Puisi: Si Buta (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Si Buta" karya Wiji Thukul menggambarkan perjuangan sehari-hari seorang individu dalam menjalani kehidupan yang penuh tantangan.
Puisi Si Buta


semenjak pagi bangun
mataku terbuka sibuk menyiapkan mimpi
semenjak matahari bangkit sampai hari ini
hidupku tidur dan menguap dan bangkit terkejut
di dalam cermin kulihat tanganku
masih meraih selimut dan
sukmaku tak berkaki
berjalan tak pernah tiba
(di wilayah bebas waktu sukmaku terbanting)

dalam hening kugapai pedang (tapi tak ada!)
untuk memporak lensa mataku yang dua biji ini
yang selalu terbuka menipu

beri-berilah aku ketajaman untuk membukakan mataku
yang dua ini betapa pun bagaimana ingin terjaga
sebelum pagi berganti pagi lagi

Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Si Buta" karya Wiji Thukul adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjuangan sehari-hari seorang individu dalam menjalani kehidupan yang penuh tantangan. Puisi ini menciptakan gambaran tentang kondisi manusia yang kadang-kadang merasa buta atau tidak peka terhadap realitas sekitarnya.

Penyadaran Diri: Puisi ini dimulai dengan penyair yang bangun di pagi hari dan menyadari bahwa matanya "terbuka sibuk menyiapkan mimpi." Hal ini dapat diinterpretasikan sebagai metafora penyadaran diri. Penyair mungkin telah lama tidur dalam "ketidaksadaran" dan sekarang mencoba untuk memahami lebih dalam tentang kehidupan dan realitas sekitarnya.

Perasaan Terperangkap: Penyair menggambarkan perasaan terperangkap dalam rutinitas kehidupan sehari-hari. Ia merasa bahwa hidupnya adalah siklus yang berulang, di mana ia tidur, menguap, dan terbangun terkejut tanpa perubahan yang nyata. Ini menciptakan gambaran tentang kehidupan yang monoton dan tanpa tujuan yang jelas.

Keinginan akan Kebangkitan: Penyair menggambarkan keinginan untuk "terjaga" sebelum pagi berganti pagi lagi. Ini bisa diartikan sebagai keinginan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan sebelum waktu berlalu. Dia mencari "ketajaman" untuk membuka matanya yang mungkin telah "tertutup" atau "buta" terhadap realitas yang sebenarnya.

Simbolisme Mata: Puisi ini menggunakan mata sebagai simbol. Mata di sini dapat mewakili pemahaman dan kesadaran. Penyair ingin membuka mata dan melihat dunia dengan lebih jernih, menjauhi keadaan "buta" yang mungkin telah menghimpitnya.

Kesulitan Menyadari Realitas: Puisi ini menciptakan gambaran tentang kesulitan untuk menyadari realitas. Penyair mungkin merasa terjebak dalam dunia mimpi atau ilusi, dan ia ingin memecahkan lensa mata yang menipunya untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang kenyataan.

Tema Pemahaman Diri dan Transformasi: Puisi ini bisa dianggap sebagai perjalanan penyadaran diri dan transformasi. Penyair mencari pemahaman yang lebih dalam tentang dirinya sendiri dan kehidupan sekitarnya, dan ia ingin keluar dari keadaan "buta" tersebut.

Puisi "Si Buta" oleh Wiji Thukul adalah karya sastra yang menggambarkan perjuangan individu untuk menyadari diri dan memahami realitas kehidupan. Ini menciptakan gambaran tentang perasaan terperangkap dalam rutinitas dan keinginan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang kenyataan. Puisi ini mengajak kita untuk merenungkan perjalanan pribadi menuju pemahaman dan transformasi.

Puisi: Puisi Si Buta
Puisi: Si Buta
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus 1963.
  • Nama asli Wiji Thukul adalah Wiji Widodo.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer). 

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • CeranaKepada M.D. – M.O, mempelai, naik, diri,Tabur kunyit goyanglah kipas,Naik pes’mandan dengan biduan!O, mempelai, naik, diriDara di atas siap berhias,Inilah cerana turun ke lam…
  • Iradat Ilahikepada Ibunda SyarifahMenggunung syukurku bagiMu Tuhan,Lapang dadaku terkuak anganDemi kumaklumi iradat RahmanMelahirkan aku di kesengsaraan.Aku diserahkan tiada berkai…
  • ManusiaAku kagum mencari gambar,Pusaka jari pujangga besar,Hidup timbul bagai menggeletar,Darah di jantung berdebar-debar.Sukma serasa tidak di bumiDemi menyimak nyanyian seni,Terl…
  • TeraturDetik ke detik dijagai sep,Tepat di saat tanda diberi,Baru kereta masuk, berangkat,Sekian teliti kadang pun kasep,Bertumbuk ekspres dahsyat ngeri,Silap sedikit besar akibat.…
  • Gerimissaat kuinjakkan kaki di jakartahujan masih menyisakan gerimisterasa ada pula gerimis di hatihujan turun di mana-manatapi hujan di jakarta penuh ceritadia akan menggenangi ja…
  • Sajak Belalang dan Kupu-KupuBelalang dan kupu-kupuTak mengenal segala pil penenangDan tak butuh nasehat bulukanSeorang psikologMereka terbang merdekaTampaknya senang dan bahagia be…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.