Puisi: Sunyisunyi Sunyi Sajak (Karya Ibrahim Sattah)

Puisi "Sunyisunyi Sunyi Sajak" karya Ibrahim Sattah mengeksplorasi tema keheningan, kesunyian, kematian, dan pencarian jati diri. Repetisi kata ...
Sunyisunyi Sunyi Sajak

    bungabunga bungabunga
sunyi sudah di sana
sunyi yang tak sunyi

        sunyisunyi
        sunyi sajak
        sunyi chairil
        yang menggigil

sunyi siapa sajalah

    bunga putihputih bunga salju
    sunyi bungabunga sunyi putih
    siapa kau

1971

Sumber: Horison (September, 1973)

Analisis Puisi:

Puisi "Sunyisunyi Sunyi Sajak" karya Ibrahim Sattah adalah karya yang menggambarkan keheningan dengan cara yang unik dan introspektif. Menggunakan repetisi dan citra bunga, puisi ini menciptakan suasana yang mendalam dan merenung.

Tema Utama

  • Keheningan dan Kesunyian: Puisi ini berkutat pada konsep keheningan dan kesunyian. Frasa "sunyi sudah di sana" dan "sunyi yang tak sunyi" menciptakan dualitas antara keheningan yang tampak di luar dan ketidakhadiran keheningan yang sesungguhnya di dalam.
  • Keabadian dan Kematian: Referensi ke Chairil Anwar, penyair terkenal Indonesia yang sering membahas tema kematian, menambah dimensi keabadian dan kematian dalam puisi ini. "Sunyi chairil yang menggigil" menggambarkan rasa takut dan dingin yang berhubungan dengan akhir kehidupan.
  • Kesendirian dan Pencarian Jati Diri: Pengulangan kata "sunyi" mencerminkan rasa kesendirian dan pencarian jati diri yang mendalam. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan eksistensi dan identitas mereka sendiri.

Penggunaan Simbolisme

  • Bunga: Bunga sering kali menjadi simbol keindahan dan kehidupan yang sementara. Dalam puisi ini, "bungabunga bungabunga" dan "bunga putihputih bunga salju" menggambarkan keindahan yang rapuh dan sementara, serta kesucian dan kedamaian.
  • Sunyi": Kata "sunyi" digunakan berulang kali untuk menggambarkan keheningan yang mendalam. Sunyi bukan hanya sebuah keadaan fisik tetapi juga keadaan emosional dan spiritual.
  • Chairil Anwar: Menggunakan nama Chairil Anwar sebagai simbol, puisi ini mengaitkan keheningan dengan karya dan kehidupan penyair legendaris yang sering membahas tema kematian dan eksistensialisme.

Interpretasi Makna

  • Refleksi Keheningan: Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan keheningan dalam berbagai bentuknya. Keheningan bisa jadi fisik, emosional, atau spiritual. Dengan mengulang kata "sunyi," penyair menekankan pentingnya keheningan dalam memahami diri dan dunia di sekitar.
  • Kesunyian yang Berbicara: Meskipun berbicara tentang keheningan, puisi ini mengindikasikan bahwa ada banyak yang bisa dikatakan dalam kesunyian. "Sunyi yang tak sunyi" menunjukkan bahwa keheningan sering kali penuh dengan makna tersembunyi dan perasaan yang tak terungkap.
  • Pencarian Jati Diri: Melalui kesunyian, seseorang bisa menemukan dan memahami identitas mereka sendiri. Puisi ini mengajak pembaca untuk mencari kedalaman diri mereka melalui refleksi dan introspeksi yang tenang.
  • Kematian dan Keabadian: Dengan menyebut Chairil Anwar, puisi ini mengaitkan keheningan dengan kematian dan keabadian. Ada rasa ketakutan dan kesadaran akan kefanaan hidup yang tercermin dalam baris "sunyi chairil yang menggigil."
Puisi "Sunyisunyi Sunyi Sajak" karya Ibrahim Sattah adalah puisi yang mendalam dan reflektif, mengajak pembaca untuk merenungkan keheningan dalam berbagai bentuknya. Melalui simbolisme bunga dan referensi ke Chairil Anwar, puisi ini mengeksplorasi tema keheningan, kesunyian, kematian, dan pencarian jati diri. Repetisi kata "sunyi" menekankan pentingnya keheningan dalam memahami diri dan dunia, menjadikan puisi ini sebagai karya yang kaya akan makna dan introspeksi.

Ibrahim Sattah
Puisi: Sunyisunyi Sunyi Sajak
Karya: Ibrahim Sattah

Biodata Ibrahim Sattah:
  • Ibrahim Sattah lahir pada tahun 1943 di Tarempa, Siantan, Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau.
  • Ibrahim Sattah meninggal dunia pada tanggal 19 Januari 1988 (pada usia 43 tahun) di Pekanbaru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.