Rumput Ilalang
hijau hijau
tumbuh lagi
walau kaubabat berulang kali
walau kaubakar berulang kali
hijau hijau
tumbuh lagi
sudah seratus kali kaucabut
kausemburkan api kerusuhan
hijau hijau
tumbuh lagi
harapanku
menaklukkan
ketakutan
yang kauternakkan
lewat pidato
dan laras senapan
aku melihat ilalang
o sia-sialah
kekuasaan memasang
palang penghalang
ilalang
tetaplah tumbuh
dan menang
walau seratus kali digaru
15 Januari 1997
Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)
Analisis Puisi:
Puisi "Rumput Ilalang" karya Wiji Thukul adalah sebuah karya sastra yang menyajikan gambaran kuat tentang ketahanan, perlawanan, dan ketekunan dalam menghadapi rintangan dan penindasan. Puisi ini menggunakan metafora "rumput ilalang" sebagai simbol dari perlawanan yang tak terpatahkan terhadap segala upaya penghapusan.
Simbolisme Rumput Ilalang: Rumput ilalang, yang umumnya dianggap sebagai gulma atau tanaman liar yang sulit dikendalikan, digunakan sebagai simbol perlawanan. Meskipun dicabut, dibabat, atau dibakar, rumput ilalang tetap tumbuh kembali. Dalam konteks puisi ini, rumput ilalang menggambarkan semangat perlawanan dan ketahanan terhadap upaya-upaya untuk menghapuskan atau mengendalikan.
Ketahanan dan Perlawanan: Puisi ini menggambarkan ketahanan dan perlawanan yang terus menerus. Meskipun berulang kali dihancurkan dan ditekan, rumput ilalang terus tumbuh kembali. Ini mencerminkan semangat perlawanan manusia terhadap penindasan dan kekuasaan yang berusaha untuk menghancurkan mereka.
Harapan dan Ketakutan: Dalam puisi ini, terdapat kontras antara "harapan" dan "ketakutan." Pidato dan senapan digunakan sebagai simbol kekuasaan dan kontrol yang dijalankan oleh penguasa. Namun, harapan tetap mengatasi ketakutan, dan rumput ilalang tetap tumbuh bahkan dalam menghadapi ketakutan dan ancaman.
Pidato dan Laras Senapan: Puisi ini juga menggarisbawahi bahwa kekuasaan dapat disampaikan melalui pidato dan juga kekuatan senapan. Namun, meskipun pidato dapat menakut-nakuti dan senapan bisa menjadi alat penindasan, semangat perlawanan dan ketahanan manusia tetap tak terpatahkan.
Puisi "Rumput Ilalang" karya Wiji Thukul adalah gambaran tentang semangat perlawanan dan ketahanan manusia terhadap segala bentuk penindasan dan penghapusan. Rumput ilalang sebagai simbol melambangkan semangat yang tak bisa diredam oleh kekuasaan, dan pesan puisi ini mengajak pembaca untuk menemukan keberanian dan ketekunan dalam menghadapi tantangan.
Karya: Wiji Thukul
Biodata Wiji Thukul:
- Wiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus 1963.
- Nama asli Wiji Thukul adalah Wiji Widodo.
- Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).