Puisi: Antara Kita dan Dia (Karya Ismed Natsir)

Puisi "Antara Kita dan Dia" karya Ismed Natsir mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan manusia dengan keberadaan ilahi dan makna hidup yang fana.
Antara Kita dan Dia

: Aku Tuhanmu
Maka mereka pun ramai-ramai membunyikan tasbihnya
Seraya bersujud tanpa maksud
Dan sebagian lagi menepuk dada. Dan ketika
Angin bertiup mata mereka terkatup
Lalu dadanya luluh direnggut bumi
Dan mereka mengeluh

: Aku Pemilikmu
Maka mereka pun meremas kepalanya sendiri
Dalam jarinya
Dan menelan dunai dengan mulutnya
Manis, katanya sambil minum-minum
Seekor gagak bertengger di jendela. Tersenyum

: Aku rajamu
Maka mereka pun melalaikan tugasnya
Meragukan atau tak tahu
Apa rencana rajanya
Dengan semua itu

Tapi di sini
Matahari tak bangkit lagi
Angin tak bertiup lagi
Hanya tangis
Hanya tawa
Makna hidup yang fana

Sumber: Horison (Oktober, 1973)

Analisis Puisi:

Puisi "Antara Kita dan Dia" karya Ismed Natsir merupakan sebuah karya yang penuh dengan lapisan makna dan refleksi filosofis tentang hubungan manusia dengan Tuhan. Dalam puisi ini, penulis menggunakan gaya bahasa yang metaforis untuk menyampaikan pesan-pesannya.

Dinamika Hubungan dengan Tuhan: Puisi ini menggambarkan berbagai sikap manusia terhadap Tuhan, yang diwakili oleh tiga pernyataan: "Aku Tuhanmu", "Aku Pemilikmu", dan "Aku rajamu". Setiap pernyataan tersebut mencerminkan pandangan yang berbeda tentang hubungan antara manusia dengan Tuhan. Namun, dalam penggambaran yang kompleks ini, penulis menyiratkan bahwa hubungan tersebut tidak selalu harmonis atau jelas.

Respon Manusia terhadap Kekuasaan Tuhan: Puisi ini juga menggambarkan berbagai respon manusia terhadap kekuasaan Tuhan. Beberapa orang menjalani ibadah dengan penuh keseriusan dan rasa hormat ("membunyikan tasbihnya, bersujud tanpa maksud"), sementara yang lain meragukan atau bahkan menolak keberadaan Tuhan ("melalaikan tugasnya, meragukan atau tak tahu"). Hal ini mencerminkan keragaman keyakinan dan sikap manusia terhadap agama dan spiritualitas.

Keterbatasan Manusia dan Makna Hidup: Meskipun manusia memiliki berbagai pandangan tentang Tuhan dan keberadaannya, pada akhirnya, puisi ini menyampaikan pesan tentang keterbatasan manusia dan makna hidup yang fana. Ketika matahari tidak bangkit lagi dan angin tidak bertiup lagi, manusia hanya dihadapkan pada tangis dan tawa, yang mungkin merupakan gambaran tentang kehidupan manusia yang penuh dengan kegembiraan dan penderitaan.

Puisi "Antara Kita dan Dia" karya Ismed Natsir adalah sebuah karya yang menggambarkan berbagai pandangan dan respon manusia terhadap Tuhan. Dengan menggunakan bahasa metaforis, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan manusia dengan keberadaan ilahi dan makna hidup yang fana.

Puisi: Antara Kita dan Dia
Puisi: Antara Kita dan Dia
Karya: Ismed Natsir

Biodata Ismed Natsir:
  • Ismed Natsir lahir pada tanggal 7 Agustus 1950, di Bukittinggi.
  • Ismed Natsir meninggal dunia pada tahun 2017.
© Sepenuhnya. All rights reserved.