan tindakan.

Kritik terhadap Kebijakan dan Kondisi Sosial: Penyair menyuarakan kritik terhadap kondisi sosial dan politik yang diwarnai oleh kecurangan, fitnah, dan adu domba. Pemberian tanda kepada kelompok tertentu seperti koruptor dan vested interest menunjukkan ketidakpuasan terhadap ketidakadilan dalam masyarakat.

Citra dan Gaya Bahasa: Puisi ini kaya akan citra dan gaya bahasa. Citra seperti "fitnah dan adudomba yang berbisa" menciptakan gambaran yang kuat tentang ketegangan dan konflik di tengah-tengah masyarakat. Gaya bahasa yang digunakan membantu menyampaikan pesan dengan intensitas emosional.

Sejarah dan Politik: Penyair merujuk pada sejarah Indonesia dengan menyebutkan tragedi masa lalu, seperti peristiwa Ampera. Puisi ini membangkitkan memori kolektif dan menyoroti bagaimana perjuangan rakyat dalam meraih hak-haknya tidak selalu diterima dengan baik oleh penguasa.

Penggambaran Rakyat Sebagai Korban: Meskipun menciptakan citra rakyat yang memiliki keberagaman dan kompleksitas, puisi ini juga menyoroti bagaimana rakyat sering kali menjadi korban dari ketidakadilan dan kesenjangan. Penggambaran perjuangan mereka untuk hak-hak dasar, terutama para pekerja dan fakir miskin, mengundang simpati.

Kebebalan dan Ketidakpedulian Elit: Penyair mengkritik sikap acuh tak acuh dan kebebalan elite terhadap penderitaan rakyat. Pemimpin yang lebih memilih menikmati kehidupan mewah dan dominasi daripada mengatasi masalah sosial menjadi fokus kritik dalam puisi.

Pesan Optimisme dan Spiritualitas: Puisi ini juga membawa pesan optimisme dan spiritualitas. Penyair memperlihatkan keyakinan pada keadilan ilahi, menyuarakan bahwa Tuhan senantiasa berpihak pada mereka yang tertindas dan menderita. Pesan spiritualitas ini memberikan harapan dan kekuatan bagi rakyat.

Puisi "Rakyat" karya Sandy Tyas tidak hanya merupakan kritik sosial terhadap kondisi politik dan sosial di Indonesia, tetapi juga sebuah refleksi mendalam tentang kompleksitas rakyat sebagai entitas kolektif. Dengan gaya bahasa yang kuat, citra yang mendalam, dan pesan yang mendalam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan peran dan tanggung jawab masing-masing dalam mewujudkan keadilan sosial.

Puisi: Rakyat
Puisi: Rakyat
Karya: Sandy Tyas

Biodata Sandy Tyas:
  • Sandy Tyas lahir di Semarang pada tanggal 17 April 1939.
  • Sandy Tyas meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 1 Maret 2009 (umur 69 tahun).
© Sepenuhnya. All rights reserved.