Rapat Mengganyang 7 Setan
- untuk isteriku
Ketika Nyoto berdiri di panggung
seorang wanita tani berseru lengking:
"Selamat datang, Bung Nyoto!"
Nyoto senyum dan bertanya:
"Siapa di antara kawan-kawan sedang tersangkut perkara?"
Serentak mengacung tinju dan caping
dan suara bergalau: "Aksi terus, pantang mundur!"
Kami berdiri berjejal di alun-alun Klaten
memenuhi jalanan sekitarnya sampai ke warung-warung,
berpuluh ribu kaum tani, buruh dan seniman
sastrawan, pelukis, penyanyi dan penari
ditimpa terik matahari pagi;
2000 tani sedang berlawan untuk naik sewa
mereka tidak hiraukan matahari membakar ubun-ubun,
kaum tani Delanggu sedang aksi tuntut kembali tanah gadai
mereka tidak hiraukan matahari menggigit kulit;
semua bergantung pada bibir Nyoto
yang bicara bahasa Jawa tentang kewajiban berlawan
mengganyang 7 setan desa, yang jahat dan keparat.
Dua jam penuh Nyoto bicara
kaum tani tidak bergerak dari tempatnya
sekalipun gelombang-gelombang panas menampar muka;
semangat kebangkitan ini lebih api dari matahari
keteguhannya lebih kokoh dari tebing-tebing karang pantai
selatan.
Dan Nyoto bicara tentang program PKI
tentang kiprah yang berdiri dengan duakaki di tanah garapan
tentang persekutuan buruh dan tani yang tergalang kuat
sebagai palu-godam revolusi di tangan Rakyat.
Ketika resolusi dibacakan, kaum tani tegas
dalam jawaban dan ucapan:
Kami mendukung komando Presiden....
- Ganyang "Malaysia" sampai hancur!
Persetan bantuan Amerika Serikat!
UUPBH dan UUPA supaya dilaksanakan....
- Ganyang tuantanah jahat!
Teruskan aksi sepihak!
Kami menuntut pendemokrasian....
- Ritul penguasa-penguasa jahat!
Ganyang bandit desa!
Cabut dan ganti peraturan-peraturan 26 Mei....
- Ganyang kapitalis birokrat!
Ganyang lintah darat!
Dengan satu tangan pegang bedil, tangan lain pegang pacul....
- Ganyang tukang ijon dan tengkulak jahat!
Basmi semua musuh Rakyat!
Dan kami berjanji di bawah matahari terik ini
dipelopori pemuda-pemudi kota dan desa
hanya dengan iringan gitar dan tepuktangan:
nasakom bersatu, singkirkan kepalabatu, sosialisme pasti jaya;
dan pemuda-pemudi kota dan desa menari
tari kerja kaum tani, tari bagihasil, tari aksi.
Ini di Klaten, tiap-tiap tengahhari tepat di alun-alun
dikungkengi langit membentang tidak berawan,
terasa langit panas dan bumi subur ini kepunyaan Rakyat
terasa megahnya haridepan yang didukung kaum buruh dan kaum tani
terasa tepatnya jalan pembebasan desa:
musnahkan 7 setan keparat!
Dengan mengobarkan semangat Banteng Merah, akal sepihak terus.
Pantang mundur!
Klaten, 5 April 1964
Analisis Puisi:
Puisi "Rapat Mengganyang 7 Setan" karya HR. Bandaharo merupakan sebuah karya yang memuat semangat perjuangan, mobilisasi massa, dan kecamuk politik dalam konteks sosial dan revolusi. Puisi ini mengabadikan momen-momen penting dalam perjuangan kaum tani, buruh, dan seniman di Indonesia, khususnya dalam periode dinamika sosial-politik yang sarat dengan ketegangan.
Tema dan Makna
Tema utama puisi ini adalah mobilisasi massa dan semangat perjuangan melawan penindasan dan ketidakadilan. Dalam puisi ini, Nyoto, seorang tokoh yang mungkin mengacu pada tokoh politik atau pemimpin, menjadi pusat perhatian sebagai orator yang menyemangati rakyat dalam perjuangan mereka. Puisi ini menggambarkan suasana rapat umum di Klaten, di mana berbagai lapisan masyarakat berkumpul untuk menyuarakan tuntutan dan perjuangan mereka.
"Ketika Nyoto berdiri di panggung seorang wanita tani berseru lengking: 'Selamat datang, Bung Nyoto!'"
Baris ini menggambarkan sambutan hangat untuk Nyoto, menunjukkan pentingnya peran pemimpin ini dalam acara tersebut. Sambutan tersebut juga menunjukkan antusiasme dan harapan rakyat.
"Nyoto senyum dan bertanya: 'Siapa di antara kawan-kawan sedang tersangkut perkara?'"
Nyoto menunjukkan kepedulian dan keterlibatannya dengan menanyakan masalah yang dihadapi oleh rakyat, memperkuat posisinya sebagai pemimpin yang dekat dengan massa.
"Serentak mengacung tinju dan caping dan suara bergalau: 'Aksi terus, pantang mundur!'"
Gambaran ini menekankan semangat kolektif dan kesatuan antara peserta rapat yang siap untuk melanjutkan perjuangan mereka, dengan simbol tinju dan caping sebagai tanda solidaritas dan tekad.
"Kami berdiri berjejal di alun-alun Klaten memenuhi jalanan sekitarnya sampai ke warung-warung, berpuluh ribu kaum tani, buruh dan seniman sastrawan, pelukis, penyanyi dan penari ditimpa terik matahari pagi;"
Deskripsi kerumunan besar dan kondisi terik matahari menciptakan gambaran visual yang kuat tentang mobilisasi massa yang tidak tergoyahkan oleh kondisi cuaca.
