Tetangga Sebelahku
tetangga sebelahku
pintar bikin suling bambu
dan memainkan banyak lagu
tetangga sebelahku
kerap pinjam gitar
nyanyi sama anak-anaknya
kuping sebelahnya rusak
dipopor senapan
tetangga sebelahku
hidup bagai dalam benteng
melongok-longok selalu
membaca bahaya
tetangga sebelahku
diteror masa lalu
Kalangan-Solo, November 1991
Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)
Analisis Puisi:
Puisi "Tetangga Sebelahku" karya Wiji Thukul adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan sosok tetangga sebelah sebagai perwujudan rakyat biasa yang hidup dalam kondisi yang sulit dan dihadapkan pada berbagai tantangan. Dalam puisi ini, Wiji Thukul melukiskan potret hidup sehari-hari yang kompleks, mengungkapkan bagaimana individu tersebut menjalani kehidupannya di tengah lingkungan yang penuh dengan konflik dan kesulitan.
Keberagaman Kehidupan Sehari-hari: Puisi ini menggambarkan beragam aspek kehidupan sehari-hari tetangga sebelah, mulai dari keahlian membuat suling bambu, memainkan lagu, hingga bernyanyi dengan anak-anaknya. Penggambaran ini menghadirkan nuansa kehidupan yang sederhana dan penuh dengan aktivitas kreatif yang menghubungkan mereka dengan seni dan musik.
Keadaan yang Sulit dan Tantangan: Meskipun tetangga sebelah memiliki keterampilan dan kegiatan positif, puisi ini juga mengungkapkan kondisi sulit yang mereka hadapi. Penggunaan kata "hidup bagai dalam benteng" mengisyaratkan perasaan terkurung dan perlindungan yang dibutuhkan oleh tetangga tersebut. "Melongok-longok selalu membaca bahaya" mencerminkan ketidakpastian dan kehati-hatian yang ada dalam kehidupan mereka, mungkin akibat kondisi lingkungan yang tidak stabil.
Tantangan Masa Lalu dan Kekerasan: Puisi ini juga menggambarkan tetangga sebelahku yang "diteror masa lalu." Frasa ini mengisyaratkan bahwa individu tersebut mungkin terlibat dalam peristiwa traumatis atau konflik di masa lalu yang masih memengaruhi kehidupan mereka saat ini. "Kuping sebelahnya rusak dipopor senapan" menunjukkan bahwa mereka mungkin telah mengalami pengalaman yang mencederai fisik atau emosional mereka.
Solidaritas dan Pemahaman: Puisi ini memberi perhatian pada keberagaman dan keragaman kehidupan tetangga sebelah dengan penuh empati. Penggambaran tentang tetangga tersebut yang sering meminjam gitar dan bernyanyi dengan anak-anaknya menciptakan gambaran tentang kedekatan keluarga dan interaksi sosial positif yang dapat menjadi bentuk dukungan dan solidaritas dalam menghadapi tantangan.
Puisi "Tetangga Sebelahku" karya Wiji Thukul adalah potret kehidupan sehari-hari tetangga yang mencerminkan keragaman, ketekunan, dan tantangan yang ada dalam kehidupan mereka. Dengan menghadirkan gambaran ini, Wiji Thukul mengingatkan kita untuk lebih memahami dan menghargai kehidupan orang lain, serta mengajak kita untuk menunjukkan empati dan dukungan dalam menghadapi kesulitan yang mungkin dialami oleh sesama.
Karya: Wiji Thukul
Biodata Wiji Thukul:
- Wiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus 1963.
- Nama asli Wiji Thukul adalah Wiji Widodo.
- Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).