Sang Sing Song
Sekarang sedang musim Sang Sing Song
yang satu Sang
yang satu Sing
yang satu Song
Sang menjadi raja
Punya negeri
Punya menteri
Sing menjadi kita
Yang
Rakyatnya
Song
Siapa saja
Siapa suka
Jadi apa
Semaunya
Yang main Sang Sing Song mesti bertiga sebab Sang tanpa
Sing jadi Sang Song sebab Sang tanpa Song jadi Sang Sing
sebab Sang tanpa Sing tanpa Song tak ada titik tak ada
koma lau
apa?
Siang semalam Sang Sing Song melagulagu:
yang ragu
rugi
yang malu
mati
yang mau
mari
yang sansai
sungsang
yang sungsang
susah
yang susah
Sang Sing Song
artinya:
yang ragu yang malu ai ai
yang sansai yang sungsang ai ai
yang susah si Sing
Song
Mereka bernyanyi pada pagi sepanjang siang sepanjang
hari seraya meludah ke langit. Di mata balam barangkali
sekarang sedang musim mempelam. Dari arah yang jauh
burungburung singgah berteduh antara daun di puncukpucuk
yang rimbun
Sekali mengangguk
Sekali menggeleng
Sekali tunduk
Sekali berpaling
1974
Analisis Puisi:
Puisi "Sang Sing Song" karya Ibrahim Sattah adalah sebuah karya yang penuh dengan permainan kata dan alegori yang menggambarkan situasi sosial dan politik. Puisi ini menggunakan simbolisme dan ironi untuk menyampaikan kritik terhadap kekuasaan, masyarakat, dan peran individu di dalamnya.
Tema Utama
- Permainan Kekuasaan: Puisi ini menggambarkan permainan kekuasaan melalui karakter "Sang", "Sing", dan "Song". "Sang" menjadi simbol kekuasaan dan raja yang memiliki negeri dan menteri. "Sing" mewakili rakyat yang berada di bawah kekuasaan "Sang", sementara "Song" melambangkan siapa saja yang bisa menjadi apa saja sesuai keinginan mereka. Melalui karakter-karakter ini, puisi menggambarkan hierarki kekuasaan dan ketidakpastian peran individu dalam masyarakat.
- Kritik Sosial dan Politik: Puisi ini mengandung kritik terhadap sistem sosial dan politik yang tidak adil. Permainan kata yang digunakan untuk menggambarkan "Sang", "Sing", dan "Song" mencerminkan ketidakpastian dan kebingungan yang dihadapi oleh masyarakat. "Sang" yang menjadi raja memiliki kekuasaan mutlak, sementara "Sing" hanya menjadi rakyat biasa yang harus tunduk pada "Sang". "Song" yang bisa menjadi siapa saja menggambarkan ketidakpastian peran dan identitas dalam masyarakat.
Penggunaan Bahasa dan Simbolisme
- Permainan Kata dan Struktur Puisi: Ibrahim Sattah menggunakan permainan kata dan struktur puisi yang tidak konvensional untuk menciptakan efek kebingungan dan ketidakpastian. Frasa seperti "Sang tanpa Sing jadi Sang Song" dan "Sang tanpa Sing tanpa Song tak ada titik tak ada koma lau" menunjukkan betapa pentingnya hubungan antara kekuasaan, rakyat, dan kebebasan individu. Penggunaan repetisi dan permainan kata menciptakan ritme yang mengingatkan pembaca pada sebuah permainan atau nyanyian anak-anak, yang pada kenyataannya adalah kritik yang serius terhadap sistem sosial dan politik.
- Simbolisme "Sang", "Sing", dan "Song": "Sang" melambangkan kekuasaan dan otoritas, "Sing" melambangkan rakyat yang tunduk, dan "Song" melambangkan kebebasan atau ketidakpastian peran. Kombinasi ketiganya menciptakan gambaran tentang bagaimana kekuasaan dipegang dan bagaimana rakyat berada di bawah kekuasaan tersebut, sementara ada elemen kebebasan yang tidak pasti dan sulit dipahami.
- Ironi dan Kritik: Puisi ini penuh dengan ironi. Misalnya, "yang ragu rugi, yang malu mati, yang mau mari" menunjukkan betapa kejamnya realitas di bawah kekuasaan otoriter. Mereka yang ragu atau malu tidak akan bertahan, sementara yang siap mengambil risiko mungkin memiliki kesempatan. Ironi ini menunjukkan ketidakadilan dalam sistem sosial dan politik.
Makna
- Ketidakpastian Peran dan Identitas: Puisi ini menggambarkan ketidakpastian peran dan identitas dalam masyarakat. "Song" yang bisa menjadi siapa saja dan "Sang" yang memiliki kekuasaan mutlak mencerminkan betapa rapuhnya identitas individu di bawah kekuasaan yang otoriter. Identitas dan peran tidak tetap dan bisa berubah sesuai dengan keinginan kekuasaan.
- Kritik terhadap Kekuasaan Otoriter: Melalui karakter "Sang", puisi ini mengkritik kekuasaan otoriter yang menindas rakyat ("Sing"). "Sang" memiliki kendali penuh, sementara "Sing" hanya bisa mengikuti. Kritik ini menyoroti ketidakadilan dan ketidakpastian yang dihadapi oleh rakyat di bawah kekuasaan yang tidak adil.
- Kesadaran Sosial dan Kritik Terhadap Status Quo: Puisi ini mengajak pembaca untuk menyadari ketidakadilan dan ketidakpastian dalam masyarakat. Melalui permainan kata dan simbolisme, Ibrahim Sattah menggambarkan realitas yang keras dan mengajak pembaca untuk merenungkan peran mereka dalam masyarakat serta bagaimana mereka bisa menantang status quo yang tidak adil.
Puisi "Sang Sing Song" karya Ibrahim Sattah adalah sebuah karya yang penuh dengan permainan kata, simbolisme, dan kritik sosial. Melalui karakter "Sang", "Sing", dan "Song", puisi ini menggambarkan permainan kekuasaan, ketidakpastian peran, dan kritik terhadap sistem sosial dan politik yang tidak adil. Penggunaan bahasa yang inovatif dan ironi menciptakan efek yang kuat, mengajak pembaca untuk merenungkan realitas yang dihadapi oleh masyarakat di bawah kekuasaan otoriter. Karya ini menjadi refleksi mendalam tentang ketidakpastian, identitas, dan perjuangan melawan ketidakadilan.
Biodata Ibrahim Sattah:
- Ibrahim Sattah lahir pada tahun 1943 di Tarempa, Siantan, Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau.
- Ibrahim Sattah meninggal dunia pada tanggal 19 Januari 1988 (pada usia 43 tahun) di Pekanbaru.