Puisi: Perjalanan Senja (Karya Eka Budianta)

Puisi "Perjalanan Senja" karya Eka Budianta mengajak pembaca untuk merenungkan perjalanan batin dan eksistensial.
Perjalanan Senja

empat ekor merpati
berbisik-bisik di atas dahan
yang dadanya putih berkata:

    "pohon flamboyan ini sudah terlalu tua
     seperti pohon-pohon yang lain ia akan tumbang
     secara paksa atau tenang-tenang"

belum habis kalimatnya
tiba-tiba badai menerjang
merobohkan pohon yang malang
keempat burung berhambur ke arah kota
berbulan-bulan mereka terbang
tapi tak mendapat sebatang pohon pun
hingga ketiga merpati berkata
pada temannya berdada putih:

    "sudah terlalu lama kita terbang
     sekarang katakan pada kami
     baik terpaksa atau tidak kita akan berhenti"

Sumber: Horison (Agustus, 1979)

Analisis Puisi:

Puisi "Perjalanan Senja" karya Eka Budianta adalah sebuah karya yang menyentuh tentang perenungan, perubahan, dan keputusasaan melalui simbolisme merpati dan pohon flamboyan. Dengan gaya bahasa yang melibatkan unsur alam dan peristiwa, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan perjalanan batin dan eksistensial.

Simbolisme Merpati dan Pohon Flamboyan

Puisi ini memulai dengan gambaran "empat ekor merpati / berbisik-bisik di atas dahan". Merpati, yang sering diasosiasikan dengan simbol kedamaian dan harapan, dalam konteks puisi ini, berfungsi sebagai pengamat dan penyaksi keadaan sekitarnya. Dahan pohon flamboyan yang "dadanya putih" mewakili masa lalu atau sesuatu yang telah mengalami penuaan dan kerentanan.

Kesadaran tentang Usia dan Perubahan

Pernyataan merpati bahwa "pohon flamboyan ini sudah terlalu tua" mencerminkan kesadaran tentang perubahan dan kerentanan yang tak terhindarkan. Pohon flamboyan yang sudah tua, yang akan "tumbang secara paksa atau tenang-tenang", menggambarkan konsep tentang kemunduran dan akhir yang tak terelakkan, baik dalam konteks individual maupun kolektif.

Ketidakstabilan dan Keputusasaan

"Belum habis kalimatnya / tiba-tiba badai menerjang" menunjukkan ketidakstabilan dan perubahan yang mendadak. Badai yang merobohkan pohon flamboyan melambangkan tantangan atau peristiwa yang tak terduga yang dapat merubah segala sesuatu dengan cepat dan tanpa ampun. Keempat burung merpati yang terpaksa meninggalkan tempat mereka dan terbang ke arah kota menjadi simbol pencarian yang tidak pasti, sebuah perjalanan yang mencari stabilitas atau harapan.

Kekecewaan dan Keputusasaan

Setelah berbulan-bulan terbang tanpa menemukan tempat yang layak, "ketiga merpati berkata / pada temannya berdada putih" menunjukkan kekecewaan yang mendalam. Pertanyaan mereka—"baik terpaksa atau tidak kita akan berhenti"—mengindikasikan perasaan putus asa dan keinginan untuk menemukan kepastian dalam situasi yang penuh ketidakpastian.

Puisi "Perjalanan Senja" karya Eka Budianta adalah refleksi mendalam tentang perjalanan batin dan eksternal yang penuh tantangan. Melalui simbolisme merpati dan pohon flamboyan, Budianta menyampaikan tema tentang kesadaran akan perubahan, keputusasaan, dan pencarian makna dalam kehidupan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana kita menghadapi perubahan, tantangan, dan kekecewaan dalam perjalanan hidup kita sendiri, serta bagaimana kita mencari stabilitas dan harapan di tengah ketidakpastian.

Puisi: Perjalanan Senja
Puisi: Perjalanan Senja
Karya: Eka Budianta

Biodata Eka Budianta:
  • Christophorus Apolinaris Eka Budianta Martoredjo.
  • Eka Budianta lahir pada tanggal 1 Februari 1956 di Ngimbang, Jawa Timur.
© Sepenuhnya. All rights reserved.