"2000 tani sedang berlawan untuk naik sewa mereka tidak hiraukan matahari membakar ubun-ubun, kaum tani Delanggu sedang aksi tuntut kembali tanah gadai mereka tidak hiraukan matahari menggigit kulit;"
Gambaran ini menekankan keteguhan dan dedikasi kaum tani dalam perjuangan mereka, meskipun menghadapi kesulitan dan kondisi yang keras.
"semua bergantung pada bibir Nyoto yang bicara bahasa Jawa tentang kewajiban berlawan mengganyang 7 setan desa, yang jahat dan keparat."
Nyoto menjadi pusat dari semangat perjuangan dengan orasinya, menyebarkan semangat melawan "7 setan desa" yang digambarkan sebagai kekuatan penindas dan jahat.
"Dua jam penuh Nyoto bicara kaum tani tidak bergerak dari tempatnya sekalipun gelombang-gelombang panas menampar muka;"
Menunjukkan kekuatan dan dedikasi massa yang tetap berada di tempat meskipun dalam kondisi yang sulit, terinspirasi oleh pidato Nyoto.
"semangat kebangkitan ini lebih api dari matahari keteguhannya lebih kokoh dari tebing-tebing karang pantai selatan."
Nyoto dan semangat perjuangan digambarkan sebagai kekuatan yang lebih besar daripada kondisi eksternal, menunjukkan kekuatan ideologi dan tekad.
"Dan Nyoto bicara tentang program PKI tentang kiprah yang berdiri dengan duakaki di tanah garapan tentang persekutuan buruh dan tani yang tergalang kuat sebagai palu-godam revolusi di tangan Rakyat."
Nyoto membahas program politik dan ideologi PKI, serta pentingnya persatuan antara buruh dan tani sebagai kekuatan revolusioner.
"Ketika resolusi dibacakan, kaum tani tegas dalam jawaban dan ucapan:"
Resolusi yang dibacakan menggarisbawahi komitmen rakyat terhadap perjuangan yang telah dijanjikan.
"Kami mendukung komando Presiden.... - Ganyang 'Malaysia' sampai hancur! Persetan bantuan Amerika Serikat!"
Menunjukkan dukungan untuk kebijakan yang radikal dan anti-imperialis, menolak campur tangan asing dan mendukung resolusi nasional.
"UUPBH dan UUPA supaya dilaksanakan.... - Ganyang tuantanah jahat! Teruskan aksi sepihak!"
Menggambarkan tuntutan untuk pelaksanaan kebijakan agraria dan melawan pihak-pihak yang dianggap menindas.
"Kami menuntut pendemokrasian.... - Ritul penguasa-penguasa jahat! Ganyang bandit desa!"
Penekanan pada tuntutan demokratisasi dan pembersihan penguasa yang dianggap korup dan jahat.
"Cabut dan ganti peraturan-peraturan 26 Mei.... - Ganyang kapitalis birokrat! Ganyang lintah darat!"
Tuntutan untuk perubahan peraturan dan melawan kapitalis birokrat serta rentenir.
"Dengan satu tangan pegang bedil, tangan lain pegang pacul.... - Ganyang tukang ijon dan tengkulak jahat! Basmi semua musuh Rakyat!"
Menggambarkan perpaduan antara kekuatan militer dan alat pertanian sebagai simbol perjuangan kelas pekerja.
"Dan kami berjanji di bawah matahari terik ini dipelopori pemuda-pemudi kota dan desa hanya dengan iringan gitar dan tepuktangan: nasakom bersatu, singkirkan kepalabatu, sosialisme pasti jaya;"
Menekankan komitmen dan semangat bersatu dari generasi muda dalam perjuangan, diiringi dengan iringan musik dan tepuk tangan.
"dan pemuda-pemudi kota dan desa menari tari kerja kaum tani, tari bagihasil, tari aksi."
Menggambarkan suasana semangat dan kebersamaan dalam perjuangan melalui tarian dan perayaan.
"Ini di Klaten, tiap-tiap tengahhari tepat di alun-alun dikungkengi langit membentang tidak berawan, terasa langit panas dan bumi subur ini kepunyaan Rakyat terasa megahnya haridepan yang didukung kaum buruh dan kaum tani terasa tepatnya jalan pembebasan desa: musnahkan 7 setan keparat!"
Menegaskan bahwa Klaten adalah pusat dari perjuangan, dengan suasana langit dan bumi yang menyatu dengan semangat rakyat. Menggambarkan harapan dan tekad untuk pembebasan desa.
"Dengan mengobarkan semangat Banteng Merah, akal sepihak terus. Pantang mundur!"
Mengakhiri puisi dengan seruan semangat perjuangan yang tidak akan surut.
Puisi "Rapat Mengganyang 7 Setan" karya HR. Bandaharo adalah sebuah dokumentasi semangat perjuangan rakyat Indonesia dalam melawan penindasan dan ketidakadilan. Melalui deskripsi yang hidup dan semangat kolektif, puisi ini menunjukkan mobilisasi massa, orasi kepemimpinan, dan tekad untuk mencapai keadilan sosial. Dengan menggabungkan elemen-elemen historis, sosial, dan ideologis, puisi ini memberikan gambaran yang kuat tentang perjuangan rakyat dalam periode tersebut, dan menjadi saksi dari semangat kolektif yang mendorong mereka menuju perubahan sosial dan politik.
Karya: HR. Bandaharo
Biodata HR. Bandaharo:
- HR. Bandaharo (nama lengkapnya Bandaharo Harahap) lahir di Medan pada tanggal 1 Mei 1917.
- HR. Bandaharo meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 1 April 1993.
- HR. Bandaharo adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.