Puisi: Di Negeri Khatulistiwa (Karya Gunoto Saparie)

Puisi: Di Negeri Khatulistiwa Karya: Gunoto Saparie
Di Negeri Khatulistiwa


di negeri khatulistiwa
aku tersesat di sebuah buku tua
yang kehilangan angka dan aksara
pustaka pun kehilangan cahaya

mampukah aku menyelamatkan harapan
dari virus yang makin menggila?
mampukah aku menulis dan membaca
tanda-tanda kebangkrutan kebudayaan?

di negeri khatulistiwa yang sunyi
kuziarahi jejak-jejak para wali
kucari ilmu, cinta, dan makrifat
hidup hanya menuju kubur keramat

ketika ombak berdebur ke pantai 
ketika sejuk angin pegunungan sepoi
kuresapi makna indonesia di dalam jiwa
dengan bahagia dan derita menyatu di nusantara

2021

Puisi: Di Negeri Khatulistiwa
Puisi: Di Negeri Khatulistiwa
Karya: Gunoto Saparie


BIODATA GUNOTO SAPARIE

Lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Kadilangu, Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Pertama Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Kendal, Akademi Uang dan Bank Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Sedangkan pendidikan nonformal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab, Gemuh, Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab, Gemuh, Kendal.

Selain menulis puisi, ia juga mencipta cerita pendek, kritik sastra, esai, dan kolom, yang dimuat di sejumlah media cetak terbitan Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, dan Prancis. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981),  Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996),  Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), dan Mendung, Kabut, dan Lain-lain (Cerah Budaya Indonesia, Jakarta, 2019). Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004).  Novelnya Selamat Siang, Kekasih dimuat secara bersambung di Mingguan Bahari, Semarang (1978) dan Bau (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2019) yang menjadi nomine Penghargaan Prasidatama 2020 dari Balai Bahasa Jawa Tengah.

Ia juga pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Sejumlah puisi, cerita pendek, dan esainya termuat dalam antologi bersama para penulis lain.  Puisinya juga masuk dalam buku Manuel D'Indonesien Volume I terbitan L'asiatheque, Paris, Prancis, Januari 2012. Ia juga menulis puisi berbahasa Jawa (geguritan) di Panjebar Semangat dan Jaya Baya. Ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta), Tanahku (Semarang), Delik Hukum Jateng (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang), Pemimpin Redaksi Radio Gaya FM (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Faktual (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Otobursa Plus (Semarang), dan Redaktur Legislatif  (Jakarta).

Saat ini ia menjabat Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah, dan Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah. Sebelumnya ia pernah menjabat Ketua Kelompok Studi Seni Remaja (KSSR) Kendal, Ketua Pelaksana Dewan Teater Kendal, Sekretaris Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Jawa Tengah, Wakil Ketua Ormas MKGR Jawa Tengah, Fungsionaris DPD Partai Golkar Jawa Tengah, Sekretaris DPD Badan Informasi dan Kehumasan Partai Golkar Jawa Tengah, dan Sekretaris Bidang Kehumasan DPW Partai Nasdem Jawa Tengah. 

Sejumlah penghargaan di bidang sastra, kebudayaan, dan jurnalistik telah diterimanya, antara lain dari Kepala Perwakilan PBB di Indonesia, Menteri Perumahan Rakyat, Menteri Penerangan, Menteri Luar Negeri, Pangdam IV/ Diponegoro, dan Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Kuburdi dalam kesunyian kuburkau pasti lelap tertidurmemeluk tanah airsampai batas terakhiraku pun terkenang padamuketika melalui hari-hari risaunamun kini aku tak bisa menggapaimu…
  • Kemahkudengar ricik air sungai beningdi antara bebatuan dan akar pohonankudengar suara kalbu menembangkinanti indah mengalun di hutanpada ujung dinihari aku gelisahterbangun, melon…
  • Kereta Pagidi bawah matahari pagikereta pun segera berangkatdi luar kaca jendela sunyidingin udara terkuak suara peluitkau pun tahu, aku menjemputmudi sebuah kota tak bernamakereta…
  • Sakramen Duka buat Adinda Terlukakuterima kabar dalam subuh yang gelapada deras airmata tangisanmengalir sepanjang dinihari tadiyang telah bergulat antaramaut dan kematian dinisali…
  • Sajak Tidurdalam gelap aku tertidurtak ada mimpi selain mengigaumenyebut nama dan alamatmudi sarung bantal terlukis peta liurdalam gelap aku terlelaptak ingat rumah dan kitabdalam …
  • Sampur Gandrungakulah gandrung banyuwangipenari yang saban hari melenggokke kanan kiri di antara tubuhmumewakili cerita dalam lakon hidupserupa sritanjung menyeblangdi hadapan bant…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.