Puisi: Hutan Susupan (Karya Linus Suryadi AG)

Puisi "Hutan Susupan" karya Linus Suryadi AG mengajak pembaca untuk merenungkan pengalaman pribadi dan perjuangan internal yang sering kali tidak ....
Hutan Susupan

menyusup hutan belantara
riap rabumu masih juga
kenapa diam, o katakan, kenapa sendirian
hanya gemuruh hanya luruh
                ke jurang-jurang

Sumber: Horison (November, 1974)

Analisis Puisi:

Puisi "Hutan Susupan" karya Linus Suryadi AG adalah sebuah karya yang menggambarkan perjalanan melalui hutan belantara yang penuh dengan kesunyian dan keputusasaan. Dengan gaya penulisan yang padat dan intens, puisi ini menyajikan gambaran mendalam tentang keadaan emosional dan psikologis yang dialami oleh tokoh puisi saat menghadapi kesendirian dan kekosongan.

Eksplorasi Hutan sebagai Metafora

Hutan belantara dalam puisi ini berfungsi sebagai metafora dari keadaan internal yang kacau dan tidak teratur. Dalam konteks puisi, hutan bukan hanya sekadar lokasi fisik tetapi juga representasi dari ketidakpastian, kebingungan, dan isolasi yang dialami oleh tokoh puisi. "Menyusup hutan belantara" mencerminkan perjalanan emosional yang sulit dan penuh tantangan, di mana tokoh puisi terjebak dalam ketidakpastian dan kesulitan yang tampaknya tidak berujung.

Kesunyian dan Keterasingan

Salah satu tema utama dalam puisi ini adalah kesunyian dan keterasingan. Puisi ini menyiratkan perasaan terasing dan sendirian yang dialami oleh tokoh puisi, yang tercermin dalam frasa "kenapa diam, o katakan, kenapa sendirian". Kesunyian ini tidak hanya bersifat fisik tetapi juga emosional, menandakan betapa dalamnya keterasingan yang dirasakan.

Dalam puisi ini, kesunyian menjadi bagian integral dari pengalaman yang digambarkan. Keberadaan hanya "gemuruh" dan "luruh" mengindikasikan bahwa meskipun ada suara-suara di sekeliling, semuanya tampak kosong dan tidak memadai untuk mengisi kekosongan yang ada. "Ke jurang-jurang" menggambarkan rasa putus asa dan keterperosokan yang dialami, menciptakan gambaran visual yang kuat tentang keputusasaan yang mendalam.

Pertanyaan yang Menggugah

"Kenapa diam, o katakan, kenapa sendirian" adalah pertanyaan yang menggugah, menuntut jawaban dan refleksi. Pertanyaan ini mencerminkan kebingungan dan pencarian makna yang mendalam. Dalam hutan belantara ini, tokoh puisi mencari penjelasan atau alasan di balik kesendiriannya, tetapi jawaban tidak kunjung datang. Ini mencerminkan ketidakmampuan untuk menemukan solusi atau pemahaman di tengah-tengah keputusasaan.

Rasa Gemuruh dan Luruh

Penggunaan kata "gemuruh" dan "luruh" menambah kedalaman emosional puisi. Gemuruh dapat merujuk pada suara atau getaran yang tidak menyenangkan, sedangkan luruh menggambarkan sesuatu yang menghilang atau menyusut. Kombinasi kata-kata ini menciptakan suasana yang tidak stabil dan mengganggu, yang memperkuat perasaan kebingungan dan ketidakpastian.

Puisi "Hutan Susupan" karya Linus Suryadi AG adalah sebuah eksplorasi mendalam tentang kesunyian, keterasingan, dan keputusasaan yang dialami oleh individu dalam perjalanan emosional mereka. Dengan menggunakan hutan belantara sebagai metafora, puisi ini menggambarkan keadaan internal yang kacau dan penuh kesulitan. Melalui pertanyaan yang menggugah dan gambaran visual yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan pengalaman pribadi dan perjuangan internal yang sering kali tidak tampak di permukaan.

Dalam Puisi "Hutan Susupan," Linus Suryadi AG berhasil menciptakan sebuah karya yang tidak hanya menyentuh sisi emosional tetapi juga menantang pembaca untuk melihat lebih dalam ke dalam diri mereka sendiri dan memahami kompleksitas dari pengalaman manusia. Puisi ini mengingatkan kita bahwa di balik setiap kesunyian dan keterasingan, terdapat pencarian makna dan pemahaman yang mendalam, yang sering kali sulit ditemukan.

Linus Suryadi AG
Puisi: Hutan Susupan
Karya: Linus Suryadi AG

Biodata Linus Suryadi AG:
  • Linus Suryadi AG lahir pada tanggal 3 Maret 1951 di dusun Kadisobo, Sleman, Yogyakarta.
  • Linus Suryadi AG meninggal dunia pada tanggal 30 Juli 1999 (pada usia 48 tahun) di Yogyakarta.
  • AG (Agustinus) adalah nama baptis Linus Suryadi sebagai pemeluk agama Katolik.
© Sepenuhnya. All rights reserved.