Pada Suatu Dini Hari
Luputlah takut, luputlah maut
Kudengar dendang sayang
seorang ibu
menidurkan anak.
Mungkin dia itu ibuku
yang menidurkan aku
empat puluh tahun lalu
Ketika jam tiga dini hari
ternyata tak ada ibu berlagu
tak ada dendang sayang
tak ada anak menangis
Bahkan tak ada diri ini
Sudah lama tercerabut dari bumi
Takut dan maut sudah luput
Dan keheningan maha suwung
Menggelepar mencari jalan ke1uar
Dan aku. Dalam rahim Ibu.
Sumber: Aura Para Aulia (1990)
Analisis Puisi:
Puisi "Pada Suatu Dini Hari" karya Motinggo Boesje adalah refleksi yang mendalam tentang hubungan antara ibu dan anak, serta tentang kematian.
Sentuhan Emosional: Puisi ini menciptakan suasana yang sangat emosional dengan penggambaran seorang ibu yang menidurkan anaknya dengan lagu sayang. Ini menciptakan gambaran tentang hubungan kasih sayang yang kuat antara seorang ibu dan anak.
Nostalgia dan Kehilangan: Puisi ini juga menciptakan perasaan nostalgia dan kehilangan dengan menyampaikan kenangan tentang seorang ibu yang menidurkan anaknya empat puluh tahun yang lalu. Ini menggambarkan kerinduan dan keinginan untuk kembali ke masa lalu.
Kematian dan Keheningan: Ada sentuhan kematian dalam puisi ini, terutama dengan kata-kata "luputlah takut, luputlah maut." Namun, kematian digambarkan dengan damai dan tanpa rasa takut. Keheningan yang disebutkan dalam puisi juga menciptakan atmosfer yang hening dan menenangkan.
Identitas dan Koneksi: Puisi ini juga menggambarkan perasaan kehilangan identitas dan koneksi dengan dunia. Kata-kata "bahkan tak ada diri ini" menggambarkan perasaan tersesat atau terpisah dari realitas.
Gambaran dalam Rahim: Puisi ini berakhir dengan gambaran yang kuat tentang kembali ke rahim ibu. Ini mungkin merupakan representasi metaforis tentang keinginan untuk kembali ke tempat yang aman dan terlindungi, atau mungkin juga tentang akhir dari kehidupan dan kembali ke asalnya.
Puisi "Pada Suatu Dini Hari" adalah sebuah puisi yang mendalam tentang hubungan ibu dan anak, kematian, kehilangan, dan koneksi dengan asal. Dengan penggambaran yang kuat dan emosional, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang pentingnya hubungan keluarga, kenangan, dan makna kehidupan.