Puisi: Satu Salam dari Situ (Karya Ibrahim Sattah)

Puisi "Satu Salam dari Situ" karya Ibrahim Sattah menjelajahi tema keberadaan, cinta, dan kesedihan dengan bahasa yang melankolis dan simbolis.
Satu Salam dari Situ

tubulan tubintang uaua tupucuk malimali
menjuntaikan awan dan tertegun

                    pada bumi
                    pada bunga
                    pada cinta

    dari pagi yang rekah darah siapa yang tumpah
    dari malam yang hilang gapai siapa yang sampai
    dari panas yang didih hati siapa yang sedih

                    bumi
                    jadi bunga
                    jadi cinta
                    jadi duka

    tulah bumi tulah bunga tulah cinta
                    siasianya
    tuah bumi tuah bunga tuah cinta
                    siasianya

    sayang pada rindu resah siapa yang dalam
    bisa pada luka keris siapa yang tikam

tubulan tubintang uaua tupucuk malimali
    angin mengganggu

                    bumi
                    jadi bunga
                    jadi cinta
                    jadi duka

    : satu salam dari situ

1972

Sumber: Horison (September, 1973)

Analisis Puisi:

Puisi "Satu Salam dari Situ" karya Ibrahim Sattah adalah karya yang mendalam dan penuh makna, menjelajahi tema keberadaan, cinta, dan kesedihan dengan bahasa yang melankolis dan simbolis. Melalui struktur dan gaya yang khas, puisi ini menyampaikan pesan tentang hubungan antara manusia, alam, dan perasaan yang membentuk eksistensi kita.

Tema Utama

  • Keberadaan dan Alam: Puisi ini menggarisbawahi hubungan antara manusia dan alam. Frasa seperti "tubulan tubintang uaua tupucuk malimali" mengingatkan kita pada siklus alam dan bagaimana alam berperan dalam kehidupan manusia. Bumi, bunga, dan cinta menjadi simbol-simbol yang menghubungkan keberadaan manusia dengan alam semesta.
  • Cinta dan Kesedihan: Tema cinta dan kesedihan sangat dominan dalam puisi ini. Puisi ini mengeksplorasi bagaimana cinta dan kesedihan saling terkait, serta bagaimana keduanya memengaruhi kehidupan manusia. Penyebutan "darah siapa yang tumpah" dan "hati siapa yang sedih" menunjukkan kedalaman emosional yang dialami oleh manusia dalam menghadapi cinta dan duka.
  • Keberuntungan dan Kesia-siaan: Ada refleksi tentang keberuntungan dan kesia-siaan dalam puisi ini. Pernyataan "tulah bumi tulah bunga tulah cinta" dan "tuah bumi tuah bunga tuah cinta" menunjukkan ketegangan antara keberuntungan dan kesia-siaan dalam hubungan manusia dengan alam dan perasaan mereka.

Gaya Bahasa dan Struktur

  • Bahasa Simbolis dan Metaforis: Ibrahim Sattah menggunakan bahasa simbolis untuk menyampaikan makna puisi. Frasa seperti "tubulan tubintang uaua tupucuk malimali" dan "bumi jadi bunga jadi cinta jadi duka" mengandung simbolisme yang mendalam tentang siklus kehidupan dan hubungan emosional. Bahasa ini memberikan kesan mistis dan puitis yang khas dalam puisi ini.
  • Struktur Berulang: Struktur puisi ini mengandung pola berulang yang memperkuat tema sentralnya. Pengulangan frasa seperti "bumi jadi bunga jadi cinta jadi duka" menciptakan ritme dan konsistensi, sekaligus menekankan hubungan yang kompleks antara alam dan perasaan manusia. Struktur ini juga membantu menghubungkan bagian-bagian puisi yang berbeda, menciptakan kesinambungan dalam narasi.
  • Ritme dan Aliran: Ritme puisi ini terasa seperti aliran yang lambat dan melankolis, mencerminkan suasana hati yang penuh refleksi. Gaya ini mendukung tema puisi tentang cinta, kesedihan, dan keberadaan, memberikan pembaca pengalaman emosional yang mendalam.

Makna dan Interpretasi

Puisi "Satu Salam dari Situ" mengundang pembaca untuk merenung tentang hubungan antara manusia, alam, dan perasaan. Keberadaan manusia di bumi, bersama dengan pengalaman cinta dan kesedihan, dianggap sebagai bagian dari siklus yang lebih besar. Bumi, bunga, dan cinta tidak hanya simbol keberadaan tetapi juga menjadi wadah bagi kesedihan dan keberuntungan.

Keseluruhan puisi ini berfungsi sebagai refleksi tentang kehidupan dan hubungan manusia dengan alam dan perasaan mereka. Pernyataan terakhir, ": satu salam dari situ," menyiratkan sebuah pesan dari tempat yang tidak terdefinisi secara jelas, menghubungkan pengalaman emosional pribadi dengan pengalaman universal manusia.

Puisi "Satu Salam dari Situ" karya Ibrahim Sattah adalah karya yang kaya akan simbolisme dan makna. Dengan gaya bahasa yang melankolis dan struktur yang berulang, puisi ini mengeksplorasi tema keberadaan, cinta, dan kesedihan. Melalui deskripsi yang mendalam tentang hubungan antara manusia dan alam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang siklus kehidupan dan perasaan yang membentuk pengalaman manusia. Puisi ini memberikan sebuah salam dari tempat yang misterius, menggambarkan bagaimana pengalaman pribadi dapat terhubung dengan pengalaman universal.

Ibrahim Sattah
Puisi: Satu Salam dari Situ
Karya: Ibrahim Sattah

Biodata Ibrahim Sattah:
  • Ibrahim Sattah lahir pada tahun 1943 di Tarempa, Siantan, Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau.
  • Ibrahim Sattah meninggal dunia pada tanggal 19 Januari 1988 (pada usia 43 tahun) di Pekanbaru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.