Kisah Hikayat
Pernahkah kau melihat atau mendengar
Tentang seorang pengembara tak dikenal
Berlumuran darah di kepalanya
Terkapar di luar mesjid Sultan Iskandar Muda
Dan cairan merah yang anyir itu melayau
Membasahi ribuan terompah yang menutupi tangga
Sementara di dalam
Rakyat dan para sultan sibuk berhiba-hiba
Berdoa pada Tuhannya:
— O Tuhan berilah kemakmuran pada negri kami
Dan jauhkanlah kami dari siksaan api —
Maka arkian menurut yang empunya cerita
Lampu kristal bercabang delapan itu pun berdencing
Tujuh kali...
Kubah di atasnya pun terbuka
Hatta air emas pun tercurah dari langit
Mereka bersyukur dan berebut-rebutan
Tapi di tangan mereka menjadi
air ludah yang terpercik dari
komat-kamit bibirnya sendiri
Ah, mungkin kau tak pernah melihatnya
Atau pun mendengarnya
Karena memang itu hanya kisah hikayat
Dan zaman sebelum Abdullah bin Abdulkadir Munsyi
Dan memang sekarang tidak populer lagi
Bukankah begitu?
Ya, lebih baik saya bertanya tentang novel-novel terbaru.
Sumber: Horison (Oktober, 1974)
Analisis Puisi:
Puisi "Kisah Hikayat" karya Ismed Natsir adalah sebuah karya yang menggambarkan ironi dan kontradiksi dalam tindakan dan doa manusia.
Gambaran Keironisan Manusia: Puisi ini menggambarkan gambaran keironisan manusia dalam tindakan dan doanya. Meskipun mereka berdoa untuk kemakmuran dan perlindungan dari siksaan api, ketika keajaiban terjadi di luar mesjid, mereka justru berebut-rebutan untuk mendapatkan air emas yang tercurah dari langit. Hal ini menggambarkan sifat manusia yang sering kali lebih memikirkan kepentingan pribadi dan material daripada makna sejati dari doa-doa mereka.
Kontras Antara Spiritualitas dan Materialisme: Puisi ini menyoroti kontras antara spiritualitas dan materialisme dalam masyarakat. Meskipun doa-doa yang dipanjatkan penuh dengan harapan akan kebaikan dan perlindungan dari Tuhan, ketika berhadapan dengan keajaiban yang seharusnya membangkitkan rasa syukur dan pengabdian, manusia justru terjerumus dalam keserakahan dan persaingan untuk memperoleh keuntungan pribadi.
Ironi dalam Kisah Hikayat: Melalui judul "Kisah Hikayat," puisi ini menyiratkan bahwa cerita yang disampaikan mungkin saja merupakan bagian dari legenda atau dongeng yang tidak benar-benar terjadi. Namun, ironisnya, pesan moral yang terkandung dalam cerita tersebut masih relevan dengan kondisi manusia pada zaman sekarang, yang sering kali terjebak dalam ambisi dan kepentingan pribadi.
Kritik Sosial: Puisi ini juga dapat diinterpretasikan sebagai sebuah kritik sosial terhadap perilaku manusia yang sering kali terpaku pada hal-hal duniawi dan melupakan nilai-nilai spiritualitas dan keadilan. Dengan gaya puitis yang lugas, penulis menyoroti kebodohan manusia dalam mengejar keserakahan dan melupakan esensi kehidupan yang sejati.
Puisi "Kisah Hikayat" karya Ismed Natsir adalah sebuah karya yang menggambarkan ironi dan kontradiksi dalam tindakan dan doa manusia. Dengan menyajikan gambaran kehidupan yang kaya akan makna dan simbol, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang nilai-nilai spiritualitas, materialisme, dan kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari.
Karya: Ismed Natsir
Biodata Ismed Natsir:
- Ismed Natsir lahir pada tanggal 7 Agustus 1950, di Bukittinggi.
- Ismed Natsir meninggal dunia pada tahun 2017.